"Ken, aku ragu ...," lirih gadis yang berdiri di depan cermin dengan sekujur tubuh yang telah dibalut lilin berwarna kulit. Inner hitam dan jeans pun telah dipakainya, aku maju sambil memakaikan wig di puncak kepalanya. Wig rambut panjang berwarna kecoklatan, terakhir memakaikan kacamata hitam, lalu topi hitam milikku untuknya.
"Aku akan memperkenalkanmu pada mereka," ucapku yakin sembari menarik lengannya agar menghadap ke arahku, lalu menepuk kedua bahu gadis itu dengan senyum tipis untuk meyakinkannya. Kemudian, menarik tangannya ke rumah kaca, tempat di mana orang-orang berada untuk melihat perubahan ruangan itu sekarang.
Tentunya, di sana ada Vioni, Datta, Doktor Zey, dan para warga. Mereka tampak senang dengan pemandangan hijau serta tatanannya yang rapi. Rumah kaca itu hidup kembali dengan senyuman orang-orang yang terpuaskan melihatnya. Tanpa kusadari, seseorang di sampingku tersenyum mengetahui itu. Aku menoleh dan mendapati air mata membasahi pipi.
"Sederhana saja, aku tidak kesepian lagi melihat ini," ungkapnya sembari menoleh ke arahku dan menghapus air mata.
Mendengar itu, orang-orang pun menoleh ke arah kami. Aku menggenggam tangannya erat.
"Putriku?" tanya Doktor Zey yang tertegun melihat ke arah kami.
"Aku ingin memperkenalkan seseorang pada kalian, Violet Damara, putri Doktor Zey," ungkapku.
"Tunggu, kenapa tiba-tiba?" tanya Vioni.
"Putri Doktor Zey? Bagaimana bisa?"
"Ya, ke mana dia selama ini?"
Deg!
Violet mundur selangkah dan tangannya gemetar. Ia hanya menunduk, kesulitan menjawab. Aku menghela napas.
"Hidup di hutan, dekat telaga, sendirian setelah kebakaran itu. Ini bukan tiba-tiba, tapi memang sudah waktunya. Aku menemukannya saat tersesat di hutan dekat makam manusia transparan itu. Dia yang menyelamatkanku, dia yang pertama menemukanku. Aku pernah mengajaknya berjalan-jalan keliling bahkan ke toko buku dan pasar jika kalian melihatnya," tuturku tanpa tahu.
"Ah iya, aku ingat, aku melihatmu membonceng perempuan, aku kira teman kuliahmu ini," balas pemilik toko buku itu. Ia tampak berpikir sejenak, "Ah ya, jika benar kau gadis yang selalu membaca buku sains dan sejarah dunia itu kan? Kau selalu datang ke toko dengan penampilan seperti itu," imbuhnya usai mengingat kembali tamu yang sering datang ke tokonya, mungkin ia juga merasa tak asing.
Violet yang masih takut hanya mengangguk.
"Kami mencarimu setelah kebakaran itu, kenapa kamu tidak mencariku?" tanya Nyonya Elma yang mendekati kami.
"A-aku aku pikir ...."
"Dia putriku, tidak bisa hidup dengan orang asing dan tak ingin menyusahkan orang lain," ucap Doktor Zey dengan bangga, menggenggam tangan Violet dan tersenyum, lalu memeluknya erat. "Ayah senang akhirnya kamu mau menunjukkan wujudmu, ayah akan selalu di sampingmu," bisiknya.
Aku yang berada di belakang Violet pun bisa mendengarnya dan tersenyum melihat kehangatan ayah dan anak itu.
***
"Bagaimana? Kalian sudah mengumpulkan semua bahannya?" tanya Doktor Zey yang baru memasuki laboratorium sembari memakai jas, lalu memperbaiki posisi kacamata dan mendekati kami.
"Ya, kami sudah mencarinya ke kota," jawabku yang diangguki pula oleh Vioni.
"Aku sudah membawa katak sebagai eksperimen," imbuh Datta.
Beberapa cairan sudah aman di dalam tabung dan wadah, begitu pula katak yang ada di kurungan kaca.
"Baik, kita mulai!" seru Doktor Zey sembari mengulurkan sapu tangan dan masker untuk kami gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [TAMAT]
Ficțiune științifico-fantastică/evanes·cent/ (adj) Arti:lekas menghilang dan hanya bertahan dalam kurun waktu singkat. Oradour San, Prancis menjadi laboratorium seorang peneliti terkenal yang berhasil membuat organ manusia transparan. Namun, seseorang juga harus menjadi bahan uji...