Chapter 22
Pukul lima sore menjadi waktu bersantai paling pas untuk menikmati semilir angin yang kian menyejukan, cahaya yang menyinari bumi pun lambat laun berubah menjadi warna kuning kemerahan.
Menghirup dan membuang nafas seraya tersenyum, Airin menikmati keindahan ini juga roti bakar yang Deka pesan untuknya.
"Apaansi lo cantik banget gini?" Sewot lelaki itu lebay, berpura-pura melirik kesal ke arah Airin.
Sedangkan Airin merotasi matanya, buaya!
"Gue yang cantik, kenapa lo yang repot??"
Ck. Kalau bukan karena ingin memanas-manasi Cahaya, mantan pacar Deka yang ketahuan berselingkuh, Deka mana berani mengajak Airin ke tempat bagus dengan suasana romantis ini.
Bisa bahaya soalnya.
Dan tentu saja, Airin bukan orang yang tepat untuk ia bawa kesini. Sebenarnya niat awal Deka ingin mengajak Maudy yang tentu sudah sangat klop dengan nya, tapi gadis itu mendadak tidak bisa datang karena ada urusan dan berakhir Maudy meminta Deka langsung menjemput Airin saja yang katanya sedang guling guling tidak jelas dikarenakan bosan."Kasian Raka. Punya cewek galak banget" gumam Deka dengan ekspresi yang ia buat prihatin
"Yang ada gue yang harus lo kasianin. Sepupu lo itu, terlalu susah dicerna jalan pikirnya!"
Tertawa, benar kata Airin. Deka yang merupakan sepupunya dan telah mengenal dari kecil masih sering dibuat heran oleh Raka.
Raka itu pendiam dan pikirannya penuh misteri. Jadi, Deka memilih menyerah dari pada harus menelisik pikiran Raka, pun hal tersebut sepertinya memang bukan passion Deka.
Airin menarik ujung kemeja Deka memberi kode. "Cahaya! Cahaya!" Bisiknya rusuh, memicing ke arah gadis dengan blus mint dan rok midi putih dengan rambut terikat rapih.
Deka memerhatikan Cahaya yang selalu menjadi wanita paling cantik diantara yang lain.
Kali ini Deka serius. Menurut Deka Cahaya itu tidak ada duanya.
Tapi Deka yang malah diduakan oleh Cahaya.
"kok dia sendirian??" Tanya Airin melihat meja nomor tujuh dimana Cahaya berada duduk sendirian dengan posisi menyampingi Airin dan Deka.
"Telat kali tu biawak" kelakar Deka keki. Ia sedang menahan diri untuk tidak menghampiri Cahaya, tapi biawak satu ini malah belum datang dan malah membuat Cahaya menunggunya.
Airin terkikik geli sendiri melihat Deka dengan tampang menahan kesal. Dasar buaya bucin.
"Kelakuannya playboy tapi kok bulol. Kalo udah bucin mah bucin aja" kata Airin mengalihkan pandangan ke Cahaya. Dari ekor mata Airin melihat siluet Deka yang menoleh kesal ke arahnya.
"Gue rasa sih, Cahaya aja pun udah lebih dari cukup buat lo. Dan mungkin Cahaya juga." Papar Airin selanjutnya.
Deka diam saja. Entah cowok itu akan sadar atau tidak tapi yang menyadarkan Airin sehingga dengan spontan menyikut Deka berapa kali.
Ada yang datang dimeja itu dan duduk persis dihadapan Cahaya.
Tapi anehnya, yang datang adalah seorang gadis dengan rambut panjang tergerai sehingga rambutnya ikut bergerak menutupi pipi saat ia duduk.
"KOK CEWEK?!" Airin berbisik penuh penekanan.
Deka kebingungan. Ada yang salah disini. Rasya bilang Cahaya akan pergi ke kafe ini dengan pacar barunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOUR
Roman pour AdolescentsAmour || by: @binarly Airin terkejut saat ingin pulang ke rumah ia melihat seorang pemuda tengah dipukuli secara membabi buta dan lagi pemuda berpakaian serba hitam itu mengeluarkan pisau yang mengkilap diantara gelapnya malam yang dikelilingi oleh...