Chapter 22

4.5K 486 129
                                    

Kera dan burung raksasa tersebut pergi ke daerah pegunungan, kearah reruntuhan yang ada disana. Kera tersebut berharap kalau [Namamu] terus mengikutinya, dan dia memang mengikutinya.

Akan tetapi [Namamu] tidak sendirian melainkan Boboiboy bersama teman-temannya ikut-ikutan mengejarnya. "Tch! Rencanaku dan misiku bisa-bisa gagal karena bocah-bocah itu. Sepertinya aku tidak punya pilihan lain selain melawan mereka juga. Tidak, kita berdua akan mengalahkan mereka." Ketus kera tersebut.

Kera dan burung raksasa tersebut kemudian terbang ke arah mereka, mulai menembaki mereka dengan bola api gelap dari mulut burung raksasa.

Gopal yang melihat bola api gelap dari mulut burung raksasa tersebut seketika panik. "Tukaran makanan!" Bola-bola api gelap itu tiba-tiba berubah menjadi makanan. "Hah? Kekuatan apa itu?" ujar kera tersebut sementara Gopal tersenyum kemenangan.

Kera itu mengernyitkan dahinya kesal terhadap Gopal dan Gopal sendiri langsung panik kembali karena melihat kera itu kesal.

Kemudian kera tersebut turun dari burung raksasa yang dia tumpangi dan mengambil senjata kapak dan perisai, lalu mulai menyerang [Namamu].

[Namamu] tentu saja melawannya dengan raut wajah kesal dan tatapan yang tajam. Begitu pula dengan Boboiboy dan lainnya. Tidak disangka kalau ternyata kera ini cukup kuat juga walaupun ukuran tubuhnya tidak begitu besar.

Tiba-tiba burung raksasa yang sedari tadi terbang kesana kemari tidak jelas itu menangkap tubuh [Namamu] dan membawanya ke langit. "Lepaskan aku!"

"[Namamu]!" teriak Boboiboy melihatnya ditangkap dan dibawa terbang. "Boboiboy kuasa lima!!!" muncullah Boboiboy Halilintar, Boboiboy Taufan, Boboiboy Gempa, Boboiboy Duri, dan Boboiboy Solar.

"Kalian urus kera itu, kami akan menyelamatkan [Namamu]." Ujar Boboiboy Gempa. "Baik!" Teman-teman Boboiboy mengangguk dan terus melawan kera itu.

Kelima Boboiboy berlari mengikuti kemana arahnya kelelawar itu terbang. "Ish! Beraninya burung raksasa itu menculik kak [Namamu]! Duri tidak akan memaafkan burung raksasa itu!"

"Solar, kamu coba tembak burung raksasa itu dengan kekuatanmu. Tapi jangan sampai mengenai [Namamu]." Perintah Boboiboy Gempa.

"Oke!" Boboiboy Solar mencoba mengarahkan jari telunjuknya kearah burung raksasa tersebut dengan benar karena dia tidak ingin [Namamu] terkena serangannya juga.

Boboiboy Solar pun menembak ke salah satu anggota tubuh burung raksasa tersebut sehingga dia meringis kesakitan dan membuatnya melepaskan [Namamu].

[Namamu] terlepaskan dari genggaman kaki burung raksasa sehingga dia terjatuh. "Golem tanah! Tangkap dia!" Boboiboy Gempa membuat sebuah golem tanah raksasa dan menangkap tubuh [Namamu].

"Ternyata bidadari jatuh dari syurga itu memang ada." Komentar Boboiboy Taufan, Boboiboy Duri dan Solar mengangguk setuju begitu juga dengan Boboiboy Halilintar.

Golem tanah Boboiboy Gempa meletakkan [Namamu] ke bawah dengan perlahan. Kelima Boboiboy menghampirinya. "[Namamu], kamu baik-baik saja?" tanya Boboiboy Gempa.

[Namamu] menganggukkan kepalanya lalu kembali menoleh ke burung raksasa tersebut. "Sepertinya kita harus terus melawannya." Ujar Boboiboy Taufan. Mereka berlima mulai menembaki burung raksasa tersebut menggunakan kekuatan mereka, mau tidak mau [Namamu] juga ikut menembak karena saat ini dia masih memikirkan cara untuk mengalahkan burung raksasa itu.

Tidak lama kemudian [Namamu] mendapatkan sebuah ide yang terlintas di kepalanya. "Gempa, Duri, kalian berdua ikut denganku. Halilintar, Taufan, dan Solar teruslah menembaki burung raksasa itu dan juga lindungi kami. Aku punya ide."

She's the One [Boboiboy x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang