#3

25 5 0
                                    

Rembulan malam itu lumayan membantu malam, setidaknya gelapnya malam bisa diterangi--walau sedikit--olehnya. Namun, nyatanya, sinar rembulan tak cukup terang untuk membuat ketakutan Riri yang sedang sendiri dan ditinggal keluarganya di rumah menghilang. Atas dasar ketakutannya pada malam yang gelap, Riripun memberanikan diri untuk mengajak temannya Jiwa, untuk menginap di rumahnya malam itu, dan kebetulan dia mengajak serta Jiwa untuk mengerjakan tugas sekolah yang agaknya akan ditagih pak Santoso besok pagi.

Riri

Jiwaaaaaaa

Temenin aku di rumah dong malam ini, bapak ibu sama adek lagi ga di rumah. Aku takut sendirian.

Sekalian ngerjain tugas pak santoso

Kebetulan sekali, Jiwa sedang tidak punya kuota, tadi saja saat sedang mengecek notifikasi dari apps Novel Online miliknya, hanya menunjukkan animasi loading dan tidak mau memuat perintah yang dia perintahkan.

Perasaan belum 1 bulan deh aku beli, apa aku boros ya pakai kuotanya?

Gumamnya bingung pada diri sendiri. Setelah mendapat pesan dari Riri, Jiwa langsung mengiyakan saja, karena dia juga tidak mau membuat temannya membenci dirinya, juga dia ingin sedikit mencoba mengakrabkan hubungan di antara berdua, mengingat ini kali pertama Riri mengajaknya tidur bareng, entah dia akan menyuruh Jiwa seranjang dengannya atau bagaimana. Dan ngomong-ngomong soal seranjang, dia jadi teringat malam pilu itu. Namun, syukurnya Jiwa mampu mengalihkan pikirannya dengan cepat untuk mencari pakaian yang mau dia pakai ke rumah Riri.

Jiwa

Oke, tunggu ya...

Dia memutuskan untuk memakai kaos pink muda panjang miliknya, yang tidak terlalu banyak corak dan memang bahkan tidak ada coraknya sama sekali. Lalu, dengan bawahan celana training panjang warna hitam, dengan corak garis abu-abu. Mengambil tas dan memasukkan beberapa buku yang nampaknya akan dia butuhkan. Dia mengambil hoodie kesayangan dan satu-satunya, yang warnanya menyatu dengan kaosnya, guna mencairkan dinginnya malam itu, yang tidak cukup hanya dengan menutupi tubuhnya dengan kaos lengan panjang. Dia mematikan lampu ruangan itu, terasa gelap tapi masih bisa melihat, dilanjutkan dengan keluar dan menutup pintu serta menguncinya, langsung setelahnya siap menuju rumah Riri. Baru saja usai menutup pintu, dia terlupa dengan ponselnya yang masih tergeletak di atas kasurnya, lantas itu membuat dirinya perlu membuka lagi pintu itu dan masuk lagi, lalu keluar lagi, dan tutup pintu lagi, dan kunci lagi. Sembari berjalan, sembari melihat sekelebat layar lock screen ponselnya itu.

Jam 6 kurang 1 menit.

Dia tidak protes dengan apa yang terjadi, karena ini hal sepele, menurutnya, bergumam dan menyalahkan diri sendiri tidak ada gunanya. Sudah semua, dan dengan yakin pergi menuju rumah Riri.

Nampaknya, Riri benar-benar ketakutan. Saat Jiwa datang, dia sedang duduk di atas bangku kayu yang ada di terasnya, dan dengan kedua tangan memegang sebuah buku tebal, yang Jiwa yakini itu adalah novel, serta penuh pakem memakemkan pandangannya pada setiap huruf-huruf yang dicetak di atas kertas buku itu. Jiwa yang datang tidak bermaksud mengganggu temannya yang sedang asyik dengan dunia literasinya. Jiwa diam sejenak, mengamati temannya, yang dia rasa ternyata lebih cantik dari dirinya, dengan setelan baju piyama berwarna biru muda, dan rambut halus bergelombangnya yang digerai, dan Jiwa baru sadar kalau ada bando warna merah di atas kepala Riri yang membuat Riri terlihat benar-benar berbeda dari yang biasah dia lihat selama ini di sekolah. Jiwa hanya berdiri di depan gerbang, hingga pada akhirnya Riri mulai sadar bahwa ada yang mengamati dirinya.

"Ih... Jiwa, kok gak masuk sih?"

Hanya dibalas senyum olehnya.

"Sini ih cepetan, ayo masuk."

Jiwa yang SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang