Ekstra Part 4. LOVE PATH

10.2K 748 24
                                    

"Allah SWT memiliki
cara terbaik mendekatkan
kita berdua,

dan mengikat kita
dengan tali cinta,
yang tak kan lekang,
oleh waktu."

***


Hanifa

Tiga bulan lalu.

Aku baru saja turun dari mobil. Tepat di depan Laundry Clean and Tidy, milik Tante May, teman Mama. Tadi pagi Mama minta tolong mengambil baju kebaya yang dilaundry beberapa hari lalu. Pelayanan yang cepat dan ramah, membuat keluarga kami menjadi betah menjadi pelanggan

"Jadi berapa Mbak, semuanya?"

Aku mengeluarkan dompet dari dalam tas, tanpa menyadari ada pelanggan lain yang masuk ke dalam.

"Semuanya jadi 150 ribu Mbak Hani." Mbak Mar tersenyum ramah dan memberikan nota tanda terima.

"Biar saya saja yang bayar."

Sepertinya aku mengenal suara itu. Benar saja. Rupanya Kak Andra.

Astaghfirulloh. Yang benar saja. Apa dia sengaja mengikutiku sampai kesini.
Cepat aku mengambil kain kebaya Mama yang sudah digantung dalam plastik dan bergegas pergi.

"Han, tunggu."

Aku membuka pintu kaca dan berusaha pergi sebelum Kak Andra berbuat macam-macam. Terlambat. Langkah kakinya yang panjang, berhasil mengejarku sampai ke tempat parkir di depan laundry. Ia mencoba menghalangiku masuk ke dalam mobil.

Kedua manik kami saling bertemu. Untuk kedua kalinya hatiku berseteru. Setelah terakhir kali ia berusaha menemuiku di rumah sakit tempatku bekerja. Hati kecilku mengakui bahwa Kak Andra terlihat jauh lebih dewasa dan tetap tampan seperti dulu.

Aku beristighfar berulang kali karena gagal menjaga pandangan. Kuatkan hamba-Mu yang lemah ini Yaa Rabb. Jangan sampai Kak Andra tahu isi hatiku.

"Kita perlu bicara Han. 10 menit. Aku hanya minta waktu kamu selama 10 menit. Setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi."

Entah aku yang bodoh atau bagaimana. Yang ada di pikiranku saat itu hanyalah ingin mengakhiri semua secepatnya. Selama ini aku selalu menghindari masa lalu yang pahit. Mungkinkah kali ini aku harus menghadapinya seorang diri?

Akhirnya aku mengalah dan meladeni kemauan Kak Andra untuk terakhir kalinya. Kafe Jingga dekat sekolah menjadi tempat yang dipilih pria itu. Kami pergi dengan mobil masing-masing sampai tiba di pelataran kafe.

Kami berdua berjalan masuk dan memilih tempat duduk nomor lima di kafe. Tidak jauh dari pintu keluar. Aku duduk dengan ekspresi wajah paling datar dalam hidupku.

"Apa kabar, Han?"

Satu menit dan waktu terus berjalan dimulai dari pertanyaan klise dari Kak Andra.

"Alhamdulillah baik." Jawabku pendek.

"Kakak senang mendengarnya. Selamat telah menjadi seorang dokter seperti yang dulu kamu mimpikan."

Ah, aku menyesal dulu pernah berbagi mimpi dengan pria ini. Di saat ia pernah menanyakan cita-citaku.

"Terima kasih."

Sudah dua menit berlalu. Berulang kali aku menatap ke arah arloji yang melingkari pergelangan tangan.

"Kamu, banyak berubah Han." Kak Andra menatap lekat ke arahku. Membuatku sedikit gugup.

Beberapa orang di dalam kafe memandang ke arah kami berdua. Ataukah mungkin itu hanya ilusiku belaka.

LOVE MANNER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang