the ending

463 37 24
                                    

{•°}



Eunwoo menyamankan posisi duduknya sembari merangkul pinggang laki-laki yang kini berada disampingnya, bersandar nyaman dengan jarak yang tak lagi punya wewenang untuk memisah. Rampung memadamkan ponsel pintarnya, lelaki bermarga Lee itu kini menatap lurus ke arah televisi yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di dalam ruangan gelap gulita yang mereka tempati sekarang.

Tak ada notifikasi ataupun kehadiran orang lain yang mengusik, hanya dirinya dan Changbin sedang saling merangkul bersama kegelapan yang entah mengapa begitu hangat. Keduanya saat ini berada di apartemen Eunwoo, setelah secara dramatis meminta izin kepada orang tua Changbin agar diperkenankan membawa kabur anak bungsunya sementara waktu.

Changbin pun tiada bosan mengelus punggung tangan Eunwoo yang kini menumpuk di atas perutnya, memeluk erat seolah tak ingin dirinya beranjak dalam waktu dekat.

"Jika suatu saat hubungan kita kembali terungkap, apa kamu akan menyangkal lagi?" Eunwoo pun pada akhirnya memutus euforia nyaman yang sebelumnya mendekap mereka berdua.

Dan sang terkasih belum memberikan reaksi verbal selain elusan pada punggung tangannya kini berubah menjadi genggaman.

"Tidak. Kalaupun sekarang kamu ingin kita mengatakannya ke publik aku gak akan menyesal. Masa itu sudah lenyap, maka dari itu aku gak mau mengalami perasaan yang tidak nyaman itu lagi." Changbin menjelaskan dengan suara lembut sekaligus tenang, seakan tengah menyakinkan pria yang lebih tua bahwa kali ini keraguan tak lagi diikut sertakan.

Seharusnya sesi tangis menangis tadi telah rampung, tetapi barange Eunwoo mampu melakukan ronde kedua akibat dari ucapan yang Changbin utarakan barusan. Ini adalah kali pertama ia merasa sangat dicintai, berkat Seo Changbin.

"Baguslah. Aku juga enggak siap kalau harus menunggu lagi. Bagaimana bisa aku bertahan selama dua tahun ini, padahal aku sangat menyayangimu sampai rasa-rasanya dadaku sakit hanya karena merindukanmu. Apa itu berlebihan?"

Eunwoo tak mampu memandang mimik muka Changbin sebab kini keduanya menghadap ke arah televisi, namun ia dapat merasakan jika kini pria yang lebih muda darinya itu tengah tersenyum. Terlihat dari bagaimana pipi gembul gemas milik Seo yang membulat bak buah persik.

"Aku juga begitu." Changbin kini menolehkan kepalanya ke arah Eunwoo. Bermaksud untuk menyimpan memori dari betapa indahnya senyuman yang dihiasi temaram di sekeliling mereka.

Eunwoo menyambut pandangan penuh ketulusan tersebut dengan perasaan yang tak dapat ia deskripsikan secara gamblang. Tetapi dirinya yakin jika saat ini tengah jatuh cinta kepada orang yang sama entah telah berapa kali.

"Untuk sekarang, selama belum ada berita atau artikel tentang kita muncul kamu gak perlu mengatakan apapun. Begini saja sudah cukup asal ada kamu bersamaku. Masih seperti dulu, apapun keputusan mu aku terima kecuali harus putus. Mengerti, kan?" Eunwoo melanjutkan sembari mengulurkan salah satu tangannya untuk mengelus pipi Changbin.

Yang lebih muda hanya mengangguk setuju sebelum memeluk tubuh pria yang entah mengapa begitu ia cintai ini, hingga sampai tahap dimana Changbin enggan membayangkan hari jika saja ia dan Cha Eunwoo harus dipisahkan oleh takdir serta waktu.

Eunwoo membiarkan bibirnya merekah ketika Changbin memeluknya erat, tak butuh pikir panjang untuk dirinya balik memeluk sang terkasih lantas kemudian memberikan sebuah kecupan manis pada pucuk kepalanya.

"Terima kasih."

"Huh, untuk apa?"

"Untuk kamu yang mau bertahan sampai sekarang."


{•°}



"Apa kamu sedang menderita penyakit mematikan?"

Eunwoo memutar bola mata jengah kala mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir tipis Moonbin. Pria itu kini sedang menatapnya horor sambil memasang kuda-kuda yang siap menerjangnya kapanpun.

"Sia-sia saja aku meluangkan waktuku untuk mendengar orang ini melantur, gila." Eunwoo mengibaskan tangannya tepat di depan wajah Moonbin kemudian memutar tubuhnya bermaksud beranjak dari sana.

Melihat itu Moonbin berdiri normal seperti semula, kemudian berlari kecil untuk mengikuti Eunwoo yang berjalan lebih dulu.

"Kamu yang gila. Apa aku gak salah dengar tadi kamu bilang—ugh—terima kasih??? Aku ingin muntah." Moonbin menutup mulutnya seakan memang ingin melakukan apa yang barusan pria itu katakan.

Eunwoo hanya mendecak sebal, sama sekali tidak berniat untuk memelankan langkah kaki jenjangnya. Meskipun sejujurnya ia juga tak bermaksud untuk meninggalkan Moonbin, hanya saja dirinya tak ingin terlihat terlalu canggung.

"Aku cuma berterima kasih karena kamu tetap menolongku meksipun kita sama sekali gak akur. Aku bahkan mengambil Changbin darimu, tetapi aku gak merasa bersalah sih, itu formalitas saja. Dan gak bisa dikatakan aku mengambil Changbin darimu juga mengingat kalian bukan siapa-siapa." Eunwoo menghentikan langkah kakinya secara tiba-tiba. Membuat Moonbin yang memang masih menyimak itu pun mau tak mau ikut menghentikan dirinya.

"Aku juga minta maaf atas apa yang pernah aku lakukan padamu walaupun aku sama sekali gak menyesal," Eunwoo terkekeh pelan atas apa yang ia katakan barusan. "Jaga dirimu, mungkin mulai sekarang kita akan jarang bertemu. Tetapi pastikan untuk datang ke pernikahan kami suatu hari nanti. Aku ingin kamu melihat kamu berciuman brutal di atas altar nanti."

Eunwoo kemudian balik memandang Moonbin lantas mengedipkan sebelah matanya. Tak butuh waktu lama untuk pria jangkung itu pun secara jumawa melangkah pergi setengah berlari meninggalkan Moonbin yang masih terkejut.

"Eissh, dasar orang gila."

Pada dasarnya, dua insan ini bukanlah musuh. Melainkan sepasang sahabat yang terikat benang hitam.







{•°}

The END

{•°}



Haiii, mawar disini. Makasih ya buat semua yang baca ini dari awal di publish, terus di republish, terus di publish lagi tapi dianggurin selama hampir 3 tahun?? Apa lebih?? Wkwkw. Rampungiin buku ini penuh drama banget, dari aku yang ga demen sama ceritanya di tengah jalan, coba rombak tapi otak mampet, terus aku juga kena writer block yang bikin stress sampe akhirnya pelan-pelan mulai balik seperti semula.

Beneran ga bisa aku ungkapkan dengan kata-kata betapa berterimakasihnya diriku karena kalian masih mau baca, mau komen, karena jujur aja tanpa itu kayaknya aku bakalan bener-bener berhenti nulis. Makasih banyak yaaa.

Aku tau mungkin bukan ending begini yang kalian mau atau kurang memuaskan, tapi ya daripada ini aku anggurin lagi, dan terbengkalai lagi, makanya aku usaha supaya bisa kelar.

Untuk terakhir kalinya, Cha Eunwoo dan Seo Changbin pamit. Semoga bisa buat cerita serupa lain waktu dengan versi lebih baik yaaa.. baaiii 💙💙

 baaiii 💙💙

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🎉 Kamu telah selesai membaca NOTHING LIKE US | CHA EUNWOO & SEO CHANGBIN (✓) 🎉
NOTHING LIKE US | CHA EUNWOO & SEO CHANGBIN (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang