"Kau seperti nebula,
indah di hamparan semesta,
tak semua dapat memandangmu,
melalui netra biasa.hanya aku yang bisa,
menatapmu dengan penuh cinta.
karena kamu nebulaku,
satu untuk selamanya."***
KEYZIA
Hari ini Kamis jam 8 pagi. Berulang kali aku menunggu dengan gelisah. Papa masih di halaman belakang mengurus tanamannya. Aku membawakan kopi Cappucino tanpa gula. Papa penggemar kopi jenis apa saja. Aku senang beliau selalu meminum habis kopi yang aku buat.
Ada rasa takut di hatiku ketika nanti Papa bertemu Abang. Apakah Papa mau menerima. Jujur waktu dulu suami Kak Nara main ke rumah untuk pertama kali, aku masih koAss dan shif malam. Jadi aku tidak tahu bagaimana pembicaraan antara Papa dan Mas Aldi.
Lain halnya dengan adikku, Keyra. Suaminya Kak Zaki yang berbeda tiga tahun di atas Keyra, sejak awal datang sudah membawa banyak hadiah untuk Mama dan Papa. Aku yang bahkan baru berkenalan, sudah dibelikan tas bermerk Prada. Aku sendiri jarang membeli barang mewah.
Pernah Indri main ke kamar kosku dan mengatakan kalau tas pesta pemberian dari Kak Zaki, harganya mahal. Indri pernah beberapa kali meminjam untuk ke pesta nikahan temannya. Aku sendiri hampir tidak pernah memakainya dan membiarkannya tersimpan di lemari.
Abang sudah bersiap mau berangkat ke rumah. Belum pernah aku merasa deg-degan seperti sekarang. Abang akan melamar aku secara langsung.
"Zia, Papa dan Mama mau bicara."
Terdengar suara Mama memanggilku dari balik pintu ruang tengah yang terhubung dengan teras belakang.
Aku yang sudah menunggu di ruang tamu, segera berjalan menyusul Mama.
Disana aku melihat wajah Mama tidak seperti biasanya. Sebenarnya ada apa. Apa Mama dan Papa berencana menolak Bang Hayyan.
"Duduk disini Zia."
Papa memintaku duduk di depan mereka berdua.
Aku menurut. Tapi hatiku merasa tidak enak.
"Abang Hayyan sudah mau berangkat kesini Ma, Pa."
"Mungkin sebaiknya setelah ini kamu telepon supaya dia kembali ke rumahnya saja."
Hatiku seperti teriris mendengar ucapan Papa.
"Kenapa Pa?"
Papa mengeluarkan beberapa kertas dari dalam map.
"Ini. Sejak semalam kamu mengatakan nama lengkap lelaki yang akan datang kesini. Papa sudah mencari tahu biodatanya. Dia orang hebat Zia. Dia anak orang terpandang. Ayahnya seorang guru besar."
Mataku mulai terasa panas.
"Apa Zia tidak boleh menikah dengan lelaki hebat seperti Abang?"
Lalu Papa mengeluarkan lagi beberapa lembar surat dari dalam map yang sama.
"Kamu dan Rasyid. Kalian berdua berasal dari panti asuhan yang sama."
Maksudnya?
"Maaf Papa harus mengatakan yang sebenarnya. Karena sudah ada laki-laki yang datang ingin melamar kamu. Dia harus tahu kenyataan bahwa kamu adalah anak angkat kami. Saat Keynara usia 2 tahun, rumah kami berdekatan dengan panti asuhan Raudatul Jannah.
Nara yang jatuh cinta pertama kali dengan kamu yang waktu itu baru berumur dua bulan. Kemungkinan Nenekmu yang meninggalkan keranjang bayi dan tas perlengkapan bayi di depan panti asuhan. Kami beberapa kali datang kesana karena Nara sering menangis ingin bertemu kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE MANNER
RomanceTreat someone like you want to be treated. Love someone like you want to be loved. Do not harm someone like you do not want to be harmed. Perlakukan seseorang seperti kamu ingin diperlakukan, Cintai seseorang seperti kamu ingin dicintai, Jangan...