#10

9 4 0
                                    

Apa yang mungkin lagi Jiwa lakukan? Tidur siang? Tapi sudah jam 3 sore.

Oh, iya. Tadi kak Windy gimana, ya?

Dia teringat pada temannya itu, teman daring tepatnya, atau teman curhat mungkin.

Windy301

Membantu sesama adalah tujuan diciptakannya populasi manusia.

Jiwa_suji

Bener juga kak Windy

Btw, Kak. Tadi aku habis bantuin anak tetangga ngerjain PR wkwk. Seneng banget rasanya.

Windy tidak segera merespon, mungkin ada kesibukan lain, tentu dia lebih sibuk dari Jiwa mestinya.

Oh iya, kayaknya senin ada ulangan sejarah.

Jiwa membuka aplikasi notenya, yang biasah dia isi dengan catatan-catatan kecil pengingat, barang kali dia lupa bila tidak dicatat. Dia mengecek kolom ulangan, dan benar ternyata, ada ulangan.

Riri

Jiwa...

Ayok belajar bareng.

Baru saja dia mau mengambil buku sekolahnya dari atas meja belajar, sudah langsung dipanggil saja oleh temannya.

Jiwa

Boleh.

Di rumah siapa?

Riri

Aku aja, ada jajan nih enak-enak.

Jiwa

Meluncur...

Jiwa lalu memasukkan bukunya yang tadi diambil dari atas meja belajarnya, lalu dimasukkannya ke dalam tas biru miliknya. Dia memutuskan untuk pakai hoodie saja, tapi tetap pakai kaos. Sedikit merapikan rambutnya di depan cermin, dan dia sudah siap untuk menjadi hidup. Dirinya langsung keluar dari kontrakan, dan tiba-tiba saja baru mau membalikkan badan, ada motor besar lewat dan berhenti tepat di depan kontrakannya.

Duh, motor ini...

Seseorang yang terlihat berbadan tinggi, dan memakai pakaian yang stil itu, serta helm full face yang menyamarkan wajahnya, semua Jiwa hapal siapanya. Benar, Ajilah dirinya.

"Wa..."

Jiwa tidak menjawab, Jiwa kesal, dia kembali masuk ke kontrakannya.

"Eh tunggu..."

Aji berlari turun dari motornya, dan meraih tangan Jiwa yang sedang berbalik menuju pintu, meraih telapak tangannya yang terlihat lembut, dan lentik di setiap lekukan jari-jarinya.

Gila, halus banget tangannya.

Jiwa kaget, diam, mematung, seperti berhenti bekerja seluruh organ tubuhnya. Namun, tidak lama dia mengibaskan tangannya, dia memang jijik kalau dipegang orang lain, yang bukan orang dekatnya, apa lagi ditambah yang memegang kali ini adalah seekor jin. Terlihat gerik tubuhnya yang mengusap-usap telapak tangannya ke rok hitam yang sedang dia pakai.

"Maaf, kalau ada perlu segera bicarakan, saya ada perlu."
"Gak apa-apa sebenernya, tadi kebetulan lewat, jadi mau mampir."
"Kalau seperti demikian, alangkah baiknya anda menyelesaikan kunjungan anda, dan hendaklah melanjutkan perjalanan, dikarenakan saya juga ada perlu."
"Unblock nomor saya."
"Anda bicara apa, ya?"

Jiwa yang SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang