10. Cloud Night

5 3 0
                                        

"Apa aku ceritakan saja pada Doktor Zey soal Violet?" tanyaku sambil menuntun sepeda pancal Violet ke gudang. Namun, langkahku terhenti melihat pintu gudang terbuka dan Doktor Zey ada di dalam sana. Meja kayu yang luas itu penuh dengan alat penelitian sekarang. Gelas beker dari berbagai ukuran, pengaduk kaca, corong gelas, pipet. Beberapa dari wadah tersebut terisi cairan. Mataku memicing ke arah Doktor Zey yang serius mengamati cairan di pengaduk kaca sambil memegang pulpen, lalu menuliskan hasil ujinya di kertas. "Apa ia mencoba membuat cairan yang bisa mengembalikan Violet menjadi terlihat?" tanyaku dalam hati.

Sampai pandangan Doktor Zey tertuju pada kurungan kotak di ujung meja. Seakan ada sesuatu di sana, ia mengambilnya perlahan dengan tatapan mata serius. Lalu, meletakkannya di dekat gelas beker, selanjutnya ia mengambil jarum, menyerap cairan biru di gelas. Begitu jarum suntik terisi separuh dengan cairan tersebut, ia membuka penutupnya. Menunjukkan besi tipis dan panjang yang siap menembus kulit itu. Setelah itu, disuntikkan ke dalam kurungan, entah pada apa di sana. Sampai cairan itu habis, tanpa kutahu mengalir ke mana. Pasti ada sesuatu di sana, tikus?

Pertanyaan itu terjawab saat melihat bintik merah kecil muncul disusul organ hewan pengerat mungil yang mulai terbentuk. Suara cicit tikus pun mendominasi, saat itu pula aku merasakan tangan gadis di belakangku menyentuh bahu. Siapalagi jika bukan Violet yang kini mencengkeram bahuku. Aku menoleh, memang benar tak ada siapapun. Tentu yang dapat kurasakan kehadirannya hanya Violet.

"Pasti ayah melakukan percobaan itu lagi," bisiknya.

Brakkk!

Baru aku menoleh ke arah Violet, tapi dibuat terkejut dengan suara gebrakan pada meja yang begitu keras. Refleks aku menoleh pada Doktor Zey yang berdiri dengan kedua tangan bertumpu pada meja, ia tampak resah menatap hewan kecil di kurungan yang hanya terlihat tulang belulang dan organ dalamnya terbaring tanpa nyawa.

"Gagal?" tanyaku.

"Tikus itu mati, Ken," adu Violet.

Aku menghela napas berat. Doktor yang tampak kuat itu menunduk begitu dalam, tak ada pilihan selain mendekati dan merangkulnya. Violet pun mengambil alih sepeda pancal itu, membiarkanku masuk. Dengan ragu, aku mendekati laki-laki yang setia dengan kemeja putih itu. "Dok ...."

Brukk!

Belum selesai aku bicara, laki-laki paruh baya itu mendudukkan diri di kursi kayu nan ringkih. Ia menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Menangis?

"Violet, maafkan ayah, kau di mana, Nak?" tangis laki-laki itu begitu pilu.

Aku hanya menelan ludah, lalu mengusap bahunya.

Doktor Zey membuka wajah, pandangannya kosong, tapi lurus ke depan.

"Ken, penelitian dan percobaan ini bukan sepenuhnya salahku," ungkapnya yang mendongak untuk menatapku.

Alisku mengerut, "Lalu?"

Segerombol pasukan datang dipimpin sosok dengan gelar jenderal di name tag-nya. Mereka masuk ke gudang tua tempat Doktor Zey tengah memotong bunga Camelianya yang baru tumbuh. Bunga berwarna merah hati yang dihasilkan dari pencangkokan Camelia ungu dan merah. Pandangan ilmuwan dengan kacamata berbingkai hitam itu menajam saat jenderal itu berdiri di hadapannya.

"Bunga yang bagus," pujinya.

"Terima kasih," balas Doktor Zey sambil tersenyum dan membungkuk hormat. Lalu, menatap beberapa tentara yang ada di hadapannya itu, "Urusan penting apa yang mengundang Jenderal seperti Anda datang ke kota terpencil ini?"

Wajah Jenderal Danz berubah serius, ia menarik kursi dan duduk di sana. Dua tentara yang menjaga di luar menutup pintu gudang itu. Kini, ruangan itu kekurangan pencahayaan, hanya ada dari satu jendela di belakang jenderal tersebut. Doktor Zey pun duduk dan menatap serius sosok di hadapannya. Jenderal besar seperti Danz, tidak mungkin datang tanpa berita besar.

Evanescent [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang