10. Pesantren

35 8 1
                                    

Langkah layuh yang melaju bersamaan dengan waktu. Menarikku menuju tempat menimba ilmu yang paling indah. Pondok pesantren bukan hanya sekadar tempat orang-orang belajar ilmu agama. Di tempat ini orang akan di didik untuk berakhlak dan bertindak menurut apa yang diajarkan Allah dalam kitab-Nya dan Rasulullah dalam perkataan dan tindakan beliau sehari-harinya. Contohnya sebagaimana kita berperilaku sehari-hari mulai dari cara berlisan, bahkan sampai kepada tindakkan, semua tidak asal-asalan.

Semua hal itu terkesan sulit untuk dilakukan. Namun apapun itu, dalam kebaikan memang seperti itu rintangannya. Jika kebaikan di dunia ini sangat mudah, pasti dunia ini akan sangat damai dan tentram tanpa tindak kejahatan bukan? Kesulitan itu ada untuk menguji manusia. Maka untuk menjalaninya manusia memerlukan keikhlasan dan kesabaran hati. Insya Allah sesulit apapun ujian dan cobaan mampu kita lewati dengan mudah.

"Teh ini kamarnya ya, di sini teteh-teteh sekamar sama Husna, dan ada dua teman Husna lagi," ucap Husna kepadaku dan Haura. Husna itu salah seorang santriwati di pondok pesantren desa ini. Umurnya sekitar 14 tahun, berbeda tiga tahun denganku dan Haura. Dan untuk saat ini kami berada di salah satu kamar di asrama putri.

"Oh iya Husna. Makasih loh udah mau berbagi kamar." Haura tersenyum di akhir kalimatnya. Husna lantas membalasnya dengan cepat.

"Kalau teteh-teteh butuh apa-apa langsung kasih tahu Husna ya. Biar Husna bantu nanti."

"Iya Husna pasti, kalau kita butuh apa-apa pasti kasih tahu kamu," sahutku menjawab ucapan Husna.

"Kalau gitu, Husna pamit dulu sebentar. Tadi ada urusan yang kepotong, mau lanjut dulu. Nanti kembali lagi ke sini kok."

"Iya sok Husna." Aku tersenyum, lantas membuat Husna pergi dari kamar setelah mengucapkan salam sebelumnya. Kini tinggal aku dan Haura di kamar ini.

"Nanti tidur di mana Sa? Kok nggak ada tempat tidur?" cetus Haura. Aku menggelengkan kepala takjub. Gadis yang satu ini benar-benar ya.
Aku mengangkat tanganku dan menunjuk kasur lantai yang tersimpan di sudut ruangan. "Ada kasur, jangan manja dulu kalau di sini ya Haura cantik."

Mendengar ucapanku Haura langsung mencebikkan bibirnya. "Dih siapa yang manja juga. Orang aku nanya doang mau tidur di mana." Setelah mengucapkan balasan kepadaku, Haura langsung duduk di lantai sambil memeluk tasnya.

"Assalamualaikum." ucapan salam itu seketika mengalihkan perhatianku. Aku melihat ke arah pintu masuk kamar. Ternyata itu Husna, cepat sekali dia kembali.

"Waalaikumusalam," balasku dan Haura bersamaan.

"Udah beres urusannya?" tanyaku penasaran
Husna menggelengkan kepala lantas berkata," belum, Husna ke sini mau kasih tahu teteh kalau Kang Fahri mau ketemu Teh Haura sama Teh Khansa."

"Ketemu? Di mana Kak Fahrinya sekarang?" tanya Haura.

"Di depan gerbang asrama putri teh."

"Oh iya. Terima kasih ya Husna udah kasih tahu," sahut Haura lagi.

"Iya sama-sama. Kalau gitu Husna pamit lagi, assalamualaikum."

"Waalaikumusalam."

Setelah kepergian Husna, Haura segera berdiri dan akan melangkah keluar kamar. Aku lantas segera menghentikannya.

"Mau ke mana Ra?" Haura berbalik menatapku dengan bingung.

"Ya ke Kak Fahri lah, mau ke mana lagi?" balasnya sedikit kebingungan.

Aku menggeleng sekilas, lantas mengeluarkan satu kerudungku yang berwarna hitam dari dalam tas. "Pake, ingat ini pesantren. Kawasan wajib berkerudung bagi wanita muslim."

Khansa's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang