"Sakit ini membuatku semakin menginginkanmu. Kamu menjauh dan aku datang mendekat. Dan semua yang kita alami hanyalah luka."
-Ken Zinagar-
"Aku akan memberikannya!" seruku dengan mantap dan penuh keyakinan saat sampai di kota tua yang ditinggalkan itu, kota Oradour San Glane, Prancis. Dengan kotak berukuran besar berisi buku Hollow World, kalung dengan liontin lotus putih, serta kuarsa kristal Lotus putih yang kukemas dalam kotak plastik transparan dengan bantalan dan alas kayu di bawahnya.
Sesampainya di tempat yang kutuju, tak kurasakan kehadiran Violet di sana. Sampai Doktor Zey mempersilakan masuk, "Beberapa hari ini Violet belum pulang setelah pamit untuk ke telaga," ungkapnya setelah ia meletakkan segelas jus jeruk di meja.
"Di telaga dan tidak kembali sama sekali? Malamnya?" tanyaku sedikit cemas. Pasalnya yang kutahu, Violet memang senang bermain ke telaga, tapi setiap malam akan pulang dan tidur di kamar ibunya.
Doktor Zey menggeleng, "Aku sempat berniat mencarinya, tapi bahkan tak ada yang tahu telaga yang dimaksud di mana," jelasnya. "Setahuku juga tidak ada telaga di kota ini," imbuhnya.
"Pasti ada sesuatu, saya tahu, saya akan mencarinya!" putusku yang langsung bangkit dan melenggang keluar. Memang cukup jauh di hutan, aku pun mempersingkatnya dengan memanfaatkan sepeda kayuh milik Violet di gudang.
Bergegas kukayuh sepeda ke balik hutan yang dijadikan tempat mengubur manusia transparan itu. Ya, di setelah hutan belantara tersebut, di sanalah telaga itu berada. Hanya aku yang tahu. Perasaanku menjadi tak tenang, pikiran negatif tentang apa yang akan menimpa Violet terus datang. Bagaimana jika Violet dalam keadaan kritis? Bagaimana jika ia dalam bahaya? Apa ia sedang bersedih?
Keringat dingin membasahi tubuh. Antara lelah dan cemas berlebih menjadi satu. Saat sampai di telaga rasanya sepi. Memang pemandangannya begitu indah, tapi seakan sunyi sampai aku melihat burung-burung ada di balik semak-semak. Segera aku turun dan membiarkan sepeda tergeletak di sana. Benar, burung-burung itu mengerubungi sesuatu di sana. Aku segera mendekat dan meraba.
"Violet!" Mataku membulat saat merasakan tubuh yang begitu dingin dan dipenuhi keringat. Gadis itu terbaring lemah di sana dan menggigil.
"Ken?" lirihnya.
Tak pikir panjang, aku langsung membopongnya ala brydal style.
"Bisa berdiri sebentar saja?" tanyaku. Ia mengangguk, walau gadis itu mampu berdiri tapi aku merangkulnya sambil menegakkan sepeda kayuhnya. "Ayo naik," ajakku sembari menahan sepeda kayuh itu, ia berpegangan pada kedua bahu, begitu ia berhasil naik ke boncengan. Aku pun menyusul, "Peluk erat!"
Violet memelukku erat dan menyandarkan kepala di punggung, "Dingin," rintihnya.
"Bertahan," pintaku. Pasti ia sudah cukup lama dalam keadaan lemah seperti itu, sepertinya ia demam tinggi. Apakah pengobatannya akan sama seperti manusia normal? Segera kukayuh sepeda dengan cepat sembari memegangi tangannya yang dingin. Keringat peluh membasahi dahi, sedang mataku memerah di ambang gelisah. Selalu menoleh ke belakang dan kembali memandang ke depan.
Begitu sampai di gudang Doktor Zey, aku langsung menerobos masuk. Untungnya, Doktor Zey ada di sana dengan tanaman di meja dan pemangkas daun di tangan. Tatapannya langsung tertuju padaku yang menjagang sepeda dengan kedua kaki sementara tangan seakan menahan tangan seseorang agar tetap melingkar di perut.
"Kau bersama Violet?" tanyanya.
Aku masih dengan napas terengah dan keringat di sekujur tubuh mencoba mengatur napas. Hanya anggukan yang memberi jawaban. Segera lelaki paruh baya itu beirngsut ke belakangku dan mengambil alih putrinya, membopongnya ala brydal style. Dengan begitu, aku bisa turun dan menjagang sepeda tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [TAMAT]
Fiksi Ilmiah/evanes·cent/ (adj) Arti:lekas menghilang dan hanya bertahan dalam kurun waktu singkat. Oradour San, Prancis menjadi laboratorium seorang peneliti terkenal yang berhasil membuat organ manusia transparan. Namun, seseorang juga harus menjadi bahan uji...