Chapter 19

4.9K 299 2
                                    

Chapter 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 19

Dentingan sendok dan garpu memecah kesunyian, Gio serta ketiga perempuan cantik yang duduk di kedua sisinya sedang makan malam bersama dengan hikmat.

Dari awal sampai sesi makan hampir selesai tidak ada yang memulai pembicaraan, Gio dan Harnum yang canggung akan situasi, Airin yang masih sangat dongkol serta Vanya yang tidak ada niatan membuka percakapan.

Ekhem

Gio akhirnya berdehem, bersiap membuka percakapan dengan hati-hati. "Airin, Vanya gimana sekolah kalian?"

"Biasa aja"

"Seru"

Sialan

Harnum membuka suara, berbicara dengan wajah penuh senyum.

"Vanya kalo ada perlu apa-apa bilang mama ya sayang, jangan sungkan"

"Asik. Karena mama ngomong gitu aku ga bakal sungkan loh"

"Iyadong. Kamu ga perlu sungkan disini"

Mendengar percakapan itu rasanya sebal sekali. Suara Vanya memuakkan bagi Airin.

"Kenyang banget sampe mual. aku duluan ke kamar" ucap Airin meninggalkan meja makan.

*****

Maudy meratapi nasibnya seolah dunianya akan berakhir. Sangat kasihan. Sedangkan Risa dan Airin hanya bisa memberikan ucapan selamat dan semangat.

Sahabatnya itu bercerita bahwa pada malam minggu nanti Nova-ayah Maudy sudah mengatur rencana pertemuan gadis itu dan calon tunangannya. Pertemuan itu katanya diadakan bertujuan untuk mendekatkan mereka sebelum acara pertunangan resmi diadakan.

"Gue doain deh Dy, semoga tunangan lo secakep Na Jeamin" Risa memanjatkan doa untuk sahabatnya dengan menyebut-nyebut bias Maudy.

"Gak siap sumpah! Kalo nanti dia tampangnya kaya om-om gimana?"

Airin mengelus punggung Maudy sambil menahan tawa yang akan lepas. "Ya..sabarin aja"

"Kasian, mana masih muda"

"Bisa depresot gue!"

"Udah makan dulu, nih aaa" Risa menyuapi nasi goreng dengan suapan penuh pada Maudy. Ikut kasihan melihat sahabatnya yang mengalami kisah romansa seperti yang sering ada di novel remaja.

"Hai adik" suara khas nenek lampir cantik itu menyapa pendengaran Airin yang sedang menikmati batagor miliknya.

"Dih sokap" tukas Maudy. Risa diam saja tapi sorot matanya menatap sinis ke arah Vanya.

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang