Happy reading!
Btw, part ini tu yang ada di prolog:)*****
Chapter 03
Airin berjalan dengan sesekali mengehela nafas, malam-malam seperti ini ia masih mengenakan seragam sekolah, tas ransel di pundak serta sepatu sekolah yang masih melekat, benar-benar seperti siswi yang baru pulang sekolah.
Padahal SMA Cakrawala sudah memulangkan semua warga sekolah di batas maximal pukul 20.00, lewat jam itu sudah dipastikan bahwa tidak ada siswa yang masih berkeliaran di sekolah.
Sebenarnya Airin sudah bergegas untuk pulang namun Vanya-kakak kelasnya itu kembali mengganggu Airin dengan menyeret paksa dirinya ke bilik toilet dan menguncinya.
Berjam-jam ia di dalam toilet yang sunyi dan pengap tapi untung saja ada anak OSIS yang menolong Airin, berhubung tengah melaksanakan rapat jadi mereka belum pulang seperti siswa-siswi lainnya.
Wajahnya lesu gadis itu sudah kehilangan energi karena terlampau lelah, sudah tidak heran dengan Vanya yang selalu membuat Airin kesusahan semenjak 2 minggu pertengkaran mereka di kantin. Seringnya Vanya bertingkah mungkin Airin akan terbiasa?
Airin mendadak berhenti melangkah saat ia mendengar suara gaduh. Suara itu sangat jelas sontak Airin mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari asal suara tersebut.
"Manusia merepotkan kaya lo gak pantes hidup"
"Mau lo a-pa anjing!"
"Mau gue? Lo mati"
Airin menatap tak percaya, di hadapannya dua sosok pemuda tengah berkelahi eh! Bukan-bukan, lebih tepatnya satu pemuda yang menggunakan pakaian serba hitam itu membabi buta dan yang satu lagi diam tak melawan atau sudah tak bisa untuk melawan?
Pemuda berpakaian serba hitam itu mengeluarkan pisau yang terlihat mengkilap di cahaya remang-remang malam ini.
"Argh!!"
Pisau itu sudah menancap di bagian tubuh pemuda yang diam saja Airin melihatnya dengan jelas. Darah segar telah mengotori kaos putih dilapisi jaket yang pemuda itu pakai.
Airin mendekat dan berlari, ia mengesampingkan rasa takut yang ada untuk menyelamatkan pemuda itu. Langkah kakinya terdengar sampai ke telinga keduanya. Pemuda berpakaian hitam itu menoleh ke arahnya, berbicara dengan korbannya setelah itu melarikan diri.
Airin berjongkok, memapah pemuda itu agar bersandar di pangkuannya. Tapi tunggu dulu.. wajah ini, walaupun wajahnya penuh lebam dan cahaya sekitar yang remang-remang namun ia bisa mengenali pemuda ini, iya Airin tidak mungkin salah orang.
Ia kenal pemuda ini.
Airin menggeleng, ah itu tidak penting untuk sekarang! Yang terpenting sekarang nyawa pemuda ini dulu.
"L-lo gapapa?" Ah sial! Airin merutuki dirinya, pertanyaan macam apa itu?! Tentu saja dia kenapa-napa Rin.
"Bertahan dulu, gue bakal minta pertolongan ke orang-orang"
"Jangan meninggal dulu!"
Pemuda itu terkekeh, kekehannya bercampur dengan ringisan.
"G-gue gak bakal mat-i sekarang" ucapnya terbata.
"Heh tengil! tunggu sebentar gue mau minta tolong ke orang-orang"
Lagi sekarat masih bisa pd kalo dia gak bakal mati? Kitakan gak tahu tugas Malaikat maut hari ini nyabut nyawa lo atau enggak! Airin membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR
Teen FictionAmour || by: @binarly Airin terkejut saat ingin pulang ke rumah ia melihat seorang pemuda tengah dipukuli secara membabi buta dan lagi pemuda berpakaian serba hitam itu mengeluarkan pisau yang mengkilap diantara gelapnya malam yang dikelilingi oleh...