Aleanom menulis asal di lembaran kertas. Apapun ia tulis. Hanya kata-kata tanpa makna. Namun kebanyakan nama Anera yang ia tulis. Ia sedang memikirkan Anera. Semoga saja setelah kejadian pesta neraka Anera akan baik-baik saja. Tidak, Anera tidak baik-baik saja. Aleanom tahu itu.
Kedua kaki Anera terluka. Telapak kaki dan dengkulnya berdarah-darah. Aleanom menggendong Anera di belakangnya. Mengobati luka-luka Anera. Aleanom juga memberikan Anera pop ice agar lebih tenang. Sampai jam tiga malam Aleanom mengendara mobil mengelilingi kota untuk membuat Anera lebih baik dan lebih tenang.
"Maaf nunggu lama." pintu ruangan terbuka. Banyu masuk dengan terburu-buru. Menaruh tumpukan buku di atas meja.
"Lama." kata Aleanom datar.
"Saya tadi ada urusan." Banyu sudah duduk di depan Aleanom.
"Saya juga sekarang sibuk."
Banyu tertawa. Memang susah berdebat dengan Aleanom. "Bagaimana keadaan kamu?" tanya Banyu mengalihkan topik.
"Bosen karena nunggu dokter nggak tau diri."
Banyu tersenyum kecil. Masih saja suka berkata tajam. "Maaf, maaf. Bagaimana kalo nanti saya traktir makan?"
"Sushi?"
Banyu mendengus. "Pasien nggak tau diri." sindir balik Banyu.
"Mencontoh dari dokternya." balas Aleanom.
"Oke, oke. Sekarang. Saya akan mendengarkan cerita kamu." Banyu melipat kedua tangannya di atas meja.
"Saya nggak suka ibunya Anera."
"Kenapa?"
"Dia sumber penderitaan Anera. Dia yang buat Anera hancur. Dan semakin membuat Anera hancur. Kalo bisa. Saya mau gantiin ibunya di dalam hidup Anera. Tapi saya sadar. Seorang ibu nggak tergantikan di kehidupan anaknya."
"Kenapa seorang ibu bisa meninggalkan anaknya dan membuang anaknya? Kalo emang dia nggak butuh Anera. Harusnya sejak awal buang aja Anera. Seenggaknya Anera nggak perlu mendapatkan kebahagiaan semu."
"Di pesta. Dia cantik, benar-benar cantik. Dia dateng melupakan kenyataan kalo dia anak yang diabaikan. Dia dateng demi ibunya. Tapi itu justru jadi pesta neraka baginya. Saya yang menyuruhnya untuk dateng. Kalo saya tau dia akan semenderita ini. Harusnya saya melarangnya untuk dateng. Harusnya saya lebih milih ngajak dia mengelilingi kota."
Banyu menghela napas. "Ale apa kamu mencintai Anera?"
Aleanom tidak langsung menjawab. Dia diam sejenak, memikirkan pertanyaan Banyu. "Apa mengharapkan seseorang untuk selalu ada di sisi saya. Berarti saya mencintainya?"
Banyu mengangkat bahu. Tidak berhak menilai perasaan Aleanom. Harus Aleanom yang menyadarinya sendiri.
"Dia nggak pernah tau betapa terangnya dia di hidup saya yang gelap. Dia bintang saya dok. Saya akan mempertahankan dia di hidup saya. Apapun akan saya lakuin." Aleanom tersenyum.
Banyu ikut tersenyum. "Saya suka melihat kamu tersenyum. Nggak selalu datar."
"Anera membuat saya sadar kalo cara menjalani kehidupan adalah dengan senyuman. Dia dan saya sama-sama babak belur. Saya terkunci di masa lalu dan dia menjalani hidup nerakanya. Saya kehilangan senyum saya. Dia tetap memaksa senyum sesakit apapun."
"Ale jangan jadikan seseorang sebagai tujuan. Kalo orang itu menghilang. Kamu juga akan kehilangan tujuan dan semangat hidup kamu. Saya nggak mau kamu hancur lagi." kata Banyu.
"Tapi saya ingin dia jadi pusat kehidupan saya dok."
"Mencintai orang secukupnya. Soal perpisahan dan kehilangan. Kamu yang lebih paham dan mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANERA : How To Make Her Stay Alive? (TAMAT)
Fiksi Remaja⚡WARNING : CERITA MENGANDUNG SELF INJURY . TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA. TIDAK DIHARAPKAN MENGIKUTI ADEGAN BERBAHAYA DI DALAM CERITA⚡ *Mulai 9 September 2020 *Selesai 11 maret 2021 Rank 1 in #depresi tgl 27/11-2020 Rank 5 in #school tgl 13/11-2020 Di...