"I met the man on the moon,
he wore his hat to the side,
he asked if I had a light,
he told me to hold it together,
we're falling apart,
he told us to light up the world
when we dream in the dark.""Akhirnya aku bisa ke gereja semegah ini!" serunya sembari merentangkan yang membuatku mencondongkan badan ke belakang karena terdorong olehnya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya. Kemudian, langkahnya terdengar di gereja pada jam dua belas yang kosong itu. Hanya ada denting lonceng dan harum mewangi yang menyebar.
Aku tersenyum membayangkan cerianya gadis itu berlari ke tengah untuk memuja Bapanya. Tangan kusaku dan berjalan perlahan menyusulnya sampai melihat seorang laki-laki yang berdiri, itu Doktor Forc. Mungkin ia juga terheran karena mendengar suara tanpa wujud. Suara sepatuku yang beradu dengan lantai pun membuatnya menoleh, aku langsung menghampirinya.
"Itu dia, Violet Damara putri Doktor Zey," ungkapku, lalu menoleh ke arahnya yang masih memasang wajah bingung dengan memiringkan kepala dan mengerutkan dahi. Lalu, Doktor Forc menuju ke arah salib besar di ujung ruangan. "Ya, dia ke sana untuk pertama kalinya," ungkapku.
"Bagaimana dia bisa ke sini?" tanyanya.
"Dengan cara yang sama saat memanggilku untuk datang ke Oradour San yang ditinggalkan," jawabku sembari menoleh dan tersenyum pada Doktor Forc. "Ah, sebenarnya kami ingin meminta tolong padamu, bisakah membantunya untuk terlihat dengan cairan lilin?" tanyaku langsung.
"Oh, jadi ingin dia seperti manusia normal? Boleh saja, untungnya di rumahku ada, jadi tidak mempersulit izin ke laboratorium. Mari kalau begitu, kebetulan aku juga ingin bicara denganmu!" putusnya yang kuangguki.
Kami pun menuju villa Doktor Forc yang agak jauh dari perkotaan tujuannya untuk mengamankanku dengan Violet. Aku duduk di samping Doktor Forc yang menyetir mobil sport hitamnya, sedangkan Violet duduk di belakang tanpa suara.
"Jadi kalian berdua kabur?" tanya Doktor Forc tiba-tiba.
Aku mengangguk, terdengar helaan napas darinya.
"Aku cukup terkejut mendengar ayahmu adalah salah satu bahan percobaan itu. Aku pernah mendengarnya sendiri dari Zey, bahwa ia ragu dengan bahan percobaan itu terlebih ada yang aneh tentang Leya menurutnya," ungkap Doktor Forc.
Mendengar nama mama disebut, aku mengerutkan dahi, "Mama aneh maksudnya?"
"Ya, maksudku perempuan mana yang rela melihat laki-lakinya menjadi bahan percobaan sekalipun itu lelaki yang menghamilinya di luar nikah. Bukankah harusnya ia takut akan risiko kehilangan lebih besar dari Zey?" tanya Doktor Forc yang membuatku menyadari hal itu.
"Aku pernah mendengar ...." Violet angkat bicara, spontan aku dan Doktor Forc menoleh. Memang hanya ia yang menjadi saksi besar dalam kasus itu walau usianya saat itu masih 5 tahun. "Maaf, tapi Doktor Leya bilang mencintai ayah .... Maaf, Ken, aku tidak bermaksud, aku memang mendengarnya saat itu. Ayah marah karena Doktor Leya bisa-bisanya berhubungan sejauh itu dengan laki-laki lain, jadi tidak bisa menerimanya karena hamil. Itu sebelum adanya penelitian manusia transparan," tuturnya.
Pandanganku naik dan menajam ke arah Violet, ada amarah menggebu dalam hati. "Apa itu benar?" tanyaku dingin dengan mata memerah.
"Maaf, aku tidak bermaksud, aku juga tidak paham yang sebenarnya terjadi," balasnya yang melirihkan suaranya karena takut.
Laki-laki paruh baya yang tengah fokus menyetir dengan pandangan lurus ke jalan itu menghela napas panjang. "Hanya ayah dan ibu kalian yang tahu kebenarannya," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [TAMAT]
Ciencia Ficción/evanes·cent/ (adj) Arti:lekas menghilang dan hanya bertahan dalam kurun waktu singkat. Oradour San, Prancis menjadi laboratorium seorang peneliti terkenal yang berhasil membuat organ manusia transparan. Namun, seseorang juga harus menjadi bahan uji...