Ekstra Part 3. NEAR YOU

7.1K 704 21
                                    

"Terkadang Allah SWT
mempertemukan dua insan,
bukan tanpa alasan.

Hanya saja saat ini,
kita yang belum mengerti,
rahasia Sang Pemilik Cinta."

***


Ibnu Rushd

Aku menikmati waktu menjelang berbuka puasa di kedai kopi milikku.
Karena awam dengan bisnis kuliner, aku mengajak beberapa teman kuliahku. Ada Rangga, Rian dan Bimo.

Mereka sudah lebih dulu membuka usaha kuliner daripada aku. Rian dan Bimo membuka bisnis Super Burger. Sementara Rangga memiliki usaha katering bersama istrinya. Lokasinya tidak jauh dari RS tempatku bekerja. Ternyata banyak karyawan rumah sakit ikut katering makan siang di tempat Rangga.

Mengenai nama kedai kopi The Doctors, idenya dari Bang Ibe. Tadinya abang mau menamakan The Ibnu's. Tapi aku malu karena tidak mau terlihat nepotisme dengan meminjam nama ayah untuk mendongkrak popularitas.

Sore ini menjadi saat istimewa yang tidak terlupakan untukku. Lebih tepatnya acara grand opening usaha pertamaku di bidang kuliner. Pukul lima sore, Bang Hayyan datang bersama Zia dan keponakanku yang ganteng, baby Rafa. Ternyata ada seorang lagi yang ikut bersama mereka.

Aku sempat tertegun selama beberapa detik menatap Hanifa. Sama sekali tidak menyangka bisa bertemu lagi dengannya. Seperti sudah setahun tidak melihat Hani, meski kami bekerja di rumah sakit yang sama. Dia sibuk di IGD, sementara aku di kamar operasi.

"Selamat Bang IR, untuk kafe barunya. Cozy banget tempatnya. Zi suka sama interiornya."

Aku tersenyum mendengar pujian Zia.
Kulirik sekilas Hanifa yang berjalan di belakang Zia. Gadis itu lebih banyak diam dan tidak ada ucapan selamat dari dirinya. Ah R, berharap sekali kamu pada Hani. Dia mau datang ke tempat ini saja, sudah meletupkan rasa senang di hatiku.

"Terima kasih telah mampir dan ikut buka puasa di sini. Ayo cari tempat duduk yang aman." Aku berusaha tidak berlama-lama memandang Hanifa.

Zia tampak bersemangat melihat nasi boks dengan minuman ta'jil yang telah tersusun rapi di atas meja. "Wah, ada kolak pisang dan es sirsak kelapa. Jadi bingung mau pilih yang mana."

Aku tersenyum geli melihat tingkah Zia. Dia tidak terlihat seperti ibu muda yang telah memiliki satu putra.

"Sini Bun, duduk di samping Ayah." Bang Hayyan memberi kode agar Zia merapat ke arahnya.

Mereka tidak sungkan menunjukkan keromantisan di mana pun berada. Tinggallah aku si bungsu yang masih menikmati masa kesendirian.

"Selamat Dok IR."

Suara itu. Terdengar lirih namun familiar di telingaku. Aku jadi sedikit salah tingkah di depan Hanifa.

"Terima kasih, Han. Nggak usah panggil Dok. Kita kan nggak lagi di RS. Kamu, apa kabar?" Aku memberanikan diri menyapa setelah sekian lama.

"Alhamdulillah baik. Saya ikut duduk disana ya Dok." Hani mengikuti langkah Zia dan duduk tidak jauh dari sahabatnya.

Lagi-lagi sesingkat ini pertemuan kami. Namun sudah ada kemajuan. Paling tidak Hani tidak lagi menghindar dan sudah mau berbincang denganku.

Dari seberang aku melihat Zia memberi kode dengan jempol melihatku barusan mengobrol dengan Hanifa. Tiba-tiba aku jadi malu.

***

RS Keluarga Sehat.

Aku baru saja selesai tindakan debridement pasien dengan penyakit luka diabetik. Pasienku adalah pasien lama kurawat selama beberapa bulan di poli rawat jalan.

Setelah sempat tidak kontrol beberapa bulan ke poli, ia datang lagi dengan kondisi luka di kaki yang tidak kunjung sembuh. Akhirnya dua minggu lalu pasien bersedia dirawat untuk dilakukan tindakan.

Hari ini aku dan tim melakukan tindakan pembersihan luka untuk membuang jaringan yang telah rusak. Sehingga diharapkan dengan jaringan baru, pembuluh darah bisa mengalir lebih baik dan luka cepat pulih.

Tentu saja ada beberapa tahapan sebelum tindakan operasi. Pasien yang tadinya malas mengkonsumsi obat diabetes, mau tidak mau harus rutin minum obat agar kadar gula darah sewaktunya bisa dibawah 200 mg/dl.

Serangkaian pemeriksaan laboratorium, rekam jantung, foto ronsen termasuk PCR covid, telah dilakukan pasien. Aku mengkonsulkan ke Bang Hayyan untuk pasien-pasien yang akan menjalani operasi.

Bang Hayyan akhirnya berhasil mengedukasi pasienku untuk kembali berobat rutin agar kadar gula darahnya terkontrol. Aku sangat terbantu, supaya hasil tindakan paska operasi juga baik.

Aku baru selesai berganti pakaian, ketika notifikasi ponselku berbunyi. Pertanda ada pesan yang baru masuk.

"Dari: Bang Hayyan.
R, nanti malam i'tikaf bareng di rumah Ayah."

Setelah Bang Hayyan dan Bang Ibe menikah, kami jarang bertemu di luar rumah sakit.

"Boleh Bang." Aku mengetik pesan balasan.

"Dari : Hayyan Abang SpPD.
Sudah selesai operasi?"

Aku membalas. "Baru selesai. Mau salat zuhur di mushola."

Aku baru mau memasukkan ponsel ke saku baju, ketika sekilas terbaca balasan pesan Bang Hayyan.

"Sekalian nanti kita obrolin rencana pernikahan kamu, R."

Hah. Mataku seketika membelalak. Pernikahan? Calon istriku saja belum ada.

***










Footnote :

1. Debridement : suatu tindakan bedah untuk membersihkan luka sampai semua jaringan nekrotik (mati/busuk) dibuang, hingga tampak jaringan yang sehat.

2. OK / kamar operasi
Penyebutan OK sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu Operatie Kamer, kamar operasi.

LOVE MANNER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang