3. Chemistry

38 28 56
                                        

"Semua itu terjadi di luar kendaliku, ketakutan akan sebuah kejadian yang bahkan tak pernah kualami menjadi bayangan dari masa lalu yang harus kupecahkan."

Laboratorium Doktor Zey dibakar sebagai tindakan pemusnahan terhadap serum berbahaya yang diciptakannya. Tempat penelitian terbesar yang dibekali pemerintah kini harus dihanguskan, karena percobaan terlarang. Doktor Zey sendiri dipenjarakan, karena tuduhan pembunuhan.

Oradour-sun Glane, Prancis (23 Desember 2010)

Kobaran api begitu jelas di depan mata, melahap segala kenangan yang ada. Bukan hanya tubuh yang lenyap dari semesta, tetapi segala cerita tentang diri juga hilang dalam sekejap. Hanya bisa memandang si jago merah itu membakar tempat tinggal dan benda kesayangan.

Bangunan menghitam dan tinggallah reruntuhan, pandangan mulai suram saat air mata membasahi retina. Kaki melangkah, tak ingin singgah dan menjadi abu. Berlari keluar dari laboratorium, mencoba menghindari api.

Sampai di halaman luar laboratorium ia melihat dua petugas yang menyulut api dan menuangkan bensin untuk membakar habis laboratorium dan rumahnya yang berdampingan. "Berhenti, aku masih di sini. Kumohon, jangan membakar tempat ini." Salah satu petugas menoleh, tak mendapati apapun di sana selain rekannya yang bergidik ngeri.

"Aku pikir kau sudah tidak takut api," sindir petugas itu. Tak lama kemudian, mereka mundur untuk menyulut api, usai menuangkan begitu banyak bensin ke setiap ruangan. Bagian dalam laboratorium di bakar terlebih dahulu guna menghindari bahayanya serum itu.

Api semakin besar, bercampur dengan zat-zat asam dan basa di laboratorium menimbulkan ledakan. Dalam satu hitungan bangunan itu runtuh, api berkobar siap melahap apapun yang ada. Kaki gemetar, jantung berdebar lebih kencang. Hati kecil terguncang melihat kejadian besar itu.

Gadis dengan rambut pirang dan netra abu-abu itu berlari ke arah hutan, langkah kakinya begitu jelas terdengar menginjak reranting dan rerumputan. Air mata menghias sorot mata sayunya, di umurnya yang masih tujuh tahun semua itu membuatnya ketakutan. Apa dia bisa hidup sendirian di tengah hutan?

Mayat di bangkar, sang ayah yang dibawa pergi secara paksa, laboratorium yang selalu menghantuinya dengan bau zat aneh dan peralatan yang mengerikan. Semua memenuhi kepala, bergiliran menakutinya. Teriakan lantang menggema di tengah hutan, diakhiri dengan tangisan pilu gadis itu.

***

"Ibu!" teriakku saat tubuh sudah dipenuhi keringat dingin. Debar jantung semakin kencang, mimpi itu seakan nyata terjadi di depan mata. Ia bangun langsung menyingkap selimut, napas tersengal, dan wajahku menegang. Tangan bergetar hebat, saat aku mengedar pandangan ke seluruh ruangan lalu menyeka keringat di dahi.

"Siapa gadis itu? Aku merasa tidak asing dengan mata abu-abu dan rambut pirangnya. Violet? Apa benar dia putri Doktor Zey?" Pertanyaan itu terus berputar membuatku terus gemetar. Pikiran kacau oleh ketakutan dan rasa khawatir. Satu hal yang tidak bisa kuhindari penelitian, karena Mama dan paman adalah ilmuwan.

Sekeras apapun usaha untuk menghilangkan, bayangan itu masih bersemayam dalam pikiran. Membayangkan penciptaan hollow-man saja membuatku gelagapan. Meski air dari wastafel menyegarkan, membasuh wajah yang kusam, tetap saja cermin mengingatkanku pada ketakutan itu.

Evanescent [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang