Chapter 06

12.3K 879 8
                                    

Dont forget to vomen!

*****

Chapter 06

Sudah lima hari berlalu semenjak sekolah heboh dengan beredarnya kabar most wanted sekolah yang kabarnya masuk rumah sakit, topik itu tidak tenggelam bahkan di hari weekend tetap membahas Raka di group dan sosmed, dan sampai hari ini masih memenuhi pendengaran Airin.

Maudy yang up to date sedari tadi tidak berhenti membicarakan Raka yang katanya sudah siuman kemarin malam, Airin hanya memberi tanggapan yang seharusnya saja lalu fokus lagi mengerjakan pr yang belum sempat ia kerjakan dirumah, namun jauh di lubuk hatinya ia mensyukuri itu.

Bagaimanapun Airin tahu persis kejadian yang menimpa Raka dan sudah sepatutnya sebagai manusia ia merasa simpati.

"Pulang sekolah jenguk Raka yuk!" Ajak Maudy tiba-tiba, mendapat tatapan aneh dari Airin dan Risa.

"Sinting ya lo? Kaum rontokan gorengan kaya kita mau jadi apa disana?"

"Yeu.. lo aja sono rontokan gorengan, gue mah kaum kentang mekdi yaaa! lumayan highclass dari pada lo"

"Ih maksud Risa tuh Dy kita mau ngapain kesana?"

"Kan jenguk Raka"

"Dia aja gak kenal sama lo, gak kenal sama gue, pokoknya sama kita. Sokap banget dah tiba-tiba ngejenguk dia. Kita kan juga gak ada bibit-bobot-bebetnya buat sok akrab sama dia. Satu kelas enggak, Satu eskul enggak, satu organisasi juga enggak" Airin mencoba menjelaskan pada Maudy

"Tapi anak-anak yang lain juga mau pada jenguk dia, walaupun kaya kita"

"Ya itumah mereka, gue si ogah diajak-ajak apalagi buat sok akrab ke Raka yang sangar gitu"

"Aelah Ayolah! Ikut pliss gue mau jenguk Raka"

"Gak!"

"Kalian gak seru banget sih!"

"Bodo amat"

"Ish! Yaudah gue bakal ikut si Caca aja buat jenguk Raka"

"Bodo amat"

"Kalian gak usah ikut, gue juga gak peduli"

"Bodo amat"

"Aelah Risa!!" Rengek Maudy, tangannya memukuli bahu Risa.

"Woy anjrit! Sakit Maung"

"Maudy!" Disela-sela memukuli bahu Risa, sempat-sempatnya Maudy meralat.

Ponsel Airin bergetar dari saku rok, lantas ia mengambilnya, terpampang nomer tidak dikenal disana sehingga niat mengangkatpun ia urungkan. Pasti salah sambung atau paling tidak orang-orang iseng yang menawari pinjaman dan sejenis itulah.

"Siapa Rin?"

"Nomer  gak dikenal"

"Angkat aja siapa tahu penting"

"Penting pala kau! Gue juga sering dapet telpon dari nomer gak dikenal pas gue angkat malah gue suruh transfer duit. Mana ngaku-ngaku jadi temen sodara gue si Budi lagi padahal si Budi aja gue gak tahu dia siapa"

"Ahhaha! Pengalaman pribadi ni anak"

Ponsel Airin berdering lagi, manampilkan nomer tidak dikenal lagi namun nomor yang berbeda.

"Nelfon lagi?"

"Gak dikenal lagi tapi beda nomer dari yang tadi"

Bel masuk berbunyi, semua teman sekelasnya berbondong-bondong memasuki kelas dan duduk di tempatnya masing-masing. Seperti Maudy yang memutar tubuhnya menghadap ke depan.

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang