Anera menoleh kiri-kanan. Ia juga menoleh ke belakang. Suasana sekolah hari ini cukup aneh. Semua murid menatap ke arahnya. Kenapa, ya? Apa ada ketombe jatuh di bahunya? Atau lipstiknya yang berantakan? Karena penasaran Anera mengaca di layar ponsel. Tidak ada yang aneh di wajahnya. Lalu kenapa ia jadi pusat perhatian?
Menjadi pusat perhatian memang sudah biasa baginya. Namun tetap saja rasanya risih diperhatikan setiap gerak-geriknya sekecil apapun. Yhaa setidaknya saat ini tidak ada sinar kamera yang membuat matanya silau.
"Anera!" Bagas, senior yang pernah Anera tolak mendatanginya.
"Iya ka?"
"Gosip itu benar?" Anera mengerutkan kening saat Bagas bertanya soal gosip. "Lo dan Aleanom." lanjut Bagas.
"Hah?" Anera membuka mulutnya. Gosip ia dan Aleanom? Gosip soal apa? Apa yang sudah terjadi dengan ia dan Aleanom? Anera sama sekali tidak tahu-menahu soal gosip yang tengah beredar saat ini.
"Gua emang nggak seharusnya nanya begini. Gua cuma penasaran."
Iya sama, Anera pun penasaran. Ia ingin tahu gosip apa yang sudah menyeret namanya dengan Aleanom. Skandal yang menghebohkan, kah? Atau soal apa? Kenapa juga gosip ini bisa sangat viral sampai dibicarakan satu sekolah?
Anera menghela napas. Sehebat itu Aleanom di Brawijaya. Apapun yang berhubungan dengan Aleanom akan menjadi asumsi publik. Anera jadi kepikiran untuk menjaga jarak dari Aleanom agar dirinya tidak terseret ke dalam gosip.
"Anera!" ada lagi yang memanggilnya. Kali ini Anera juga ditarik dari belakang. "Gua mau ngomong sama lo." kata Citra, seniornya.
"Lo ngapain di sini Gas?" tanya Tentri, teman Citra.
"Eng? Nggak....gua nggak ngapa-ngapain. Yaudah gua duluan." Bagas merasa malu. Ia buru-buru pergi.
"Ada urusan apaan si Bagas sama lo?" tanya Tentri.
"Oh itu dia nanya soal gua dan Ale-"
"Gua juga mau tanya soal itu!" Citra menarik tangan Anera. Memotong perkataan Anera yang belum lengkap.
"Hah?" Anera cukup syok tubuhnya ditarik beserta disodorkan pertanyaan yang sama seperti yang diajukan Bagas.
"Lo dan Aleanom jadian, ya?" tanya Citra.
"Jadian?" Anera memiringkan kepalanya, bingung.
"Lo dan Aleanom beberapa hari yang lalu balik bareng."
"Erika bahkan sering balik dan berangkat bareng Ale." ujar Anera polos.
"Itu beda. Mereka kan sahabatan dari kecil. Lah lo?"
"Kalo gitu gua juga sahabatnya Ale." Anera nyengir kuda.
Tentri dan Citra berdecak. Kelakuan Anera memang abstrak dan seperti anak kecil.
"Lagi, kenapa emangnya kalo gua balik bareng Ale?" tanya Anera penasaran. Merasa dirinya didiskriminasikan.
"Aleanom nggak pernah boncengan sama cewek naik motor kecuali Erika. Nggak pernah gua lihat dia balik bareng sama cewek lain di sekolah ini. Dan terus lo bisa-bisanya balik bareng Aleanom."
Anera tertawa dalam hati. Tentu saja bisa. Dengan pemaksaan apapun akan didapat. Walaupun memaksa Aleanom butuh kesabaran luar biasa. "Terus hal itu langsung jadi gosip?" tanya Anera.
"Iya. Jadi heboh. Satu sekolah ngomongin lo."
"Terus gua dibenci satu sekolah?"
"Nggak dibenci sih. Siapa juga yang bisa benci lo? Mereka menganggap kalian serasi. Yah walaupun sebagian cewek patah hati. Tapi mereka nggak bisa berbuat apa-apa. Mereka cukup sadar diri nggak bakal bisa menang lawan lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)
Roman pour Adolescents⚡WARNING : CERITA MENGANDUNG SELF INJURY . TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA. TIDAK DIHARAPKAN MENGIKUTI ADEGAN BERBAHAYA DI DALAM CERITA⚡ *Mulai 9 September 2020 *Selesai 11 maret 2021 Rank 1 in #depresi tgl 27/11-2020 Rank 5 in #school tgl 13/11-2020 Di...