"Aku memilihmu dari hati,
karena kamulah,
yang layak jadi pemilik hatiku.Kamu adalah masa depanku,
sekarang,
nanti,
selamanya."***
IGD (Instalasi Gawat Darurat).
Suara sirine ambulans terdengar mendekat. Malam ini partner jaga Zia adalah Haikal. Meningkatnya jumlah pasien dalam dua pekan terakhir, membuat bagian Pelayanan Medik mengeluarkan kebijakan jumlah dokter umum yang jaga adalah 2 orang setiap shif.
"Dok Zia, dok Haikal. Ada pasien baru. Korban kecelakaan. Dua orang remaja tabrakan balapan motor. Tidak pakai helm."
Pak Naman, sekuriti IGD beserta rekannya, mendorong dua brankar pasien. Dua orang perawat sigap berjalan dari nurse station.
Zia yang hampir tidak pernah tidur saat jaga malam, langsung bersiap mengambil sarung tangan. Tidak lama pasien masuk ke ruang tindakan. Dia mengecek pasien pertama yang masih sadar dan terdapat luka robek di dahi dan dagu.
Haikal menangani korban kecelakaan yang lainnya. Kondisinya lebih buruk karena matanya lebam serta keluar darah dari hidung dan telinga.
"Zi, aku periksa pasien yang ini ya."
Zia mengangguk. Dia menangani pasien pertama dan mencoba memanggil nama pasien. Pasien masih sadar dan mengerang kesakitan.
Sekuriti membantu mendaftarkan melalui KTP yang ada di dompet pasien, karena keluarga pasien belum ada. Kedua korban kecelakaan dibawa ke IGD oleh saksi mata, penjual nasi goreng di pinggir jalan.
Tekanan darah, nadi dan napas pasien yang diperiksa Zia, masih dalam batas normal. Zia melepas stetoskop dan melingkarkan di leher. Tidak ada luka di kepala dan bagian lain. Hanya luka lecet bercampur pasir di kedua siku pasien. Seperti tergerus aspal jalan.
"Mas, saya dokter Zia. Kita bersihkan dan jahit lukanya. Mas ada luka robek di dahi dan di dagu. Kalau tidak dijahit, darahnya akan keluar terus."
Pasien yang dari kartu identitas diketahui bernama Riyan, hanya mengangguk pasrah sambil masih berteriak kesakitan.
Dibantu Ners Tito, Zia membersihkan luka dan setelah luka bersih, baru dia mulai menjahit. Zia mengalami kesulitan di awal, karena pasien berontak. Setelah efek obat bius lokal yang disuntikkan sudah bekerja, pasien lebih tenang.
Zia mendengar Haikal mengkonsulkan pasien di bed sebelah ke dokter Iwan, Spesialis Anestesi dan juga dokter Hikam, Spesialis Bedah Saraf.
Selesai Zia menjahit dan menutup luka dengan kain kassa, datang lagi pasien berikutnya ke IGD. Keluhannya muntah dan tidak sadar penuh.
"Dokter, tolong Ayah saya. Satu jam lalu tiba-tiba muntah dan diajak komunikasi kayak nggak nyambung. Ayah saya sudah lepas suntik insulin seminggu ini. Obatnya habis."
Seorang perempuan sekitar 30 tahun berlari ke dalam IGD. Dia terlihat panik di samping ayahnya yang sudah dipindah ke brankar pasien.
"Zi, pasien baru sama kamu ya. Aku masih tangani yang ini. Kondisinya kritis. Dokter Iwan minta aku stabilin tekanan darah sambil edukasi ke keluarga. Maaf." Haikal memberi kode ke Zia.
"Oke, Kal. Nanti kalau ada kesulitan, kita saling bantu." Zia menjawab pelan.
Diam-diam Haikal memandang ke arah Zia. Bersyukur partner jaganya adalah Zia. Gadis ini termasuk cekatan dan care ke pasien.
Pasien yang baru saja datang dengan keluhan sesak napas, sudah dilakukan skrining Covid di depan. Formulir yang diisi dari depan, tidak menunjukkan gejala demam dan batuk. Napasnya sesak Kussmaul.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MANNER
RomanceTreat someone like you want to be treated. Love someone like you want to be loved. Do not harm someone like you do not want to be harmed. Perlakukan seseorang seperti kamu ingin diperlakukan, Cintai seseorang seperti kamu ingin dicintai, Jangan...