Gadis cantik dengan hidung kecil mancungnya, dan mata bulat penuh rona, dan pula rambutnya yang di atas bahu tinggi sedikit, dengan poni depan yang syahdu di mata memandang. Itulah Jiwa, yang disebut-sebut primadona SMA. Jiwa, benar-benar namanya dan bukan jiwa secara harfiah, Sujiwati lengkapnya. Apa yang mungkin gadis pendiam nan manis. Namun, jarang ada kusut atau senang di wajahnya ini cetak di sekolah selain nilai tinggi? Tidak ada lagi. Ya, peringkat pararel yang membuat nama Jiwa dipandang di sekolahnya, mungkin sebab nama uniknya pula. Dia memang tidak mudah bersosialisasi, meski dia adalah pribadi yang sederhana. Tidak banyak hang out, tidak banyak teman, tidak banyak pakaian, tidak banyak omong, tidak banyak emosi, tidak banyak nangis, tidak banyak mau, tidak banyak lagi yang lain yang perlu disebutkan saking tidak banyaknya yang dia lakukan, hanya membaca dan menulis serta mendengarkan saja yang sedikit membuatnya tidak banyak mengeluh untuk menekuni laku hidupnya.
Apa kau pikir menjadi pendiam itu enak? Meski itu artinya kau mendapatkan ketenangan selama yang kau mau, tapi menjadi pendiam jauh lebih menderita di banding sisi kebahagiaannya.
Sudah 16 tahun dan jarang mendapat perlakuan yang membahagiakan, walau juga tak menyakitkan bagi Jiwa, meski yang paling sakit itu adalah menyaksikan ibunya sendiri diperkosa oleh manusia biadab, dan sebuah perpisahan yang diakhiri dengan tamparan yang mendarat pahit di pipi ibunya, setidaknya itu tidak benar-benar terjadi pada diri Jiwa dan dia hanya menjadi saksi suci berumur 7 tahun yang hanya mampu menyambung air mata ibunya kala dini. Tentu itu benar-benar membuat hidupnya tidak berwarna, hitam-putihpun nampaknya tidak. Namun, ibunya selalu mengajarinya untuk tetap sabar dan menerima tanpa babibu ketidak setujuan dengan nasib. Dan itu yang membuatnya perlu menjadi pribadi yang cinta takdir. Tinggal sendiri di sebuah kontrakan sederhana seperti pribadinya, ditinggal ibu berbulan-bulan dan hanya pulang kalau Bulan mengijinkannya pulang. Bulan itu nama majikan ibunya, yang nampaknya penuh syukur bahwa Bulan majikan ibunya itu baik dan mengerti kondisi keluarga Jiwa dan ibunya.
Lingkungan yang sepi, sendiri, yang dia inginkan juga tidak dia inginkan, yang juga dia benci karena membuatnya perlu membungkam rahasia besar dalam hidupnya. Ya, karena siapa yang mau menampung aib bodoh orang aneh, datar, pendiam seperti dia ini? Meski agaknya jika ditahan saja mungkin busuk bersamaan perasaannya yang menahan rasa apa saja yang menjadi beban hidupnya, yang ingin dia bagikan pada temannya. Namun, dia tidak yakin dengan teman-temannya. Ya, memang tidak ada yang dekat lagi dengan dirinya, atau sebenarnya bukan "lagi" karena dari awal memang tidak ada, selain teman semejanya yang selalu berusaha menjadi teman yang baik padanya.
Lantas apa yang mungkin benar menopang niatnya untuk hidup? Mungkin karena dia masih perlu membaca ribuan novel lagi di platform baca novel online ini? Dan karena memang ini yang dia lakukan setiap harinya selain menulis dan belajar. Kegemarannya dengan cerita romansa yang hanya pernah dia alami sekali, dan itupun cinta yang bodoh. Namun, tetap saja itu memberi kenangan dan kenikmatan untuk wanita yang jarang mendapat perhatian dan kasih sayang. Meski Jiwa juga suka menulis, cerita asmaranya ini agaknya tidak pantas untuk ditulis, terlebih dia tidak suka menjadi anonim di dunia sosial media, karena dia tahu bahwa ketika seseorang diberi topeng guna menyamarkan siapa dirinya yang sebenarnya, hanya akan membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih sampah dari saat ini. Lantas, dia hanya akan membaca saja di aplikasi tersebut, karena ceritanya lebih menarik untuk dibaca ketimbang diamati dan ditiru menjadi novel lain lagi, dan hanya mengganti nama serta bahasanya.
"Nia kayaknya cantik banget deh, ah... pengen."
Serunya tiba-tiba dengan suara manis lirih, dan manja seperti anak kecil--karena memang suaranya seperti anak kecil--setelah membaca beberapa kalimat dari sebuah cerita baru yang dia temukan di beranda aplikasinya. Dia memang sering melihat--atau membaca?--wanita yang digambarkan dengan cantik paras yang selalu dia idam-idamkan. Namun, kali ini si authornya mampu menjabarkan setiap helai rambut, setiap jengkal kelopak mata, dan lain-lain yang membuatnya tercengang dengan gaya penulisannya. Berjam-jam dia habiskan waktunya untuk membaca novel tersebut, dari setengah 5 sampai jam 6, dan dia mulai sadar bahwa ini waktunya dia bersiap-siap ke sekolah. Dia meletakkan ponselnya di atas meja, mengambil handuk di dekat lemarinya, melepaskan pakaian yang sedang dia pakai dan meletakkannya di tempat yang memang harus dia letakkan, hanya celana dalam dan handuk yang menutupi tubuh kecil dan mulusnya itu. Namun, dia tidak malu melakukannya karena dia tahu hanya ada dirinya di dalam ruang yang hanya berisikan kasur, lemari, meja belajar, serta dua buah pintu, yang satu menuju kamar mandi dan dapur, dan yang satunya menuju dunia luar. Langsung segeralah dia membersihkan tubuhnya tersebut. Tak takut dingin, karena sudah membiasakan air-air yang dingin itu untuk mencumbu Jiwa di pagi hari. Waktu 10 menit adalah waktu yang tidak biasah untuk seorang gadis yang menghabiskan waktunya di kamar mandi, tapi memang hanya segitu saja waktu yang diperlukan untuk mandinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa yang Sepi
Teen FictionJiwa adalah pribadi yang sederhana, berparas cantik, dan menggoda. Mungkin sebab itu mantan kekasihnya mau dengan Jiwa. Namun, karena mantannya pula dia perlu mengubah beberapa sifat kesederhanaannya menjadi sedikit emosional. Ditambah lagi dengan...