"Karena Dia jadikan kita mampu,
menghadapi ombak yang menerpa.
Sebab tiada ujian,
tanpa senyuman setelahnya.Karena Dia Maha Mengetahui,
siapa hamba-Nya yang percaya.
Bahwa cinta akan selalu hadir,
dan menguatkan kita berdua."***
IBNU HAYYAN
Berulang kali nama Alif muncul di ponselku. Sebelum ia menelepon untuk yang kelima kali, aku sudah lebih dulu mengetuk pintu ruang Kepala Bidang Pelayanan Medik.
"Assalaamu'alaikum."
Alif membuka pintu dan menyambutku dengan wajah muram. Ia menyodorkan surat bersampul coklat. "Silahkan duduk H dan silahkan dibaca."
Aku duduk di seberang Alif dan mulai membuka sampul surat itu. Kalimat demi kalimat yang ku kubaca, membuat dahiku berkerut.
Kirana mengajukan gugatan ke rumah sakit atas perbuatan tidak menyenangkan yang telah aku perbuat. Dikatakan di dalamnya, aku sengaja mengusir pasien pulang padahal belum sembuh. Aku menghela napas panjang.
"H, sebenarnya ada masalah apa di antara kalian berdua? Bukankah seharusnya bisa diselesaikan secara baik-baik? Lo tahu kan, kalau Kirana menuntut ke jalur hukum, uang suaminya tidak berseri? Gue nggak mau masalah ini berbuntut panjang dan menyebabkan pelayanan di rumah sakit nantinya terganggu. Gue harap kalian berdua bisa segera bertemu untuk mediasi."
Kirana kemarin benar-benar pulang, tapi terpaksa. Hanya dalam hitungan hari, dia berhasil mengutus pengacara suaminya untuk melayangkan surat gugatan kepadaku.
"Menurut Lo, apa sebaiknya gue resign saja dari rumah sakit ini? Toh jam praktek gue hanya dua kali di poli dan pasien gue juga nggak banyak."
Bibir Alif terbuka.
"Nggak banyak gimana? Jangan gila. Lo salah satu dokter terbaik disini. Lo juga dokter yang masih mau meluangkan waktu untuk membimbing dokter muda yang magang. Meskipun ya, ada beberapa dokter umum yang complain. Mereka bilang Lo lebih istimewain Keyzia dibandingkan yang lain, dalam memberikan bimbingan."
Well, dinding rumah sakit rupanya lebih cepat berbicara.
"Gue nggak mau menghabiskan energi untuk berseteru dengan Kirana. Lo tahu kan, gue nggak suka melawan perempuan. Beri gue waktu satu bulan untuk mencari solusinya. Kalau pada akhirnya gue yang harus mengalah dengan keluar dari sini, gue nggak apa-apa, Lif. Dari pada izin rumah sakit yang dipertaruhkan karena gue dituduh malpraktek."
Aku sekilas membaca Kirana menuduh aku malpraktek. Dendam apa yang dia punya sampai membuatku terlibat banyak masalah dengannya seperti ini.
Beberapa hari lalu, dia bisa mendapatkan nomor ponselku dan mengirimkan pesan untuk bertemu berdua.Dia minta aku menemani pergi ke tempat dimana dulu kami biasa menghabiskan waktu bersama. Apa dia bermaksud menyakiti hati suaminya dengan mengajakku berselingkuh. Aku masih waras untuk tidak meladeni kemauannya. Ternyata penolakanku berujung pada surat yang sekarang ada di tanganku saat ini.
"Yang gue nggak habis pikir, dulu Kirana pernah kerja disini. Kenapa dia sampai hati ingin menjatuhkan rumah sakit ini." Aku masih pusing dengan kelakuan perempuan itu. Aku masih tidak percaya, sampai satu tahun lalu aku pernah mencintai dia.
"Sudah gue bilang, kisah percintaan Lo memang semengerikan itu H. Sampai Kirana bisa berbuat nekad seperti sekarang. Tapi bagaimana pun, gue selalu ada di pihak Lo. Bagian advokasi dan humas Rumah sakit akan membela Lo. Kita akan mengadakan temu Pers untuk klarifikasi besok lusa. Selesai salat Jum'at."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MANNER
RomanceTreat someone like you want to be treated. Love someone like you want to be loved. Do not harm someone like you do not want to be harmed. Perlakukan seseorang seperti kamu ingin diperlakukan, Cintai seseorang seperti kamu ingin dicintai, Jangan...