52. Why?

7.9K 1.7K 2.2K
                                    

Aleanom hendak mengunjungi Anera di rumah sakit. Keadaan gadis itu sudah membaik. Anera sudah berani bicara dengan laki-laki lagi. Ia juga tersenyum dan bisa diajak bicara. Meski terkadang keputusasaan masih terpancar di bola matanya. Setidaknya gadis itu sudah lebih baik. Membuat Aleanom merasa lega.

"Anera?" Aleanom menghentikan langkahnya. Keningnya mengernyit saat melihat Anera duduk di taman seorang diri. Tidak mengenakan piyama. Namun mengenakan dress.

Karena takut salah lihat, Aleanom pun mendatangi Anera. Memastikannya langsung. Namun semakin ia mendekat, ia semakin yakin kalau itu memang Anera. Gadis itu mengenakan dress bewarna putih. Rambutnya digerai indah. Wajahnya lebih segar dari biasanya dengan bibir merah.

"Anera?" panggil Aleanom.

"Ale? Lo udah dateng?" Anera menyambut antusias Aleanom. Senyuman manis singgah di bibirnya.

Sesaat Aleanom tertegun. Anera yang dilihatnya saat ini persis seperti Anera yang dulu dikenalnya. Anera yang ceria, bersemangat dan hidup. Hingga tanpa sadar tercipta perasaan rindu di hati Aleanom.

"Anera.....k-kenapa lo di sini? Kenapa nggak di kamar lo?" tanya Aleanom bingung dan gugup.

Anera berdiri dari duduknya. "Lo nggak tau? Gua udah boleh keluar dari rumah sakit sejak pagi tadi. Terus gua di sini nunggu lo karena gua yakin lo pasti dateng." Anera tersenyum lebar.

"Lo.....baik-baik aja?" tanya Aleanom, masih bingung melihat sikap Anera. Padahal beberapa hari yang lalu gadis itu masih seperti mayat hidup.

"Iya gua udah baik-baik aja." Anera berputar sambil tertawa. "Semuanya karena lo." katanya setelah kembali menghadap Aleanom.

Aleanom tersenyum. Perasaannya campur aduk. Saat merasakan bola matanya memanas, Aleanom langsung memeluk Anera. Ia tidak mau terlihat lemah di hadapan gadis yang dicintainya.

"Ale?" Anera bingung oleh sikap Aleanom.

"Gua senang lo baik-baik aja."

Anera membalas pelukan Aleanom. "Makasih udah bertahan di samping gua." kata Anera, tersenyum kecil.

"Gua akan selalu ada di samping lo."

Anera menjauhkan dirinya dari Aleanom. "Sekarang bukan waktunya pelukan. Ada hal lain yang mau gua lakuin?"

"Apa?"

"Kita kencan! Main timezone, nonton film dan main ice skating!" kata Anera semangat.

Aleanom tersenyum melihat tingkah Anera. "Oke tuan putri."

------

Pertama-tama mereka bermain timezone sekalian menunggu waktu dimulainya film. Mereka bermain lempar bola basket. Anera payah soal bola bakset. Berkali-kali ia gagal memasukan bola ke ring. Sedangkan Aleanom yang juga bermain lempar bola basket di samping Anera nampak tenang. Bola basket terus masuk ke dalam ring.

Anera berdecak melihat skornya yang sangat sedikit. Ia menoleh ke samping. Tertegun kagum melihat skor Aleanom. Dengan usil ia merebut bola basket Aleanom dan memasukannya ke ring. Namun gagal.

Aleanom bedecak. "Rese." keluhnya.

"Gua nggak terima kekalahan." dengan usil Anera mendorong-dorong tubuh Aleanom ke samping sampai tidak bisa memasukan bola ke ring.

"Curang!" kata Aleanom.

Anera masih saja mengganggu Aleanom. Aleanom yang kesal langsung mencubit gemes pipi gadis itu sampai meringis kesakitan.

"Sakit, sakit! Ini namanya kekerasan!" Anera memukul tangan Aleanom yang mencubit tangannya.

"Ini namanya bales dendam." Aleanom berhenti mencubit pipi Anera. Kembali bermain bola basket.

ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang