Chapter 08

11K 832 12
                                    

Happy reading!

*****

Chapter 08


Setelah berhenti menangis sendirian seperti orang hilang di depan ruang inap Raka kini Airin berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Pulang ke rumah adalah tujuannya, tidak peduli meskipun sekarang masih jam sekolah.

Dipertengahan langkahnya ia teringat dengan sesuatu, ponselnya. iya, ponselnya ketinggalan di dalam. Seingat Airin tadi ia menaruh ponsel itu di atas meja.

Sial!

Airin segera memutar tubuh berbalik dan berjalan menuju ruangan VIP Raka lagi.

Tinggal memutar knop lalu pintu akan terbuka tapi sebelum itu Airin mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas dan membuangnya, menarik nafas lagi dan membuang, berkali-kali seperti itu.

Sampai ada yang menepuk bahunya secara tiba-tiba, Airin terlonjak dengan otomatis ia mengalihkan atensinya pada orang yang sudah menepuk bahunya.

Airin menangkap sosok wanita berusia sekitar dua puluh tahun yang nampak cantik dengan setelan formal.

"Ada perlu apa ya?" Tanyanya menatap Airin dengan sorot bingung.

"Ee~ anu Tan, eh- kak.. saya salah kamar deh kayaknya" terbata-bata Airin menjawab pertanyaan sederhana itu ditambah sedikit bumbu-bumbu kebohongan.

"Oh, ini kamar adik saya. Memang cari kamar nomor berapa Airin?" Wanita itu membaca nama yang tertera di seragam Airin.

"Eh? Itu kamar.. 222. Kalau gitu saya permisi kak" Airin berbalik pamit undur diri yang naasnya ia malah menabrak tubuh tegap lelaki yang tengah bersedekap dadaserta manik coklat gelap yang tengah menatap Airin datar.

"Aduhh" Ringisnya mengelus jidat.

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Eh Gara.. gue mau pulang"

"Kata Raka Lo mau makan"

"Enggak, gue mau pulang"

"Loh Raka? katanya kamu salah kamar?"

"Alesan" celetuk Gara mengedarkan pandangan, cowok itu sedang menahan tawa akibat ulah Airin yang beralasan salah kamar.

"E hhehe.."

*****

Kakak Raka yaitu Fika di sofa tengah sibuk berkutat dengan laptop entah tengah mengerjakan apa Airin tidak tahu, lalu disampingnya Airin duduk manis tengah menyantap makanan yang Gara bawa tadi dan cowok itu sendiri ada dihadapan mereka dengan posisi duduk di lantai, atensinya fokus pada game di ponsel.

Airin makan dengan kepala yang menunduk dalam, merasa malu sekaligus tidak nyaman berada di situasi ini, apalagi setelah ketahuan kalau dia berbohong.

"Sayang sini" ujar Raka memanggil sang pacar dari arah bankar.

Uhuk uhuk!!

Airin tersedak di pertengahan makannya. Jika saja keberaniannya sedikit lebih banyak, maka dengan tidak teganya ia akan meninju Raka yang tengah menampilkan raut tak berdosa.

Lengan Airin di senggol beberapa kali oleh wanita cantik yang ia temui di depan yang tidak lain adalah kakak dari si cowok sinting itu.

Ia tersenyum canggung lalu bangkit dan menghampiri Raka dengan seribu umpatan yang ia tahan untuk diungkapkan. Dengan malas Airin duduk di kursi yang ada.

Tangan Raka yang bebas dari selang infus bergerak mengambil tangan Airin dan memainkannya dari mengelus-elus, mencubit-cubit, manarik sampai mencolek telapak tanganya seperti anak kecil yang minta diperhatikan ibunya.

Ok, Raka caper mode on.

Airin dengan raut wajah malas dan tidak peduli tidak merespon tingkah cowok itu, namun detik berikutnya ia melotot dan menipiskan bibir berusaha tidak berteriak saat Raka mencubit kecil punggung tangan Airin.

Masih mencubit punggung tangan Airin, Raka dengan tampang polos dan tak berdosa yang sayangnya terlihat menyebalkan di mata Airin itu bertanya..

"Sakit gak?" Tanyanya kelewat bego.

Sakitlah woy!. Batin Airin menjerit

Airin yang habis kesabaran memukul tangan Raka hingga menimbulkan bunyi pukulan yang cukup keras memenuhi ruangan itu ia tidak peduli itu terasa sakit atau sakit sekali.

"Sakit" ringis Raka, ia menatap Airin dengan mata yang berkaca-kaca.

Ini Raka kerasukan apa punya dua kepribadian? Manjanya bikin jantung Airin gak sehat!

Airin menengok ke arah sofa, dan benar dugaannya Fika dan Gara tengah menatap ke arah mereka dengan pandangan bertanya. Gadis itu meringis lalu setelahnya meminta maaf dan mengelusi tangan Raka yang ia pukul barusan.
"Maaf-maaf"

Raka tak menjawab tapi ia mengambil telapak tangan itu dan menaruhnya di kepala. Seolah Dunia milik berdua cowok itu merengek. "Elus.."

*****

TBC

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang