"Karena Surga itu
diciptakan oleh Allah,
seluas langit dan bumi,Maka aku ingin mengajakmu,
kelak masuk bersama
kedalamnya.Berharap selalu denganmu,
hari ini, esok atau nanti,
selamanya."***
RS Sahabat Keluarga
Kedua mata Ibe mengekori sosok yang baru memasuki pintu lobi depan rumah sakit. Ia sendiri sudah kembali praktek sepekan ini dan memar-memar di wajahnya mulai menghilang. Semua karena Ibe rajin memakai krim dari dokter Vanya, dokter Spesialis kulit di RS tempatnya bekerja.
Ia sedari tadi berdiri gelisah di depan mesin otomatis yang berisi minuman ringan. Sudah dua kali ia membeli kopi demi menunggu seseorang. Seseorang yang tiba-tiba saja memblokir nomor teleponnya dan menghindar untuk bertemu dengannya. Siapa lagi kalau bukan...
Gadis itu. Indri berjalan cepat dari pintu lobi menuju lift lantai dasar. Entah gadis itu sengaja mengabaikan kehadiran Ibe atau memang tidak melihat, karena Ibe berdiri memunggungi Indri.
Semesta seperti mengamini niat Ibe untuk menanyakan penyebab Indri menghindarinya. Pintu lift pertama sudah hampir ditutup, tepat ketika tangan Ibe menyelinap di antara pintu dan sensor membuat pintu lift kembali terbuka.
Pandangan keduanya bertemu. Ternyata hanya ada Indri sendiri di dalam lift. Gadis itu terlihat kaget dan sempat melengos ketika Ibe tiba-tiba masuk ke dalam lift.
"Hai, apa kabar In?"
Ibe mencoba mencairkan kebekuan di antara mereka.
"Alhamdulillah baik, Dok." Indri sengaja berdiri membelakangi Ibe.
Pintu lift menutup lagi. "Lantai berapa In?"
"HRD Dok."
Ibe membantu memencet nomor 7. "Saya kira kamu sakit, karena jarang kelihatan."
"Saya baru selesai cuti, Dok." Indri berujar pendek.
"Kamu cuti sakit?" Ibe sok perhatian. Padahal ia benar-benar penasaran. Ia bahkan sempat meminta jadwal jaga ke Haikal, teman Indri. Seminggu ini tidak ada jadwal Indri karena ternyata gadis itu memang ijin tidak masuk.
"Ayah saya yang sakit. Saya pulang ke Semarang untuk menjenguk."
"Oh, sakit apa?"
"Serangan jantung. Sempat masuk ICCU. Alhamdulillah sekarang sudah masuk kamar perawatan biasa."
"Syukurlah." Ibe memijat tengkuknya sambil mencari bahan obrolan lain. Lift yang memuat mereka berdua seolah bergerak lambat.
Pintu lift ke lantai 7 pun membuka. Indri sudah berjalan keluar dari lift. Tiba-tiba saja Ibe berjalan di belakang Indri dan menarik lengan gadis itu menuju tangga darurat.
Hanya ada satu orang petugas cleaning service yang memperhatikan keduanya. Perawat di ruangan sedang berkeliling memasukkan obat di bangsal.
"Ikut saya."
"Saya nggak mau. Memangnya kita mau kemana?"
Bukan Ibe namanya, jika tidak berhasil memperoleh apa yang ia inginkan. Wajah tampan yang lebih cocok menjadi seorang aktor film jagoan Marvel, dibandingkan menjadi ahli bedah.
Tinggi di atas seratus delapan puluh senti dan Indri terlihat sedikit lebih pendek bila berada di dekatnya. Juga cambang halus yang dibiarkan tumbuh di rahangnya, semenjak ia cuti sakit.
Napas Indri sedikit tersengal ketika Ibe akhirnya membuka pintu menuju rooftop rumah sakit.
"Saya nggak punya banyak waktu, Dok. Saya sudah ditunggu bagian HRD untuk mengajukan resign."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MANNER
RomanceTreat someone like you want to be treated. Love someone like you want to be loved. Do not harm someone like you do not want to be harmed. Perlakukan seseorang seperti kamu ingin diperlakukan, Cintai seseorang seperti kamu ingin dicintai, Jangan...