Chapter 07

12.2K 815 28
                                    

Sebelum baca yuk vote dulu!

Komen juga ya!

🤸

*****

Chapter 07

Dari bankarnya, Raka memandangi wajah polos Airin yang tengah tertidur pulas di sofa, kata Lio tadi gadis itu sudah datang dari pukul sepuluh-an, tapi karena ia sedang tidur Airin bilang biarkan saja dan akan menunggu dirinya bangun.

Raka mengulas senyum manis yang melebihi manisnya gula biang. Sudah hampir sejam ia memandangi Airin yang tidur sangat nyenyak disana, ia ingin gadis itu segera bangun.

Ia berinisiatif membangunkan gadisnya, tapi untuk membangunkan Airin disofa cukup sulit karena keterbatasan gerak akibat jahitan diperutnya yang belum sepenuhnya mengering dan tidak ada seorangpun disini yang bisa membantunya.

Namun bukan Raka namanya kalau tidak ada ide yang terlintas di otak cerdas, cermat dan berkualitasnya. Ia lantas mengambil gelas di nakas dan meminumnya, nanti mubazir. Lalu menaruhnya kembali, ia melancarkan aksinya dengan memberi beberapa kali mendorong gelas beling itu dengan jari telunjuk, sampai..

Prang!

... Gelas itu mendarat ke lantai dengan kondisi tak lagi utuh.

"Astaghfirullah" Airin terperanjat kaget saat suara gaduh memenuhi indra pendengarannya. Ia melihat pecahan gelas yang berserakan dilantai.

"Raka g-gue panggil petugas kebersihan dulu ya" Airin mendadak kikuk kala menyadari Raka yang tengah memperhatikan dirinya, lalu keluar.

Petugas kebersihan sudah selesai dan keluar beberapa menit yang lalu, di ruang inap VIP Raka saat ini hanya ada cowok itu dan Airin yang tengah berdiri bak patung di dekat pintu, masih setia dengan tampang kikuknya yang malah membuat Raka gemas.

Raka menginstruksi Airin dengan jari yang ia gerakan agar gadis itu mendekat. Airin mengerti itu dan berjalan mendekat dengn tempo yang lambat. Lalu mendudukkan dirinya di kursi yang ada di dekat bankar.

"Eum.. jangan salah paham dulu ya, tadi tuh kata temen-temen lo, lo itu nyariin Airin, tapi pasti bukan Airin gue kan? Pasti Airin yang lain bukan gue, tapi temen-temen lo malah nyari gue dan maksa gue buat dateng kesini.. s-sorry ya"

Raka tersenyum, tangan yang bebas dari infus itu bergerak mengelus surai hitam Airin.

Ganteng banget, help!

Perlakuan Raka berhasil membuat jantung Airin berdegup kencang, ia mematung dengan tampang bodohnya.

"Kamu lucu" Raka dengan deep voicenya, tersenyum lembut yang malah membuat Airin menegang.

Raka membuka suara lagi. "Udah makan?"

Airin spontan mengangguk lalu menggeleng.

"Yang bener yang mana"

"G-gue belom makan"

"Makan ya, aku pesenin. Kamu mau makan apa?"

"Gak usahlah gue juga mau pulang kok"

"Gak boleh! Kamu disini aja"

"Nanti gue di cariin mama"

"Izin dong sayang! Udah cepet mau makan apa?"

"Enak aja lo sayang-sayang! Pokoknya gue mau pulang titik."

"Ck! Terserah"

"Yess oke baybay!"

"Nanti dulu kamu pulang sama Gara"

"Gara yang muka tembok itu? Ogah, mending pulang sama mamang ojek"

"Gak boleh pokoknya kamu pulang sama Ga- Argh"
Raka meringis memegangi perutnya yang terasa perih karena spontan ia bergerak menahan Airin sampai lupa dengan jahitan di perut yang menjadi keterbatasannya untuk sekarang.

"Eh lo kenapa? Gue panggil dokter dulu ya sebentar"

"Gak usah, kamu disini aja"

"Lo kesakitan bego"

"Ck! Jangan ngomong kasar"

"Gue gak ngomong kasar"

"Tadi ngomong bego"

"Bego sama kasar apa hubungannya? Bego dari be, kasar dari ka. Anak TK juga tau dua kata itu beda."

Suster masuk dengan membawa nampan berisi makanan rumah sakit mengalihkan perhatian dan perdebatan keduanya.

Airin melirik nampan yang di taruh suster tersebut, "Makan tuh" celetuk nya.

"Suapin"

"Nyuap sendiri tangan lo itu harus berguna"

"Kamu juga disini harus berguna"

"Gue kesini aja dipaksa ngapain gue juga yang harus jadi babu?"

"Kamu bukan babu, itu namanya ngerawat pacar"

"Ish pacar apasih?!"

"Pacar ituloh yang cewek sama cowok manggil sayang-sayang. Masa kamu gak tahu?"

Mata Airin hiperbola, Raka bego.

"Gue jelas lebih tahu kalo soal itu mah. Raka Kita kayaknya ada kesalah pahaman deh, maksud gue, kita gak pacaran dan gue bukan pacar lo" Airin mencoba menjelaskan dengan berhati-hati.

"Pokoknya lo itu pacar gue"

"Nahh gitu kek pake lo-gue aja"

Airin melanjutkan. "Pokoknya gue gak mau jadi pacar lo!"

Raka terkekeh sinis, auranya tiba-tiba berbeda dari yang tadinya terkesan lembut, sekarang cowok itu kembali ke mode sangarnya seperti biasa. Raka si bengis yang ditakuti teman-temannya.

"Berani bantah gue?"

"Masalahnya Gue gak mau dan gue beneran gak ada perasaan sama lo" Airin menekan kata-katanya, agar Raka bisa mengerti.

"Lo milik gue, Airin"

"Lo kira gue barang main di klaim-klaim aja! Gue gak ada perasaan sama lo, gue bukan pacar lo, kita gak pacaran dan gue juga bukan milik lo!" Tandas Airin.

"Gue pamit." Pamitnya berjalan keluar.

Raka mendorong asal nampan yang masih utuh di nakas sebagai pelampiasan, ia ingin menahan gadis keras kepala itu namun lagi-lagi tertahan karena luka sialan ini sekarang.

"Airin Grecylia gue bakal pastiin lo jadi milik gue!" Serunya menatap pintu yang telah tertutup sempurna.

*****

Sedangkan Airin mendudukkan dirinya di kursi depan ruangan Raka, menetralisir degup jantungnya yang membuncah.

"Anjir! Anjir! Berani banget gue tadi?!!" Pekiknya tertahan, gadis itu tidak bisa menahan raut takutnya lagi seperti saat berhadapan dengan Raka.

"Ngelawan Raka loh ini" Menggigit jarinya dengan gelisah, tangan yang terasa dingin itu juga gemetar sangat menggambarkan dengan jelas seberapa takutnya Airin sekarang.

"Hiks... Mamah..." Air matanya turun, ia sesenggukan di lorong rumah sakit yang sepi karena Raka Grahadiaz yang baginya sangat menakutkan.

*****

TBC


Mars//25/03/2021

Salam hangat 💜
-cyril

AMOURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang