55. Terapi

7.3K 1.6K 1.2K
                                    

Aleanom menatap gadis yang sedang tertidur itu. Menggenggam tangannya, merasakan detak nadinya hanya sekedar memastikan gadis itu masih bernapas. Atau kadang tanpa sadar bibirnya akan terbuka mengucapkan permohonan agar gadis itu terbangun dari tidurnya. Kadang Aleanom juga membisikan kata rindu, pelan dan lirih di telinga gadis itu.

"Anera...bangun sayang...." suara lemah itu berasal dari sosok Citra yang duduk di samping Anera. Menggenggam tangan Anera.

Aleanom yang semula melamum menatap Anera langsung menoleh. Menatap datar Citra yang seperti orang depresi. Rambut yang dikuncir agak berantakan. Wajah tanpa makeup yang membuat kerutan terlihat jelas. Terlihat pula matanya yang merah dan sayu pertanda kurang tidur.

Seandainya Aleanom memiliki secuil perasaan untuk saat ini mungkin dia akan tersenyum puas melihat keadaan Citra. Seorang ibu yang buruk seperti Citra memang pantas menderita. Namun Aleanom tidak suka saat Anera dijadikan bahan karma oleh takdir. Harusnya Citra saja yang menderita, bukan Anera.

"Saya sadar kalo saya ibu yang sangat buruk." kata Citra, sadar kalau Aleanom sedang menatapnya.

"Sangat buruk." saut Aleanom.

"Saya tau saya ibu yang buruk. Saya menyesal. Benar-benar menyesal." Citra mulai menangis lagi, menggenggam erat tangan Anera.

"Semoga anda diberi kesempatan untuk meminta maaf langsung ke Anera." Aleanom menatap lurus ke Anera.

Ketika mengatakan demikian bukan berarti ia berharap Anera tidak akan bangun lagi. Tidak, ia adalah orang yang paling berharap gadis itu bangun dari komanya. Alasan Aleanom bicara begitu karena ia kesal dengan Citra. Kenapa baru sekarang Citra bersikap seperti seorang ibu? Kenapa menyesalnya setelah Anera mengalami penderitaan seberat ini?

"Saya....saya akan melakukan apapun....apapun untuk keselamatan Anera." Citra semakin menangis histeris.

"Apapun yang anda katakan nggak akan bisa membangunkan Anera dari koma."

"Saya tau saya jahat sama Anera. Kamu pantas membenci saya."

"Saya nggak benci sama anda. Saya nggak perduli dengan anda atau semua hal tentang anda. Saya cuma benci sama orang yang menyakiti Anera. Siapapun orangnya. Saya merasa kesal. Kenapa harus Anera yang menderita seperti ini?" Aleanom mengepalkan tangannya.

Melihat Citra yang seperti orang depresi dan sudah sangat menyesal seperti ini sama sekali tidak menyurutkan kebencian Aleanom kepadanya.

"Anda adalah sumber penderitaannya. Salah satu atau bahkan beberapa garis merah yang ada di tangan Anera itu karena anda." Aleanom menggenggam tangan Anera.

"Saya berjanji akan meninggalkan segalanya demi Anera. Karir saya dan bahkan keluarga saya. Saya ingin menebus dosa-dosa saya dan hanya ingin hidup bahagia bersama Anera."

Aleanom menatap jengah Citra. Sama sekali tidak merasa simpati pada Citra. Justru kebenciannya kepada Citra semakin memuncak setiap ingat Anera yang menangis atau melukai dirinya sendiri.

"Apa anda pikir itu akan membuat Anera bahagia?" tanya Aleanom.

Pemerkosaan bukan kasus yang bisa dianggap angin lewat. Seorang gadis yang kehilangan keperawanannya secara paksa mengalami luka yang cukup besar untuk hati dan mentalnya. Apalagi kalau sampai hamil. Menikah? Apakah menikah cara paling ampuh? Tidak. Tolong jangan samakan kasus tersebut seperti di cerita fiksi. Kenyataannya tidak seindah yang pernah kalian baca di dalam novel-novel.

Perempuan yang hamil dari hasil pemerkosaan akan hancur, menderita dan mengalami trauma. Butuh cukup lama untuk ia bangkit dan pulih. Sebuah pernikahan bagi perempuan adalah memilih takdir. Perempuan hang menikah dengan laki-laki yang tepat akan menjadi ratu. Perempuan yang menikah dengan laki-laki buruk akan menjadi seorang budak atau tahanan. Iya, kalau pemerkosa yang sudah membuat hamil si perempuan adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Kalau tidak? Bukan hanya perempuannya yang akan menderita, melainkan juga anak mereka kelak.

ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang