thirteen

708 124 16
                                    


{•°}

Changbin menatap nanar ke arah ponselnya yang masih menayangkan video singkat di mana dirinya dan Eunwoo sudah jelas sedang bertengkar. Namun dikarenakan video tersebut tidak terdapat suara, sudut pandang orang lain yang menonton itu tentu berbeda. Apalagi setelah ia sempatkan sekilas untuk membaca komentar pada penggemar di artikel tersebut tentang dirimu dan si aktor idola satu itu.

"Tidak perlu terlalu dipikirkan, sejauh ini orang-orang hanya mengira kamu berteman dengannya. Maka semuanya akan baik-baik saja, hmm." Chan mencoba membuat Changbin merasa lebih baik, meski tidak dapat dipungkiri, ia tidak baik-baik saja oleh sekian alasan yang tak bisa dirinya katakan.

Siaran langsung yang mereka lakukan telah selesai beberapa menit yang lalu dan manager mereka tidak mengatakan apapun. Berarti memang tidak apa-apa, iya kan? Seo Changbin sulit berpikiran jernih sekarang.

"Seo Changbin." Tangan Chan mampir pada paha yang lebih muda, mengusap permukaan yang tertutupi kain itu dengan pelan dan lembut. "Kamu benar-benar akan baik-baik saja."

"Aku harus bicara padanya."

Changbin akhirnya menaruh pandang pada sang leader. Dengan kening mengkerut penuh kekhawatiran yang membuat hati Chan terasa mencelos. Ia tidak pernah berpikir ataupun mengira, seseorang semacam Eunwoo dapat ikut campur dalam lingkar hidupnya.

"Kamu akan kembali bertemu dengannya?"

Changbin mengangguk mantap. "Aku harus membuat perjanjian dengan Cha Eunwoo. Aku tidak bisa hidup seperti ini, rasanya tidak tenang. Meskipun mereka tidak melihat aku dan dia lebih dari kata teman, tapi semuanya tetap membuatku ketakutan. Aku hanya tidak ingin gagal."

"Tapi..."

"Aku duluan."

Chan tetap diam di tempatnya bahkan ketika Changbin sama sekali tidak menunggunya selesai bicara. Kadang, yang lebih sesak bukan tentang mencintai orang asing pada pandangan pertama. Namun tentang mencintai seseorang yang telah kau kenal sejak lama, hingga lupa rasa tersebut berasal dari pandangan pertama atau pengalaman bersama. Terkadang Chan ingin berlari melewati batas yang menjadi penghalang antara dirinya dan Changbin. Tapi ia juga punya ketakutan terbesar. Takut jika pembatas tersebut rusak berkeping-keping, dan ia tidak bisa kembali. Pada akhirnya ia harus memilih.

Menyatakan perasaannya dengan resiko kehilangan, atau tetap mempertahankan uluran tangan tak berbalas selamanya.

{•°}


Senyum sumringah tidak bisa hilang dari bibir Eunwoo entah sudah berapa lama. Setelah cukup bagi dirinya membaca komentar para penggemar tentang dirinya dan Changbin, pria itu akhirnya beranjak dari kursinya. Pekerjaannya telah selesai sedari tadi dan ia bisa segera pulang beristirahat. Tidak ke asrama tentu saja karena dirinya sedang tidak ingin berurusan dengan Moonbin. Tentu tidak jika hal tersebut dapat merusak nuansa bunga di dalam hatinya.

"Terima kasih untuk hari ini, kalian semua telah bekerja keras. Aku akan pulang lebih dulu, sampai ketemu besok."

Setelah ucapan pamit itu keluar dari bibir keringnya, tubuh Eunwoo ditarik oleh sesuatu yang kuat mencengkram lengan atasnya. Dari pada bingung lebih lama, ia segera mencari tahu siapa pelaku yang kini menarik tubuhnya entah ke mana. Dan menemukan punggung lebar seseorang yang begitu familiar, Moonbin.

"Lepas."

Pria yang lebih muda satu tahun di bawahnya itu tentu tidak akan menggubris. Sekeras apapun kalimat yang sama terlontar. Sialnya, ia sangat mengenal sosok yang pernah menjadi teman paling berharga itu, dulu.

"Kubilang lepas!"

Cengkraman tersebut pun terlepas meski harus dengan tenaga ekstra. Eunwoo menghentikan tungkainya yang melangkah paksa. Begitupun Moonbin. Mereka sampai pada sisi luar gedung tempat syuting Eunwoo. Beruntung malam sudah cukup untuk banyak orang berkeliaran, sebab hampir semua kru menginap di lokasi jadi mereka pasti sekarang sedang beristirahat tanpa mengetahui bahwa kini dua pria dewasa tengah saling melempar tatap tajam bagai dua bilah pedang yang sedang menghunus gagah, siap menyatakan perang.

Moonbin tidak buang waktu atas tujuannya yang mendadak mendatangi Eunwoo segera mencengkeram kerah mantel tebal yang rekan kerjanya itu pakai. Sedangkan tubuh pria Cha ia tabrakan pada tembok bangunan di belakang mereka.

"Kamu...sudah ku peringatkan berapa untuk tidak menyentuhnya, hah!" Dan teriakan penuh amarah itu segera ia muntahkan tepat di depan wajah Eunwoo.

Moonbin mengeraskan rahangnya, menghimpit tubuh Eunwoo sekuat mungkin agar pria itu kesulitan bernapas. Tidak peduli, ia sudah kepalang kalap dan perbuatan sukar untuk ditolerir.

Alih-alih takut, Eunwoo malah terkekeh remeh di sela napasnya yang makin pendek akibat cekikan pada kerahnya. "Kamu pikir aku akan mendengarkan mu? Tidak mungkin, Moonbin."

Geraman mengudara rendah di malam yang sangat dingin dan sunyi tersebut, Moonbin benar-benar ingin sekali melayangkan tinju di wajah tengik yang saat ini Eunwoo pertontonkan untuk meledaknya.

"Kamu menginginkannya, maka aku juga akan menginginkannya. Jika kamu ingin mendapatkannya, pun aku juga akan lakukan hal serupa. Tapi sayangnya, aku satu langkah lebih dulu dari mu Moonbin. Dia milikku, bukan kamu. Dan tidak akan pernah jadi milik mu."

Agaknya kalimat panjang tersebut menghantarkan pria Cha itu pada malapetaka. Sebab niat yang semula hanya berkeliaran di dalam kepala kini telah turun ke tangan dan pukulan kuat mendarat pada tulang rahangnya. Moonbin tidak main-main, terlebih jika menyangkut dia.

"Sakiti dia setitik saja, nyawamu aku yang cabut. Aku tidak main-main Cha Eunwoo."

Tentu pukulan tadi sakitnya bukan main, tapi Eunwoo masih mampu terkikik geli di sela sudut bibirnya yang berdarah. Peringatan yang barusan sampai pada rungunya telah menghilang dihembuskan angin dengan sia-sia.

"Aku juga sedang tidak bermain-main. Lagi pula, aku hanya ingin mengembalikan apa yang kau berikan padaku dulu. Dengan cara kotor yang serupa, tunggu saja."

Membalas goresan luka lama dengan luka serupa memang tidak dapat membuat rasa sakitnya pudar, atau mempercepat tempo sembuhnya. Namun setidaknya rasa kepuasan itu ada. Perasaan ketika hatinya hancur diinjak tak manusiawi, tidak akan pernah kembali untuk meski dirawat oleh waktu. Moonbin harus merasakan apa yang ia rasakan dulu, dan jika semuanya telah terjadi barangkali sakitnya akan sedikit pudar walau tidak sembuh seutuhnya. Hanya itu harapan busuk seorang Cha Eunwoo.

{•}

{•}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NOTHING LIKE US | CHA EUNWOO & SEO CHANGBIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang