Matahari bersinar terik di akhir pekan kali ini. Sudah lima hari sejak aku menginjakkan kaki di rumah bibiku. Tapi aku merasa waktu berjalan lebih dari dugaanku. Hari yang harusnya terasa lima hari namun terasa seperti lima pekan saja bagiku. Waktu benar-benar sangat lambat.
Entah kerena aku tidak betah atau mungkin aku yang belum nyaman. Aku sama sekali tidak tahu alasanku merasa seperti ini. Rasanya aku ingin kembali saja ke rumah kecil Abah. Tapi itu akan sulit bagiku. Bibi tidak akan mengizinkanku tinggal sendirian di rumah itu pastinya.
Aku menghembuskan nafas gusar. Lalu beranjak ke dapur. Di hari libur seperti ini aku tidak mau berdiam diri saja seperti patung. Lebih baik aku mencari pekerjaan saja di dapur. Dengan begitu setidaknya waktuku tidak akan terbuang sia-sia.
Aku berjalan perlahan menuruni tangga menuju lantai bawah. Rumah tampak sepi kali ini. Bibiku dan Mbak Yuli sedang pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Sedangkan pamanku pergi ke kantor. Kak Riko sendiri entah kemana, aku sama sekali tidak tahu dan tak ingin tahu juga. Sedangkan Hanna, gadis itu ada di kamarnya.
Aku masuk ke area dapur. Mataku seketika saja berkelana mencari hal yang bisa aku kerjakan. Setelah beberapa sudut aku tatap satu persatu, akhirnya mataku tertuju pada wastafel. Di sana ada beberapa piring dan gelas kotor. Aku tersenyum kecil dan memutuskan untuk mencucinya saja. Lumayan juga kan untuk mengisi waktu luang.
Setelah beberapa saat akhirnya tuntas sudah pekerjaan itu. Tapi rasanya aku masih perlu melakukan sesuatu hal yang bermanfaat. Akan tetapi di dapur ini sudah rapi semua. Sepertinya aku harus naik ke atas untuk mengambil buku. Kalau aku membaca mungkin aku tidak akan merasa bosan. Lagi pula dengan membaca kita bisa mendapat banyak ilmu.
Aku memutar tubuh hendak beranjak ke kamar Hanna. Namun seketika itu juga aku menghentikan pergerakanku. Aku menguncap istigfar dalam hati. Kemunculan Kak Riko yang mendadak seperti itu mengejutkanku.
"Dari mana?" tanya Kak Riko.
Aku menundukkan pandanganku saat itu. Aku tidak mau melihat wajah Kak Riko saat ini. Apalagi melihat tatapannya yang membuatku risih.
"Dari dapur," balasku singkat.
"Oh, lagi ngapain?" tanya Kak Riko lagi.
"Abis beres cuci piring," sahutku lagi.
"Cuci piring? Kenapa repot-repot Sa."
"Nggak apa-apa Kak udah biasa juga," balasku sedikit ketus.
"Kenapa kamu sampai bisa cuci piring? Mbak Yuli kemana?" tanyanya.
"Mbak Yuli sama Bibi lagi belanja," balasku.
"Yah, nggak tepat banget waktunya," cetusnya tampak kecewa.
"Memang kenapa Kak?" tanyaku.
"Enggak cuma ada teman kakak lagi berkunjung. Nggak ada yang buatin minum," sahutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khansa's Story
Teen Fiction[SELESAI] (Judul sebelumnya ; Setetes Rindu) Khansa Ulayyah, itulah aku, siswi berjilbab yang baru saja masuk ke sekolah bermayoritas siswi berseragam pendek. Sejak awal kedatanganku ke sekolah, aku sudah menjadi pusat perhatian karena penampilan y...