"In my dream I want to hug you."
Buku diary biru di meja menarik perhatianku, terbuka lebar seakan baru semalam seseorang menuliskan curahan hatinya di sana. Kalimat singkat yang ditulis latin membuatku tersenyum simpul.
In my dream I want to hug you
[Di dalam mimpiku, aku ingin memelukmu]"Aku ingin melihatmu secara nyata, Violet." Kututup kembali buku itu, meletakkannya di atas meja. Tanpa sengaja terbuka kembali menampilkan halaman pertama. Sekilas kutangkap sketsa air mata abu-abu, aku mengerjap.
Siluet abu-abu yang mengucurkan air mata abu-abu adalah sketsa netra Violet dengan rambut pirang yang tergerai indah sewaktu kecil. Mungkin saat itu ia berumur tujuh tahun, tertulis sebuah kalimat di bawahnya. Sulit terbaca karena tulisan latin dan bergaya italic.
Tiba-tiba sinar mentari menembus jendela, menyorot sketsa itu. Sepertinya matahari telah bertakhta di langit, guna memberi pagi yang baru di tanah Oradour San. Angin sejuk pun bersahabat menerpa tirai-tirai putih itu guna menampakkan keindahan ilalang di luar sana.
Aku menghela napas, lalu menyapu seluruh ruangan yang bernuansa biru putih itu. Sederhana dan penuh rana, apa ini melambangkan suasana hatinya? Kembali kulirik sketsa di buku itu, Violet memang klasik dan penuh misteri. Semakin aku dekat dengannya, semakin banyak tanda tanya tentangnya.
"Ken, ayo sarapan," ajak Doktor Zey yang berdiri di ambang pintu dengan senyuman bahagianya. Sudahlah, aku tak ingin merusak kesenangan di sini dengan memikirkan Violet.
Pagi pertama di sini tak perlulah kupenuhi dengan teka-teki dan berambisi mengungkap misteri. Mungkin kami akan jalan-jalan di Prancis, menikmati tempat-tempat indah yang harus dikunjungi.
Keputusanku bulat untuk mengabaikan Violet terlebih dahulu dan memikirkan tentang liburan, bersenang-senang dengan Vioni dan Datta. Aku pun tersenyum dan segera berjalan ke arah Doktor Zey, hingga mendapat pelukan penuh kasih darinya.
Ayah aku masih di sini, jangan pergi
Tulisan yang sebenarnya tertulis di bawah sketsa itu, perasaan Violet di saat Doktor Zey dibawa pergi secara paksa oleh polisi. Di saat seperti ini pun gadis itu hanya bisa memandang punggung sang ayah yang kian jauh. Merelakan kasih sayang itu untuk orang lain, ia hanya bisa berbalik memandang sendu keluar jendela.
Bayangan tentangnya selalu terulas di dalam pikiran, seakan perasaanku dengannya terhubung. Namun, aku hanya bisa menoleh sekilas membayangkan dirinya berdiri di sana sedang terluka.
"Maafkan aku," lirihku saat memilih berpura-pura tidak tahu dan tak bisa berbuat apa-apa.
Lupakan saja, suasana meja makan yang selalu kurindukan kini kurasakan kembali. Canda tawa dan kehangatan dari sebuah keluarga yang selalu kuharapkan sekarang terjadi di hadapan.
"Doktor, gaya berpakaianmu mirip ayahku. Dia seniman, detektif, dan pandai bela diri. Tak kusangka ilmuwan terpandang sepertimu juga menyukai style seperti itu."
Vioni angkat bicara seakan dia telah akrab dengan orang di hadapannya. Kebahagiaan pun terpancar dari wajahnya. Mungkin karena sang ayah sibuk dan tak sempat berbincang seperti ini, ia merasa Doktor Zey orang yang tepat untuk itu. Lagi pula ia selalu ditekan untuk menjadi yang terbaik kelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/247088297-288-k90631.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [TAMAT]
Science Fiction/evanes·cent/ (adj) Arti:lekas menghilang dan hanya bertahan dalam kurun waktu singkat. Oradour San, Prancis menjadi laboratorium seorang peneliti terkenal yang berhasil membuat organ manusia transparan. Namun, seseorang juga harus menjadi bahan uji...