#20

3 2 0
                                    

Jiwa

Hati-hati Riri.

Jiwa belum menyapu, belum makan, bajupun belum digantinya. Dia melipat kedua tangannya di atas meja, menjatuhkan kepalanya di atas sana, dan kembali menangis di dalam tangan yang dilipat. Sampai tak terasa kalau dia bangun jam 7 malam, tertidur. Dia mengganti pakaiannya, mencuci mukanya yang sangat jelas membekaskan ekspresi orang habis menangis. Notif pesan masuk di ponselnya berbunyi.

Riri

Aku udah sampai, Wa.

Btw, besok aku ke sekolah buat minta surat perpindahan.

Jiwa

Jaga diri baik-baik di sana.

Jiwa tadi sedang di dapur, dia kembali lagi ke dapurnya, dia tidak mau makan nasi maka dia merebus mie instant. Masih tergambar jelas bagaimana matanya yang sesekali membayangkan temannya itu, hampa, hidungnya juga sesekali harus menarik ulur ingus yang mencoba keluar. Jiwa belum yakin reda tangisnya. Makanpun tidak ada rasanya, yang penting kenyang, tadi Riri berpesan untuk jaga diri, berarti dia juga harus menjaga pola makannya pula. Mau main ponselpun bingung, dia butuh teman untuk curhat masalah kehilangannya ini. Mungkin satu-satunya pelarian dia hanya Windy, teman mayanya yang setia memberi saran dan segan mendengarkan keluh kesahnya.

Jiwa_suji

Hai, Kak.

Gimana kabarnya? Tangannya udah baikan belum?

Aji sedang menemani Yud di rumahnya mengedit video, jadi lumayan santai suasananya, harusnya dia mau menjawab DM Jiwa.

Windy301

Udah membaik, Wa. Makasih udah nanyain.

Jiwa_suji

Syukur, deh.

Btw, Kak, lagi sibuk gak?

Sesuatu yang sama ditanyakan seperti yang kemarin, dia hanya takut kalau nanti Jiwa meminta telepon lagi, tapi memang keadaannya dia tidak sibuk.

Windy301

Gak, Wa. Kenapa? Mau telepon?

Jiwa_suji

Gak, Kak. Aku lagi sedih, cuman pengen curhat.

Aji selalu merasa khawatir jika temannya yang satu ini merasa sedih, dia tahu kalau Jiwa tidak pernah berani mengeluhkan kesedihannya kepada Riri sahabatnya, jadi Aji harus lapang dada jika Jiwa mau merengek kepadanya--windy tepatnya.

Windy301

Kamu kenapa, Jiwa?

Jiwa_suji

Riri pindah, Kak. Aku ngerasa kehilangan sahabat satu-satunya dan sahabat terdekat aku. Aku sedih dari tadi sore, aku bakal kehilangan sahabat aku dan sekarang aku harus apa aku gak tahu. Meski aku gak pernah cerita-cerita sama dia, tapi aku sering lewatin hari-hari susah bahagia sama dia, dan sekarang udah gak ada lagi dia di samping aku.

Maaf, Kak. Aku curhat.

Mata Aji membaca pakem setiap kata, dia ikut merasakan kesedihan itu, matanya penuh kasihan kepada Jiwa. Wanita pendiam tak banyak teman, dan kini bahkan sudah tidak ada teman. Jadi dia baru tahu, kalau tadi pagi Jiwa sendiri mungkin karena Riri sudah pindah.

Jiwa yang SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang