eleven

811 134 8
                                    


{•°}

Rasa-rasanya sudah kepalang tanggung jika harus berhenti dan berlagak seolah tidak terjadi apa-apa. Maka dari itu Eunwoo memutuskan tidak lebih dari satu detik untuk mempercepat langkahnya mengejar sosok yang saat ini berusaha menjauh darinya.

Sepasang kaki jenjang itu tak kesulitan untuk menyusul, sengaja sedikit mengulur waktu untuk melakukan tindakan yang lebih benar dari sebelumnya.

Meski jika diminta untuk diulik lebih dalam, ada dasar alasan yang belum bisa ia publikasikan. Kenapa tiba-tiba ia menaruh ketertarikan pada seorang Seo Changbin? Mereka bahkan tidak pernah saling mengenal sebelumnya, walaupun bekerja di dalam dunia yang sama. Nanti, ia akan memberi tahu itu. Dan saat sekarang, sosok pendek tak jauh dari jaraknya itulah yang ia jadikan tujuan utama.

Eunwoo mengulurkan tangannya untuk meraih pergelangan tangan Changbin, menariknya hingga kemudian tubuh itu harus terpaksa berhenti dan berbalik dengan gerakan kasar. Sukar menghindari tabrakan antara keduanya. Eunwoo tidak keberatan, sedangkan Changbin gelagapan.

"Tunggu!" serunya.

Changbin dapat merasakan bagaimana pupilnya bergetar kala yang berada di hadapannya kini adalah dada atas Eunwoo yang dibalut mantel tebal sebab cuaca dingin yang belum reda. Tangan kirinya yang masih mengepal itu masih dalam lingkar kuat milik si pangeran fiksi, saat itu dirinya benci kenyataan bahwa ia masih diam tak berkutik pada seorang brengsek, seperti Eunwoo.

"Kenapa kamu sulit sekali untuk di dapatkan."

Pria Cha tersebut menarik sebelah sudut bibirnya, sadar betul jika sosok di hadapannya yang sama sekali tidak terpisah jarak itu tersipu.

"Lepas," cicit Changbin nyaris kalah dengan suara kendaraan yang berlalu lalang.

"Kalau kamu membiarkan aku menjadi temanmu, maka akan aku lepaskan." Ia membuat penawaran. Lagi pula seharusnya, hal tersebut bukanlah perkara sulit. Eunwoo sungguhan ingin berteman dengan Changbin, meski ada niat lain yang tentu saja masih akan terus ia simpan rapat-rapat.

Untuk yang satu itu, Changbin beranikan untuk mengangkat kepalanya. Memandang Eunwoo dengan kedua pernik cokelat miliknya yang nampak cantik berkat pantulan hujan salju. Perkiraan salju yang turun di hari itu akan sangat lebat.

"Kalau aku tidak mau?"

Sebelah alis Eunwoo terangkat, menggigit bibirnya sejenak sebelum menurunkan kepalanya hampir setara dengan tinggi Changbin. "Ya berarti kamu tidak keberatan menjadi pacarku atau kita bermalam di tempat ini hingga beku kedinginan. Jadi, silahkan pilih."

Changbin memandang laki-laki itu dengan tajam, hidungnya meloloskan dengkusan keras yang mengundang seringai pada bibir lawan bicaranya.

"Itu bahkan bukan sebuah pilihan!" sungut yang lebih muda.

Eunwoo mengendikkan bahu, sesungguhnya menikmati bagaimana Changbin bermain sulit dengannya. Mungkin mendapatkan reaksi gugup atau sebal dari pemuda itu benar-benar membuat hatinya merasa puas. Menjahili Changbin adalah salah satu hal paling menyenangkan untuk saat ini.

Ia mengendar perhatian ke sekitar mereka, baru menyadari bahwa beberapa orang tengah menodongnya kamera ponsel mereka pada dirinya dan Changbin. Mendecak pelan kala melihat bahwa Changbin sama sekali tidak memakai penutup muka, namun hal tersebut tidak terlalu mengganggunya. Sudah kepalang tanggung, ya sudah biarkan saja. Tapi ia paham betul bahwa sosok dihadapannya itu tidak akan bereaksi sama seperti dirinya, kehidupan mereka sebagai idol membuka lebar dengan yang namanya privasi. Eunwoo yakin Changbin tidak akan nyaman dengan itu.

"Cepat pilih atau kamu akan mendapat masalah. Mereka sedang merekam kita sekarang." Eunwoo berbisik di pada telinga Changbin. Yang instan membuat pemuda Seo itu membelalak sebab baru sadar bahwa mereka sedang berada di tempat umum.

NOTHING LIKE US | CHA EUNWOO & SEO CHANGBIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang