{•°}Deru napas masih menggebu bahkan setelah teman yang sekarang tak lebih dari rekan kerjanya itu pergi. Moonbin memilih untuk menyudahi amarahnya malam itu dengan satu pukulan lagi pada rahang Eunwoo. Barangkali berpikir tindakan tersebut cukup untuk digunakan sebagai peringatan.
Meski kenyataannya Eunwoo hirau pun enggan. Luka pada sudut bibirnya bukanlah apa-apa, pun ancaman yang Moonbin berikan padanya. Semua itu tidak berarti sama sekali.
Mau bagaimana pun, ia harus memiliki Changbin. Seiring berjalannya waktu, perasaan ingin menjadikan hak milik itu legal semakin besar dan kuat. Karena dengan cara itu, ia bisa membalas pukulan Moonbin. Lebih kuat dan lebih menyakitkan, setidaknya harus sepadan.
Drrrrtt..drrrrtt..
Benda pipih pada sakunya bergetar, dan Eunwoo pun tanpa banyak pikir segera mengambil benda tersebut. Karena ia tahu betul siapa orang yang tengah menghubunginya tersebut. Siapa lagi kalau bukan si alasan terbesar pertengkaran antara dirinya dan Moonbin. Seo Changbin.
Bibirnya yang nyaris membeku kedinginan itu mengulas senyum tipis kala nama yang telah ia perkirakan tertera pada layar ponselnya. Sembari menggeser ikon hijau pada layar rata tersebut.
"Ada apa, merindukan ku?"
Decak sebal terdengar jelas pada rungunya, Eunwoo terkekeh ringan. "Ck, diam. Aku sedang tidak ingin basa-basi. Mari bertemu! Ada banyak hal yang harus aku katakan padamu."
"Sebegitu frustasinya kah kamu sampai memaksa untuk bertemu pada jam segini. Apa benar ini Changbin yang aku kenal?"
Changbin diseberang sana membuang napas lelah sebab Eunwoo masih menunjukkan sikap tak tahu malu padanya. "Aku ingin menyimpan energi ku untuk nanti. Tunggu saja, aku akan aku beri pelajaran."
Dari pada takut, Eunwoo malah dapat membayangkan betapa menggemaskannya Changbin ketika sedang kesal. Hanya dengan itu cukup membuatnya sukar meluluhkan senyum pada bibir.
"Siap, princess. Tunggu aku di tempat biasa kita bertemu."
"Heiii! Kau panggil apa aku tadi?!!"
"Sampai nanti."
Bagaimana kalau nanti Cha Eunwoo malah termakan oleh perangkap yang ia buat sendiri. Skenario Tuhan untuk masa depan, tak akan ada yang tahu bagaimana jadinya.
{•°}
Tempat biasa yang Eunwoo maksud adalah di depan restoran katsu tempat keduanya saling tukar bicara panjang lebar, meski tidak sebegitu intens. Itu lah yang Changbin mengerti dari perkataan pria bermarga Lee tersebut.
Salju masih turun meski tidak begitu lebat, jalanan pun telah ditimbun rata oleh tumpukan bintik es tersebut. Tangannya terulur untuk menampung salju yang orang bilang bentuknya sangat indah, seperti bunga. Meski tidak dapat ia lihat dengan jelas, namun kala butir-butir es tersebut tertampung pada telapak tangannya, bibir mungil yang merona merah karena suhu dingin itu merekah manis.
Untuk persekian detik, lupa akan gundah gulana nya pasal kehidupan. Tentang komentar banyak orang akan hidupnya. Tentang Bangchan yang menjadi orang paling banyak menampung rasa bersalah darinya, sebab selama ini memilih untuk pura-pura tak tahu menahu akan segala hal. Juga tentang kehadiran Cha Eunwoo. Ayolah, beban berat tersebut terlalu banyak dan lebar untuk pundak sempitnya tampung.
"Berhenti tersenyum begitu. Aku bisa hilang akal dan menciummu sekarang juga."
Entah telah berapa lama dirinya dibuat kagum oleh butir-butir salju tersebut hingga tidak menyadari kehadiran sosok yang memang sedang ia tunggu tersebut. Changbin segera menaruh pandang pada laki-laki yang kini berdiri tepat di hadapannya, si pemilik suara tersenyum ramah sebagai biasanya. Namun, netra itu menangkap hal tak biasa pada wajah rupawan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTHING LIKE US | CHA EUNWOO & SEO CHANGBIN (✓)
Fanfiction"Semua orang berhak jatuh cinta..." "...kecuali seorang idol." WARNING ⚠ ▶ BOYS LOVE, BOY X BOY, GAY LOVE ▶ CANON (BASED ON IDOL LIFE), FANWORK ▶ CRACK SHIP / CRACK PAIR ▶ WRITTEN IN BAHASA THIS WORK FOR CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB OR etc. - STRAY...