{•°}Asap panas masih mengepul dari secangkir kopi yang kini tersaji di atas meja. Masih belum disentuh oleh sang empu sejak lima menit berlalu. Ia hanya sibuk memandang ruas jemarinya dengan kepala menunduk. Tidak ada yang tahu apa yang sedang disembunyikan dalam tundukkan dalam tersebut.
Cha Eunwoo, yang biasanya akan lebih banyak protes dalam kesunyian itu memilih untuk tetap membungkam mulutnya, menghindari kata-kata tak pantas dan menyakitkan keluar dari sana. Meskipun tak ayal bahwa saat ini dirinya merasa gemas untuk bertanya pasal hal yang mengusik hati pemuda di sebelahnya. Seo Changbin.
"Aku menyayangi kak Chan."
Eunwoo tersedak ludahnya sendiri kala Changbin melontarkan kalimat yang sama sekali tidak dapat diterima oleh telinganya. Kali ini dia sungguhan akan melayangkan protes keras. Namun lagi-lagi harus diurungkan niatnya sebab Changbin mendahului.
"Tapi hanya sebagai sosok kakak laki-laki dan pemimpin grup, itu saja. Aku juga gak pernah melewati batasan ku. Aku menghormatinya." Changbin menjelaskan dengan nada lesu. Sangat jelas tindakan Bangchan padanya hari ini membuat hormon dopamin nya merosot.
Laki-laki yang memiliki nama panggung Cha Eunwoo itu hampir tidak mampu menahan sunggingan senyum pada bibirnya setelah mendengar perkataan Changbin. Sudah barang tentu ia bahagia, bahkan jika boleh diekspresikan dengan tubuh maka saat ini Eunwoo barangkali akan jungkir balik saking senangnya. Tetapi ia harus tetap mempertahankan ekspresi seriusnya.
"Terus, apa yang kamu pusingkan? Toh, kamu juga memang tidak menyukainya. Rumor yang beredar juga tidak benar. Kulihat pun pihak agensi pun menanggapi dengan cepat." Eunwoo menyilangkan kedua kakinya sembari menyesap kopi hitam yang kini mulai mendingin. Cuaca dingin di luar sana benar-benar membuat dirinya membeku.
Changbin menarik napas dalam-dalam, "Sikap kak Chan padaku benar-benar berubah seratus persen setelah berita itu beredar. Jujur ini bukan pertama kalinya rumor serupa beredar, tapi baru kali ini kak Chan mengabaikan aku."
"Seharusnya jika memang tidak ada apa-apa diantara kami, maka semuanya baik-baik saja." Changbin melanjutkan kalimatnya. Tanpa berat untuk keluar dari bibir mungil yang masih lembab tersebut.
Jika boleh jujur, Changbin tahu betul bahwa sesungguhnya ada sesuatu diantara mereka. Meskipun bukan dari pihaknya, tetapi dari sisi Bangchan. Bahkan orang awam pun paham kalau lelaki kelahiran Australia itu memiliki perasaan lebih terhadap rekan kerjanya, Seo Changbin.
"Berarti dia memang kekanak-kanakan. Buat apa kamu menghormati orang yang bahkan gak mengerti bagaimana cara menyikapi suatu masalah dengan kepala dingin." Kali ini Eunwoo melipat kedua tangannya di depan dada, memperlihatkan cengiran yang hanya dapat dinikmati oleh pemuda Seo.
"Jangan berbicara buruk soal kak Chan! Dia gak begitu."
Kali ini Eunwoo yang membuang napas panjang, sebelum mengubah posisi duduknya menghadap pada yang lebih muda. Cha Eunwoo lantas memangkas jarak antara keduanya dengan menarik dagu Seo Changbin.
"Aku tau kamu sadar kalau Chan tidak hanya menganggap mu sekedar teman kerja. Dan kamu juga merasa gak enak jika terus-terusan berada di posisi sekarang ini. Ku beritahu padamu Bin. Kamu gak bisa mengesampingkan perasaan dia terus-menerus dengan cara pura-pura bodoh. Itu cuma bakal buat dia bertindak hal yang bisa nyakitin kamu."
Changbin tidak ingin melayangkan keberatan untuk saat ini. Karena sungguhan ia merasa tertampar atas apa yang Eunwoo katakan. Semua yang dia lontarkan benar adanya.
"Beri dia peringatan jelas bahwa kamu gak menyukai dia secara gamblang. Dia hanya akan terus berharap jika kamu bersikap abu-abu. Dan nantinya kamu bakal kebingungan seperti sekarang ini. Iya, kan?" Beo Eunwoo yang masih betah didengar oleh Changbin.
"Seharusnya hal yang pantas kamu bingungkan saat ini ya soal perasaan mu padaku. Aku jelas menyukai mu, bukan sekedar suka yang main-main. Aku sungguhan sama perasaan ku. Harusnya itu yang kamu pertimbangan, bukannya yang lain. Kamu apa gak membayangkan perasaan ku waktu aku lihat berita ini? Aku mau kamu hanya memikirkan aku, pikirkan cara membalas perasaanku karena aku tidak akan pernah berhenti meski kamu tolak."
Oh, baiklah. Yang saat ini Changbin memilih untuk tidak ia dengarkan. Maka segera ia tepis jari Eunwoo pada dagunya. Rupa menggemaskan itu merona semu, sejujurnya agak malu atas pengakuan perasaan yang tanpa aba-aba tersebut.
"Jangan bicara omong kosong. Aku serius." Changbin buru-buru menenggak secangkir kopinya yang telah dingin.
"Apa saat ini cara bicaraku kurang serius?"
Eunwoo ingin menyentuh pipi gembul milik si pemuda Seo, namun reflek yang lebih muda memang sangat baik. Ia menahan tangan kepunyaan Eunwoo, tidak untuk ditepis, melainkan untuk digenggam meski tak erat diatas pahanya.
Cha Eunwoo yang melihat itu jelas hampir saja kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. Karena bisa saja saat ini Changbin ia santap bulat-bulat karena tingkahnya yang begitu menggemaskan.
"Dengar Changbin. Aku menyukaimu, jika kamu juga maka kamu harus terus menyukaiku. Aku gak bakalan pernah buat kamu merasa seperti gak diinginkan kayak sekarang ini. Mungkin kedengarannya seperti omong kosong, tapi aku gak pernah main-main sama ucapanku."
Ah, Changbin seharusnya membungkam mulut Eunwoo sedari tadi. Sebab semakin laki-laki itu membuka mulut, maka ia akan semakin merona bagai tomat busuk.
Terima kasih pada Cha Eunwoo karena untuk sesaat ia lupa gundah gulana nya. Ternyata laki-laki ini tak seburuk yang Changbin kira.
{•°}
UMM..halo??
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTHING LIKE US | CHA EUNWOO & SEO CHANGBIN (✓)
Fanfiction"Semua orang berhak jatuh cinta..." "...kecuali seorang idol." WARNING ⚠ ▶ BOYS LOVE, BOY X BOY, GAY LOVE ▶ CANON (BASED ON IDOL LIFE), FANWORK ▶ CRACK SHIP / CRACK PAIR ▶ WRITTEN IN BAHASA THIS WORK FOR CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB OR etc. - STRAY...