Chapter 05

12.1K 773 3
                                    

sebelum baca vote dulu dan komen!

Biar saya semangat dan ceffat buat update!


*****

Chapter 05

Setelah selesai mandi dan makan Airin kini tengah berbaring di kasur empuknya, ia belum siap untuk pergi tidur tapi yang ia lakukan hanya menatap langit-langit kamarnya.

Teringat sesuatu, ia bangun dan mengambil benda berbentuk persegi panjang yang ada di meja belajarnya.

Ponsel milik Raka dengan logo apel yang sudah digigit tapi tak membusuk, ponsel keluaran terbaru yang memiliki mata banyak dan layar yang sedikit retak.

Sedikit ragu tapi tanganya yang nakal menekan salah satu tombol untuk menyalakan ponsel tersebut.

Setelah menyala ponsel itu menampilkan kunci yang harus dibuka dengan sidik jari dan opsi lain yang harus dibuka dengan pin.

Bukan Airun namanya jika tidak memiliki rasa keingintahuan yang tinggi a.k.a kepo. Ia ingin membuka ponsel Raka namun melihat keamanan ponsel itu.. ah! Belum mencoba saja Airin menyerah.

Masa bodo dengan ponsel Raka. Airin melirik jam yang menunjukan pukul 01.28 pagi, ia bergerak menaruh ponsel itu di laci meja belajarnya lalu berbaring di kasur berniat pergi ke alam mimpi.

*****

Koridor Cakrawala rampai dengan penghuni sekolah yang berlalu lalang, bersanda gurau dan bergosip. Seperti Airin yang berjalan dengan air pods yang menyumbat telinga dengan lantunan lagu.

Ia baru datang, wajahnya lesu pikiranya berkelana ke peristiwa tadi malam yang mengerikan sampai-sampai ia susah tidur karena takut.

Kakinya memasuki kelasnya, ia disuguhi oleh pemandangan para penghuni kelas yang kompak membuat lingkaran di salah satu meja yang terletak di pojok depan meja guru.

Jangan tanya mereka sedang apa. Pasti kalian juga tahu kalau tidak menyontek pr berjamaah ya pasti bergosip.

Maudy menyerbu Airin kala menyadari kedatangan sahabatnya yang sudah ia tunggu-tunggu. "Rin anjir tumben siang amat datengnya?!"

"Begadang gue Dy, huowam.. ngantuk banget" ujar Airin menguap.

"Rin lo tau gak? katanya ka Raka masuk rumah sakit, gara-gara kena begal" seru Risa mendatangi Airin, meninggalkan ruang lingkup pergosipan dan menciptakan ruang gosip yang baru.

Airin terdiam lalu mengangguk malas, soal itu dia sudah tahu.

"Kok biasa aja sih?! Ngapa lo?"

"Gue udah tau" Airin menjawab tak minat.

"Tau dari siapa?"

"Satu sekolah udah tahu belom?" Tanya Airin balik.

Keduanya mengangguk, mana ada berita tentang Raka yang tidak membludak dan menggemparkan di Cakrawala.

"Tuh lo tau"

"Begalnya ko bisa ya ngebegal Raka?"

"Bisalah ajalah bego! Buktinya Raka masuk Rs kan'

"Ish kasar banget si lo!"

Airin menghela napas, menelungkupkan kepala di meja lalu memejamkan matanya.

Mengingat kejadian yang menimpa Raka, darah lalu luka dan mendengar berita tentang Raka, Raka, Raka terus pokoknya. Baginya kemarin adalah malam panjang yang mengerikan.

*****

Diwarung kopi yang terletak di dekat Cakrawala tiga pemuda yang nampak gusar, mendengar kabar tak mengenakan temannya.

Ada perasaan tidak terima dan terbesit rasa heran dengan kabar yang beredar.

Raka masuk rumah sakit, katanya sih dia kena begal.

Seketika mereka ingin tertawa, begal? Haha Lucu! Raka bahkan lebih mengerikan dari para begal, gengster, berandalan dan teman-temannya.

Pemuda bengis, egois dan kejam macam Raka bisa kena begal bahkan sampai terkapar dirumah sakit, bagi mereka itu patut dipertanyakan. Karena mereka yang paling mengenal sosok Raka di banding yang lain.

"Gass jenguk lah!" Ujar pemuda berbulu mata lentik. Rasya, salah satu teman Raka.

"Gas-gas aja, kita aja gatau dia di rs mana" Julio atau sering dipanggil Lio berdecak.

"Cari tau lah bodoh banget si Li"

"Julio anjrit Lio! Berasa cantik gue dipanggil Li"

"Telpon Ras" Gara yang dari tadi diam, membuka suara.

"Udah dari tadi kali gue telpon Gar, gak aktif tapi"

"Telpon ka Fika coba"

"Gak punya nomornya"

"Tuh kan suka lupa gue kalo Rasya kudet"

"Lo aja sono telpon, punya emang?"

"Kaga"

"Fuck you!"

"Ck! Ni nomernya ni, telpon Li" Gara menyodorkan ponselnya.

Lio menerima ponsel Gara dengan tatapan yang menuntut, sekali lagi pemuda itu tidak suka dipanggil Li, dua temannya yang seperti setan sangat sering memanggilnya Li yang menurutnya seperti nama perempuan, padahal hanya menambahkan huruf o saja untuk menjadi Lio.

Telpon sudah terhubung, Lio meloudspeaker agar semuanya mendengar.

"Halo, Galih?"

"Ka Fik, Raka bener masuk Rs?"

"Hm, kena begal katanya. Padahal pembegal mana coba yang bisa ngalahin tu iblis"

"Anjir iblis dong!"

"Gimana keadaanya?"

"Gue belom liat langsung, gue baru mau kesana. kata tante sih operasinya lancar tapi dia belom sadar"

"Rs mana ka?"

"Eum.. tardulu. Gue chat deh lagi nyetir soalnya"

Ketiganya mengangguk spontan seakan anggukan tersebut bisa dilihat oleh Fika.

"Thanks ka, balik kola kita ke sana!"

"Hmm"

"Bay, muach!" Lio memberi kecup jauh dengan mendekatkan bibirnyatepat di speaker ponsel Galih.

"Idih Najis!"

"Ck! Hp gue rabies dah"

Lio tertawa. Mengecup ponsel Gara lagi, berkali-kali dan mengedipkan mata dengan wajah centil.

"Anjing" hardik Gara merebut ponsel miliknya dan menjitak Lio.

*****

TBC


22/03/2021

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang