Bagaimana jika ia terlambat? Bagaimana jika Anera sudah meninggal? Bagaimana jika ia akan menjadi orang pertama yang menemukan mayat Anera? Bagaimana jika ia akan melihat Anera di tempat tidurnya dengan darah di pergelangan tangannya, serta wajah pucat yang tak bernyawa? Atau bagaimana jika ia sampai di rumah Anera dan sudah ramai polisi, ambulans dan tetangga yang penasaran?
Demi Tuhan, pikiran itu tidak bisa hilang dari kepala Aleanom. Tidak ada cahaya harapan atau sesuatu yang meyakinkan Aleanon kalau semuanya akan baik-baik saja. Kalau gadis itu masih hidup, masih bernyawa dan masih terasa hangat.
Gubrak! Bruk!!
Motor yang dikendarai Aleanom terjatuh karena tersenggol oleh mobil saat ia berusaha menyelip dengan kecepatan tinggi. Orang yang ada di dalam mobil keluar, berjalan memastikan keadaan Aleanom.
"Mas gapapa?" tanya bapak-bapak berusia sekitar 40 tahun. Pengendara mobil yang menyenggol motor Aleanom.
Aleanom berdiri, melompat pelan dengan kaki pincang dan meringis. Ia membenarkan motor trail hitamnya. "Saya gapapa pak."
"Beneran mas? Mau ke rumah sakit dulu buat periksa?"
"Maaf pak saya yang salah. Makasih. Tapi saya buru-buru." Aleanom menaiki motor dan melaju dengan kecepatan tinggi lagi.
Malam ini langit tidak berbintang. Gelap dan hampa. Seolah menggambarkan keadaan Aleanom saat ini. Takut kalau bintang dalam hidupnya akan menghilang. Bayangan Anera yang sedang tersenyum muncul. Sangat cantik. Dan Aleanom ingin terus melihat senyum cantik Anera.
------
Ketika motor Aleanom berhenti di depan rumah Anera. Tidak ada keramaian yang dipikirkan Aleanom. Namun tak kunjung membuatnya tenang sebelum memastikan keadaan Anera. Ia langsung berlari secepatnya masuk ke dalam rumah. Menaiki tangga. Rumah Anera seperti biasa, sunyi dan sepi.
Berhenti sebentar di depan pintu kamar Anera. Ia tatap pintu itu dengan sedih, serta napas yang tak beraturan dan keringat di wajahnya. Ia asal buka pintu kamar Anera. Cahaya lampu yang menyilaukan ditembus begitu saja oleh Aleanom.
"Ale?" Anera yang berdiri di depan tempat tidur terpaku melihat sosok Aleanom dengan keadaan yang....rambut berantakan, wajah berkeringat, napas tak beraturan dan ekspresi kalut.
Seluruh rasa khawatir Aleanom runtuh saat itu juga. Bola matanya terasa perih sakin bahagianya ia masih bisa melihat gadis itu dan mendengar gadis itu memanggil namanya.
"Ale lo bukannya lagi nonton sama Erika, ya? Udah selesai nonton filmnya?"
Aleanom tidak menjawab pertanyaan Anera. Ia lebih memilih berjalan menghampiri Anera dengan langkah yang tergesa-gesa. Ia peluk erat tubuh Anera hingga kehilangan keseimbangan dan jatuh ke kasur.
Bruk!!
Mereka berdua jatuh dalam keadaan berpelukan. Aleanom memeluk erat Anera. Berbeda dengan Anera yang meringis keberatan.
"Le berat."
Namun Aleanom tak menggubris. Ia tetap mengumpetkan wajahnya di tekuk leher Anera.
"Ale lo kenapa sih aneh banget?"
Aleanom mulai berdiri. Kedua tangannya menekan kasur di antara kepala Anera. "Gua nggak tau...gua cuma.....jangan mati....gua mohon..." lirihnya.
Anera sekali lagi tertegun. Terkejut dan bingung. Aleanom yang ada di atasnya saat ini sedang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, menggigit bibir bawahnya. Belum pernah Anera melihat seorang cowok nampak begitu sedih menahan tangis. Terutama Aleanom. Padahal Aleanom pengidap Alexithymia. Lalu kenapa sekarang Aleanom seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)
Novela Juvenil⚡WARNING : CERITA MENGANDUNG SELF INJURY . TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA. TIDAK DIHARAPKAN MENGIKUTI ADEGAN BERBAHAYA DI DALAM CERITA⚡ *Mulai 9 September 2020 *Selesai 11 maret 2021 Rank 1 in #depresi tgl 27/11-2020 Rank 5 in #school tgl 13/11-2020 Di...