Hal yang paling sombong adalah ketika kita percaya bisa menyelamatkan orang lain. Padahal perihal menyelamatkan bukanlah perkara mudah. Bisa saja kita menyelamatkan orang yang hendak terjatuh dari tebing. Kita bisa menyelamatkannya saat tangan kita yang menariknya dibalas dengan tarikan tangan darinya.
Beda lagi jika orang yang tangannya kita tarik justru lebih memilih melepaskan genggaman kita. Dia terjun ke tebing bukan untuk ditolong, melainkan untuk dibiarkan jatuh.
Perihal menyelamatkan adalah sesuatu yang terbilang sombong. Ada yang menyelamatkan bukan karena tulus. Tapi agar tidak merasa bersalah, kebetulan saja ada di tempat kejadian. Ada juga yang menyelamatkan untuk kepentingan pribadi. Semisal, Menyelamatkan karena ada maunya. Atau menyelamatkan demi kepuasan batin dan sebagai penutup luka karena pernah gagal menyelamatkan sebelumnya.
Aleanom adalah salah satu orang sombong yang sedang berusaha menyelamatkan Anera. Memaksa ikut campur dalam kehidupan Anera dengan keyakinan kalau ia bisa menyelamatkan gadis itu. Aleanom cuma memanfaatkan Anera. Dia main pahlawan-pahlawanan demi menenangkan rasa bersalahnya karena pernah gagal menepati janji untuk menyelamatkan seorang gadis.
Dan ketika Aleanom menemukan garis meras di tangan Anera, ia menyadari kesombongannya sama sekali tidak berguna. Ia bisa berjanji untuk menyelamatkan Anera, tapi dia tidak bisa menghentikan penderitaan Anera.
"Saya melihatnya dok." ujar Aleanom terpotong. Memilih jeda menunggu reaksi Banyu.
Banyu yang duduk di depan Aleanom berhenti menulis. Ia merapatkan kedua tangan di atas meja dan fokus menatap Aleanom. "Apa?" tanyanya.
Aleanom mengambil pulpen merah di tempat kayu penyimpanan pulpen. Ia menggulung lengan bajunya, lalu mencoret pergelangan tangannya hingga sama persis seperti yang ia lihat di pergelangan tangan Anera. Lalu Aleanom meluruskan tangannya agar Banyu bisa melihat apa yang ia gambar.
"Garis sayatan?" tebak Banyu.
Aleanom menarik tangannya. "Sayatan itu ada di tangan Anera."
Banyu terbungkam. Wajahnya memang datar, tapi menegang. Cukup terkejut mendengar cerita dari Aleanom. "Saya nggak nyangka akan sampai seperti ini."
"Kenapa dia ngelakuin itu dok?"
"Kamu pernah merasa gatal tapi tidak tau gatal di bagian mana?" Aleanom mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Banyu. "Seperti itu yang Anera rasakan. Dia merasa sakit. Rasa sakit tapi ia tidak tau bagaimana cara mengobatinya. Jika yang sakit karena luka, dia bisa memberinya betadine atau alkohol. Tapi kalo hati yang sakit, dia tidak tau bagaimana cara mengobatinya. Dia menyayat tangannya untuk menyalurkan rasa sakit yang dia rasa."
Sekali lagi Aleanom terbungkam setelah mengetahui fakta lain dari Anera. Semakin lama ia mengenal dan terlibat dengan Anera. Semakin ia sadar kalau gadis itu tidak sesederhana kelihatannya. Gadis itu memiliki kehidupan yang rumit dan pelik. Punya luka yang tidak tersentuh dan tidak terobati.
"Dia melukai tangannya, lalu mengobati luka itu sambil membayangkan kalo dia sudah mengobati luka di hatinya." dari penjelasan Banyu, Aleanom bisa menarik kesimpulan seperti itu.
"Iya. Saya rasa kebiasaan Anera itu nggak akan pernah berakhir cepat."
"Maksud dokter akan ada banyak garis merah di tangan Anera?"
"Iya. Bahkan sekalipun kamu melarangnya atau selalu ada untuknya. Dia akan mencari celah untuk sendirian dan menyayat tangannya."
"Apa ada pemicu dia berbuat seperti itu?"
"Ada dari faktor sehari-hari. Bahkan kritik yang kamu berikan bisa menjadi pemicunya. Orang yang melakukan self injury biasanya karena perasaan emosinya sudah terlalu menumpuk dan tidak tahu cara mengatasinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)
Ficção Adolescente⚡WARNING : CERITA MENGANDUNG SELF INJURY . TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA. TIDAK DIHARAPKAN MENGIKUTI ADEGAN BERBAHAYA DI DALAM CERITA⚡ *Mulai 9 September 2020 *Selesai 11 maret 2021 Rank 1 in #depresi tgl 27/11-2020 Rank 5 in #school tgl 13/11-2020 Di...