🍦Jarak

27.7K 6.4K 2.5K
                                    

Ost Hyolin Stay

Anyeong yerobun, Absennya mana suyung?

Udah part 35, padahal target 40 part tapi cerita ini lambat bgt ya alurnya?

Berikan banyak sayang untuk cerita ini 💕

Berikan banyak sayang untuk cerita ini 💕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Jay, Kak!"

Ara....

Di depanku ada Ara kecil yang sedang duduk menggambar. Sudah lama sekali aku tak melihat adikku tertawa ceria begini.

"Ih Kakak jangan banyak gerak, kan belum selesai gambarnya."

Ara suka sekali menggambar. Bahkan dulu aku akan duduk diam seperti patung agar bisa digambar olehnya, kakiku sampai kram tapi hasil gambarnya juga jauh berbeda dengan rupaku. Gambarnya bukan realis tapi absurd.

Bahkan saat ini aku merasakan sentuhan tangan Ara yang tertawa menepuk-nepuk pipiku. "Kak! Kak Jay!"

Tahu lucid dream? Itu adalah kondisi ketika seseorang sedang berada di alam mimpi tapi orang itu bisa menyadarinya. Itulah yang aku rasakan saat ini, meski tahu Ara kecil yang aku lihat sekarang memang hanyalah mimpi, aku tak ingin melepaskannya, kalau bisa, aku ingin tidur lebih lama agar terus bersamanya.

Segera aku memeluk tubuh kecilnya, merengkuhnya begitu erat, erat sekali sampai adikku mengeluh susah nafas.

"Kakak ighh!"

"Jangan tinggalin Kakak lagi ya, mmhh?"

Aku sungguh sayang pada Ara, dibandingkan Mas Dean yang juga Kakaknya, Ara lebih menempel padaku. Ketika lahir, ibu meninggal. Ara tak mendapatkan kasih sayang dari ibu, maka dari itu aku yang selalu memberikannya kasih sayang, menjadi Kakak sekaligus Ayah untuknya. Segitu sayangnya aku.

Pelukanku semakin erat saja, sampai-sampai ini terasa nyata bukan seperti mimpi, aku merasa benar-benar sedang memeluknya.

"Jay! Ahhh... Susah nafas."

Tunggu, suara ini bukan lagi suara adikku. Dalam keadaan setengah sadar, aku mendapati Lily yang sedang tidur di atas tubuhku, bukan itu saja, aku juga terus mendekapnya hingga tubuhnya mepet sekali ke tubuhku.

"Lily?!"

Untuk beberapa saat aku terdiam memandangi wajahnya. Ia juga begitu, jangan harap ada adegan romantis selanjutnya, Lily justru menjedukkan kepalanya ke dahiku.

"Aghh!"

"Uhuk Uhuk... Jay, lepasin! Lily bengek susah nafas tahu."

Begitu sadar bahwa ia memang kesulitan bergerak karenaku, aku langsung saja melepaskannya. Kini Lily tidak aku peluk lagi. Nah tapi masalahnya ia tetap duduk di atas tubuhku.

Wife-Shop Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang