"Karena hidup itu,
tidak selalu berjalan,
seperti yang kita pinta.Hanya Allah SWT
Yang Maha Mengetahui,
apa yang terbaik
untuk setiap hamba-Nya.***
IBNU HAYYAN
"Hayyan, ini bener rumah yang kamu buat untuk aku, kan? Lalu kenapa bukan aku yang kamu ajak tinggal disini? Kenapa harus dia?
Aku masih mencintaimu Hayyan, lebih dari diri aku sendiri. Aku ingin kita balikan lagi kayak dulu. Aku tahu kamu tidak pernah mencintai perempuan lain, sebesar cinta kamu ke aku.
Aku mau menunggu. Sampai kamu melepaskan dia. Karena kamu nggak sungguh-sungguh mencintai istri kamu. Dia hanya perempuan biasa yang nggak akan bisa membuat kamu bahagia.
I love you Hayyan. Please be mine."Butiran keringat bermunculan di dahiku.
Tidaaaak!!!
Mimpi itu lagi. Aku ingin segera terjaga, namun seolah ada ikatan tali yang melilit tubuhku. Membuatku sulit bergerak. Ini pasti karena aku lupa berdo'a sebelum tidur. Padahal Zia sudah berulang kali mengingatkanku.
Sebelum tidur, dia mengajakku berwudhu, membaca surah Al-Fatihah, ayat kursi, surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas. Kemudian do'a sebelum tidur, lalu kami berdua akan bersama memejamkan mata.
Aku dan Zia saling berpelukan dalam satu selimut hingga dini hari tiba. Setelah sholat Shubuh berjama'ah, kami mereguk kemesraan bersama. Zia tidak pernah menolak bila aku meminta hakku sebagai seorang suami.
"Abang." Suara Zia. Dia mengguncang bahuku dengan lembut. Jemarinya menghapus butir keringatku dengan ujung piyama tidur yang dia kenakan.
"Abang kenapa? Mimpi buruk lagi? Ta'awudz Bang."
Aku berusaha keras untuk bisa terjaga. Keluar dalam lingkaran mimpi yang tidak pernah aku inginkan melintas dalam pikiranku. Zia membisikkan surah Al-Fatihah dan ayat Kursi di telingaku. Akhirnya perlahan aku bisa membuka mata.
"Maaf ya Bang, Zia sudah sholat tahajud duluan. Barusan Zia dengar Abang mengigau. Sudah tiga hari ini Abang kayak begini."
Zia berhasil membuatku terjaga. Dia turun dari tempat tidur dan membuka lemari baju untuk mencari handuk kecil. Dinyalakannya lampu kamar dan mulai menyeka keringat yang membanjiri wajah dan punggungku.
"Abang mimpi pasien-pasien yang dirawat di rumah sakit ya?"
Aku hanya mengangguk. Karena tidak mau membuat Zia bertambah khawatir.
Padahal sebenarnya yang ada dalam mimpiku adalah...Aargh. Mengapa harus Kirana yang mengganggu tidurku. Aku memeluk Zia, erat.
"Makasih, Sayang. Ini karena Abang lupa berwudhu dan nggak baca do'a sebelum tidur. Alhamdulillah ada Zia di samping Abang."
"Zia perhatiin. Sejak mulai masuk kerja, Abang juga mulai jarang tilawah Qur'an. Allah akan menjaga kita selama kita juga menjaga Allah dalam sholat dan setiap ayat Al-Qur'an yang kita baca, Bang."
Aku membelai surai Zia yang terlihat lucu karena dia kerap membuat cepol yang membuatnya terlihat selalu menggemaskan. "Abang sekarang mau wudhu sekalian mandi."
Dahi Zia berkernyit. "Tumben Abang mandi jam 3 pagi. Semalam kan kita nggak ngapa-ngapain Bang."
Aku menyentil dahi Zia, lembut. "Memangnya kalau mandi pagi, harus selalu mandi junub?"
Cup. Aku mencuri ciuman di dahi Zia yang tadi aku sentil.
"Iih Abang. Bukan gitu maksud Zia."
Zia mengambil bantal dan memukul bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MANNER
RomanceTreat someone like you want to be treated. Love someone like you want to be loved. Do not harm someone like you do not want to be harmed. Perlakukan seseorang seperti kamu ingin diperlakukan, Cintai seseorang seperti kamu ingin dicintai, Jangan...