Anera sedang duduk di pinggir kasur, membaca komen-komen di video chanelnya. Jari telunjuk menjadi pelampiasan setiap kali ia membaca komen negatif tentangnya. Bukan tidak menerima kritik dan saran. Seandainya menggunakan bahasa yang lebih baik Anera bisa menerimanya.
Bersikap bodo amat memang dilakukan Anera. Berusaha mengabaikan dan tidak memperdulikan. Namun tidak menepis kalau kata-kata kasar itu tetap nyangkut di hatinya. Manusia hanya bisa bersikap seolah dirinya tameng kuat yang tidak tertembus. Nyatanya banyak keretakan di dalam tameng tersebut.
"Mereka nyebelin." gumam Anera dengan tatapan kosong ke layar ponsel, terus membaca komentar jahat yang dihujani ke arahnya.
Ingin mencari gunting atau apapun benda tajam untuk ia goreskan di lengannya. Selebat pikiran kacau memancingnya untuk melukai diri sendiri lagi. Kalau saja ia tidak ingat dengan janjinya pada Aleanom. Bukan ia tidak mau melukai dirinya sendiri, ia hanya tidak ingin melukai Aleanom. Tidak mau cowok sebaik Aleanom ikut terluka karena kelemahannya.
Layar ponsel berubah hitam, lalu sebuah nama tertera bersamaan getaran terus-menerus. Panggilan masuk dari ibunya. Sang artis yang dikagumi seluruh lapisan masyarakat.
"Halo mah!" begitu senang ia menerima panggilan dari Citra. Sudah lama Citra tidak menghubunginya duluan seperti ini.
"Halo sayang. Kamu lagi apa?"
"Aku? Aku cuma duduk. Aku kangen mama. Kangen banget." gadis remaja seperti Anera pun bisa berubah menjadi anak kecil norak kalau sudah menyangkut ibunya. Ia haus akan perhatian ibunya.
"Mama juga rindu kamu."
"Mah, mah untuk ulang tahun mama beberapa hari lagi. Aku udah siapin hadiah spesial khusus mama. Aku harap mama senang sama hadiah yang aku kasih." Anera begitu bersemangat membahas hadiahnya.
"Makasih sayang. Mama juga mau membicarakan soal ulang tahun mama ke kamu."
"Kenapa? Kita akan makan bersama?"
"Hmm....mama akan mengadakan pesta ulang tahun di gedung. Mama ingin kamu dateng."
Raut wajah Anera berubah, senyumnya menghilang menjadi datar. "Papa juga dateng, kan?" sudah lama Anera tidak merasakan keluarganya utuh.
Terjadi jeda cukup lama. Sampai akhirnya terdengar helaan napas. "Mama undang papa kamu. Tapi kalo papa nggak dateng itu haknya."
Kecewa. Anera kecewa mendengar pernyataan Citra. Seolah ada ataupun tidak adanya papahnya bukan masalah besar. Anera tahu mereka punya kisah sendiri dan punya alasan untuk mengakhiri pernikahan mereka. Namun tidak bisakah mereka bersandiwara di depan Anera? Anera terlalu lelah berkutik pada kenyataan yang selalu membuatnya babak belur. Ia iri kepada mereka yang punya keluarga harmonis.
"Anera?" panggil Citra karena Anera terdiam cukup lama.
"Iya mah." Anera berusaha mengukir senyum. Melatih agar bisa tersenyum kapan pun bahkan di keadaan yang sulit.
"Kamu dateng, kan sayang?"
"Iya mah Anera pasti dateng dong."
"Nanti Gita akan tampil memainkan piano. Kamu harus menontonnya. Dia sudah berlatih keras. Dia bilang juga akan menunjukkannya ke kamu. Bagaimana pun kamu dan Gita adalah adik kaka."
Wajah Anera mendatar mendengar Citra membahas Gita dengan begitu antusias. Memamerkan Gita yang patut dibanggakan dan diobral kehebatannya. Sedangkan Anera cuma bisa iri. Kehebatannya tidak pernah membuat kagum Citra. Apapun yang ia lakukan tidak sebanding dengan Gita.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)
Teen Fiction⚡WARNING : CERITA MENGANDUNG SELF INJURY . TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA. TIDAK DIHARAPKAN MENGIKUTI ADEGAN BERBAHAYA DI DALAM CERITA⚡ *Mulai 9 September 2020 *Selesai 11 maret 2021 Rank 1 in #depresi tgl 27/11-2020 Rank 5 in #school tgl 13/11-2020 Di...