12. Bunga Lotus

8 3 0
                                    

"Vioni!" teriak Doktor Zey yang melangkah dengan cepat ke rumah kaca.

Aku mengimbangi langkah lelaki paruh baya itu dan mendapati Vioni tengah mengagumi beberapa tanaman yang masih tersisa di rumah kaca. Tak langsung mendekat, aku mengambil jarak beberapa langkah dari Doktor Zey yang meninggikan suara dan menatap dingin Vioni.

Gadis yang membungkuk menyentuh bunga berwarna merah hati itu menoleh. Begitu mendengar suara tinggi Dokter Zey ia menoleh dengan wajah tegang, terdiam beberapa saat. Lalu menegakkan tubuh dan menjauh dari tanaman itu, "Maaf, aku hanya ingin merawat tanaman ini," ucapnya dengan tatapan sendu.

"Nak ...." Panggilan itu berubah lembut dan dalam, Doktor Zey mendekat. "Tanaman ini sudah lama ditinggalkan, apalagi sudah terpengaruh eksperimen saya. Bisa saja terkandung senyawa berbahaya buat saat kamu sentuh," tutur Doktor Zey.

"Tapi, Dok, kenapa kita tidak memeriksanya di laboratorium?" tanyanya.

Aku mendekat, tatapan Doktor Zey berubah sendu dan terdengar helaan napas darinya.

Sejenak Doktor Zey berpikir dan memandangi Vioni, "Kamu benar, tapi--"

"Saya ingin mengujinya, dan Dok ... saya ingin memfungsikan kembali rumah kaca ini?" pintanya.

"Tapi, Vioni--"

"Doktor Zey, saya mohon, saya akan menguji tanaman yang masih ada di sini. Saya akan mencari tanaman lain dari penduduk, menanam, dan merawatnya. Dan ... oh ya, ada Ken juga Datta yang akan membantu. Saya janji akan membuat rumah kaca ini bersinar kembali!" seru Vioni dengan cerianya. Gadis itu, begitu menginginkan sesuatu tak akan ada yang bisa menolaknya.

Doktor Zey hanya bisa menghela napas dan mengangguk.

Pada akhirnya, gadis bermata sipit nan tajam itu bersemangat memakai kacamata grey-nya dan jas putih. Membawa satu pot bunga ke laboratorium Doktor Zey yang masih berwarna hitam legam usai terbakar. Walau dibersihkan warna itu tak bisa hilang. Di sisi lain, aku dan Datta membawa masing-masing dua pot di tangan. Ya, ada lima tanaman yang tersisa dan Vioni hanya membawa bunga Lotus merah hati itu dengan cerianya. Sedangkan aku dan Datta menatapnya jengah dengan dua tangan yang sibuk membawa pot tanaman berduri.

Di bawah bimbingan Doktor Zey, Vioni mengambil satu sampel daun, batang, dan kelopak bunga untuk dilihat di bawah mikroskop. Perhatianku tertuju pada jemari lentik yang telaten mengiris tipis batang muda secara horizontal, ia memastikannya tetap utuh agar struktur batang bisa dilihat dengan baik di mikroskop. Begitu pula daun yang diambil bagian kecil dan dibelah menjadi dua untuk mengetahui senyawa di dalamnya. Sementara kelopak bunga lebih mudah, yaitu dengan ditumbuk dan diberi sedikit air.

Duniaku seakan berhenti sejenak melihat Vioni yang jarang tersenyum, kini melengkungkan bibirnya. Manis. Satu per satu sampel ia uji dan hasilnya dipotret dengan ponsel. Gadis mandiri dan keras kepala sepertinya memang tidak bisa diremehkan. Tiba-tiba ia menoleh ke arahku, rambutnya tersibak ke samping dan senyumnya melebar.

Seketika tubuh terasa ringan, debar jantung pun semakin kencang. Tuhan, perasaan apa ini?

"Kennnn! Aku senang!" soraknya sembari memelukku. Belum sempat aku mengendalikan perasaan tak terduga itu, tetapi ia mengejutkanku dengan pelukan erat. Ia pun dengan riang melompat dan berputar, "Astaga, aku senang sekali bisa menguji tanaman-tanaman dengan struktur dan senyawa langka di hadapannya. Aku akan mempelajarinya dan bertanya pada Doktor Zey langsung tentang--"

"Tentang apa?" tanya laki-laki paruh baya yang muncul dari belakang kami. Ia mendekati Vioni, melirik buku catatan, sampel, dan ponsel yang tergeletak di samping mikroskop. Senyum terlukis di wajahnya, "Sudah menemukan kandungan apa saja yang ada di dalam tanaman ini ternyata. Bagus!" pujinya.

Evanescent [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang