ten

859 136 32
                                    


{•°}

"Changbin, bangunlah."

Pupus, tentang mimpinya yang sedang menikmati makan malatang harus dihentikan secara paksa oleh sebuah suara. Dari persepsi kantuknya, si pemilik suara serak itu adalah Chan. Dan karena itulah Changbin menolak untuk bangun, ia ingin kembali melanjutkan mimpi lezatnya tersebut.

"Lima menit lagi."

Terdengar helaan napas berat dari leader-nya itu, namun Changbin terlalu malas untuk menaruh kepedulian. Kembali bergelung di dalam selimutnya nyaman, sembari bergumam kacau yang tidak dapat di mengerti.

"Bin, aku mohon bangun sebentar saja. Ada yang harus kita bicarakan."

Dengan kelopak menyipit, Changbin perlahan mulai memandang figur yang saat ini berdiri di dekat ranjang tidurnya. Mulutnya menguap lebar untuk beberapa detik, dan dengan rengekan malas mulai bangkit untuk duduk dari tidurnya. Menggaruk kepala sembari mengembalikan nyawa yang masih melayang.

"Mau bicara apa pagi-pagi begini?" tanyanya malas dengan suara serak sisa tidur lelap.

"Kamu dan Eunwoo masuk portal berita."

Mata yang tadinya masih begitu berat dan sukar untuk dibuka kini melotot lebar. Napasnya nyaris putus tepat setelah dapat mencerna apa yang Chan katakan. Changbin tentu tidak mau percaya, ia buru-buru mencari pembenaran melalui tatapan Chan yang kini tertuju lurus padanya.

"Bagaimana bisa!"

Pemuda pemilik bekas luka kecil di bawah dagunya itu seketika mencari keberadaan ponselnya. Segera menuju aplikasi portal berita online dan lagi, Changbin membuang napasnya kencang saat melihat namanya dan orang menyebalkan itu berada di halaman utama.

Dan di sana, terdapat foto antara dirinya dan Eunwoo saat sedang di restoran katsu juga berada di dalam mobil milik Eunwoo yang mereka kendarai semalam. Mereka tengah berpelukan, atau jelasnya, Eunwoo yang memeluknya.

"Jadi tadi malam, kamu pergi bersama Eunwoo? Bahkan sampai larut malam?"  Itu bukan Chan, melainkan Jeongin.

Merasa begitu dungu, Changbin baru sadar bahwa sedari tadi seluruh temannya telah berkumpul di dalam ruangan kamar sempit itu. Mereka menjatuhkan pandangan pada dirinya yang duduk melongo masih mencoba mencerna keadaan.

"Kamu pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun," Jeongin melanjutkan.

"Dengar, kalian tau aku tidak ada hubungan apapun dengan orang itu. Aku hanya membayar hutang padanya, itu saja." Changbin mencoba menjelaskan, meski harus menyembunyikan fakta lain yang memang tidak perlu orang lain untuk tahu.

Seluruh dari temannya memasang raut kecewa, termasuk Chan. Dan Changbin sejujurnya tidak mengerti kenapa mereka harus bereaksi berlebihan. Bukankah itu haknya untuk pergi dengan siapapun dan kapanpun? Namun mereka semua berlagak seolah dirinya telah melakukan suatu kesalahan besar dan perlu dihakimi dengan tiap pasang tatapan yang kini tertusuk pada tubuhnya.

"Kalian semua pergilah dulu. Lagi pula artikel ini hanya mengatakan bahwa mereka berdua hanya sepasang teman. Bukan yang lain. Tidak ada yang perlu di pikirkan." Chan menepis tensi canggung di dalam ruangan tersebut. Dan berkat perintahnya, ruangan sempit itu kembali luas sebab satu persatu kepala mulai kembali ke kegiatan dan kamar mereka masing-masing.

Menyisakan Chan dan Changbin yang masih belum bisa menetralisir rasa terkejutnya.

Pria Aussie itu tersenyum tipis, namun sedikit yang Changbin tahu bahwa sunggingan sabit itu terbit dengan getir ditujukan untuknya. Disusul oleh sebuah tangan yang menepuk pelan pundaknya.

NOTHING LIKE US | CHA EUNWOO & SEO CHANGBIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang