11. Hukuman

8.8K 1.8K 108
                                    

Erika berlari kencang dari rumahnya menuju ke rumah Aleanom. Hari ini Erika terpaksa harus bareng lagi dengan Aleanom karena motornya dipakai oleh sepupunya. Dan sudah sepuluh menit Erika menunggu Aleanom. Namun Aleanom tak kunjung datang. Bahkan telepon dari Erika tak kunjung di angkat.

"Tan, Ale mana?" tanya Erika buru-buru. Napasnya tak beraturan.

"Masyaallah tante lupa!" Nadhen menepuk jidatnya. "Ale masih di kamar. Nggak tau dia udah bangun apa belum." Nadhen jadi panik. Ia benar-benar lupa. Pikirnya Aleanom sudah bangun dan sudah berangkat. Untung saja Erika datang dan mengingatkan Nadhen.

"Aku bangunin Ale dulu tan." Erika berlari menaiki anak tangga.

Erika membuka pintu kamar. Mulutnya terbuka lebar. Ia melotot dan ingin berteriak histeris. Jantungnya ingin copot melihat Aleanom masih bobo cantik. Masih telanjang dada dan berselimut. Kalau ada air sudah Erika siram ke wajahnya.

Erika dengan emosi menghampiri Aleanom. Duduk di pinggir kasur. Kalau tidak ingat sekarang sudah jam berapa, mungkin Erika akan membiarkan Aleanom tertidur lebih lama. Demi dirinya bisa memandangi wajah tampan cowok itu ketika terlelap.

"Ale! Ale! Udah siang iih! Ale!" Erika menggoyang-goyangkan tubuh Aleanom.

Aleanom berdecak, menggeliat. Ia miringkan tubuhnya membelakangi Erika. Kembali bermimpi. Belum ada beberapa detik tubuhnya sudah digoyangkan lagi. Kali ini lebih kuat dari sebelumnya.

"Ale udah siang!!! Nanti telat!!!" teriak Erika emosi.

Aleanom berdecak. Mengusap wajahnya. Matanya terbuka sebelah. "Apaan?" katanya dengan suara khas bangun tidur. Serak dan pelan.

"Apaan, apaan? Bangun udah siang!! Lo mau buat gua telat?!"

"Naik angkot gih. Pesen online kek sono." Aleanom menarik selimut ke atas tubuhnya. "Gua ngantuk." ia tutup wajahnya.

Erika mendengus kasar. Ia tarik selimut Aleanom. "Bangun woy!! Gua bisa kesiangan!!" Erika menarik tangan Aleanom. Tubuh Aleanom berat bangat. Kebanyakan dosa.

"Lepas." ujar Aleanom pelan.

"Bangun iiihhh! Sumpah lo berat banget!!" Erika sampai ngeden saat menarik tangan Aleanom.

Aleanom berdecak. Ia balik menarik tangan Erika. Sampai tubuh cewek itu maju mendekati dirinya yang sedang duduk di pinggir kasur. Wajah Erika tepat ada di depan wajah Aleanom. Hanya berjarak beberapa centi.

Jantung Erika berdebar kencang. Dari jarak sedekat ini ia bisa melihat wajah tampan Aleanom yang baru bangun tidur. Tatapan mata Aleanom yang sayu bergerak memperhatikan wajah Erika.

"Apaan sih lo narik-narik?" Erika mendorong tubuh Aleanom. Kalau lama-lama berdekatan nanti Aleanom bisa mendengar detak jantungnya.

"Lo duluan yang narik gua."

"Y-yaudah mandi sono iih! Nanti kita bisa dihukum kalo telat!!" Erika menarik tangan Aleanom. Wajahnya memerah. Tiba-tiba ia jadi gugup berduaan dengan Aleanom.

"Iya. Lo tunggu luar." Aleanom berjalan mengambil handuk, menggantungnya di leher.

"Jangan lama-lama."

"Hmm." Aleanom hanya bergumam, masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Aleanom digencar untuk buru-buru oleh Erika. Ketika Aleanom sedang merapihkan baju seragamnya, kata Erika tidak usah. Nanti juga ujung-ujungnya seragamnya akan keluar dari dalam celana. Tapi setidaknya kita harus memberi kesan rapih saat berangkat sekolah, kan? Yasudah Aleanom menurut. Ia tidak merapihkan seragam sekolahnya.

ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang