Chapter 12

9.2K 601 12
                                    


Chapter 12

Mengendap-endap di koridor sekolah yang sudah sangat lenggang bahkan kelewat sepi, Airin juga tak lupa memantau keadaan sekitar, gadis itu terus berjalan ke arah gerbang yang berada di samping sekolah, gerbang kecil yang bisa langsung terhubung ke sebuah gang.

Ingat 24 jam permintaan Raka?
Iya, kini Airin tengah menghindari Raka dengan cara  keluar kelas paling terakhir, menghindar dari area parkir dan gerbang utama Cakrawala. Karena tadi pagi, Airin melihat Raka di parkiran dengan seragamnya, yang artinya lelaki itu sudah masuk sekolah.

Airin kira dapat bernapas lega karena sudah berhasil keluar dari lingkungan sekolah. Tapi dugaannya salah, dari jarak 2 meter di depannya terdapat warung pinggir jalan yang di penuhi oleh para siswa pembuat onar SMA Cakrawala, kini mereka tengah menatap Airin lekat-lekat.

Ia mencoba terus berjalan dan mengabaikan berbagai tatapan dan siulan mereka yang sebenarnya sangat menggangu.

Benar-benar hama.

Lagi-lagi Airin bernapas lega saat ia sudah berada jauh di depan mereka, dan lagi-lagi kelegaannya terhempas begitu saja saat seseorang menarik lengannya sampai ia berbalik.

Dua orang laki-laki berseragam sama dengannya dengan bet yang menunjukkan bahwa mereka kelas XII dan satu orang perempuan dengan seragam yang berbeda.

"Gak salah! bener ini dia yang ngaduin lo" seru lelaki yang menarik tangannya barusan, Airin tidak kenal dia siapa.

"Adik kelas" gumam lelaki satunya yang Airin tahu bernama Arthur, salah satu jajaran mostwanted Cakrawala yang terkenal akan sifat buruk yang lelaki itu punya.

"Berani banget lo. Mau caper?"

Airin mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Maksudnya apa ya? G-gue.. gak paham"

"Muna banget lo. Bikin jijik banget tau gak?" Si perempuan turut andil.

"Eh serius! gue gak paham maksud lo apa"

"Akh!" Airin meringis saat rambutnya di jambak oleh perempuan itu. Sangat kuat sampai ia pusing dengan jambakan yang perempuan itu berikan.

"Ngaku aja! Buruan!" Sentaknya.

"Apaan sih! Gak jelas. Lepasin sakit ini pala gue!"

"Berani banget lo!"

"Iya kenapa? Lo kira gue takut sama lo? Jangan harap. Bwlee!"

Perempuan itu makin menarik rambut Airin, jika saja rambut gadis itu rumput mungkin sekarang sudah tercabut sampai akar-akarnya. Tindakannya tentu saja sangat kesal karena ledekan yang Airin berikan.

Deru motor berhenti mengalihkan mereka membuka helm dan turun dari kuda besinya. Raka dengan seragam sekolah yang tertutup jaket kulit hitam itu bersedekap dada.

Dan Airin sedikit merasa lega.

"Ada perlu apa lo?" Arthur bertanya mewakili ketiganya, termasuk juga Airin yang ingin tahu.

Raka menggeleng.
"Lanjut aja, gue cuma mau nonton" jawaban itu, sangat jauh dari ekspektasi seorang Airin Gracylia. Pupus harapan Airin kalau kedatangan Raka adalah untuk menolongnya.

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang