22. Terjebak

29 6 1
                                    

Langkah demi langkah aku pijakan dengan cepat menuju ruang kelasku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah demi langkah aku pijakan dengan cepat menuju ruang kelasku. Ucapan Hanna terus saja terngiang di kepalaku sejak tadi. Kenapa gadis itu harus membahas kejadian malam itu? Kejadian yang sama sekali tak mau aku ingat lagi.

Aku memasuki ruang kelas yang terlihat asak oleh penghuninya. Aku langsung mengambil duduk di kursiku. Tak ada Haura di sini. Aku melihat ke sampingku. Tas Haura pun tidak ada. Kemana gadis itu?

Aku mengusap wajahku dengan sebelah tangan. Lalu melihat ke arah lelaki yang sedang bercanda di ujung ruangan.

"Cecep!" panggilku. Lelaki itu melihat ke arahku. Menunggu ucapanku selanjutnya.

"Lihat Haura tidak?"

"Nggak kayanya," balas Cecep.

Aku terdiam lagi. Kemana perginya Haura. Aku sangat cemas, apalagi aku tahu Haura pergi dengan emosi yang memuncak.

"Cari Haura?" tanya Husnul yang tiba-tiba saja berdiri tak jauh dari mejaku.

"Iya, kamu lihat?" tanyaku.

"Tadi dia bawa tas terus pergi keluar tanpa pamit. Kayanya dia lagi marah. Mungkin sekarang Haura sudah pulang. Atau ke tempat lain di sekolah ini," balas Husnul.

"Oh ya, terima kasih ya Husnul," ucapku.
Aku meraih tasku, lalu memakainya di punggungku. Aku berdiri dari posisi semulaku. "Saya pergi dulu Husnul, assalamualaikum," pamitku.

"Waalaikumusalam, tapi mau kemana?" tanya Husnul.

Saat itu aku tak menjawab pertanyaan Husnul. Karena dalam pikiranku hanya ada Haura. Aku harus bisa menenangkan amarahnya dan menyelesaikan permasalahan kami berdua.

Aku berjalan cepat keluar kelas. Aku berjalan sendiri menyusuri koridor yang masih ramai. Namun entah kenapa perasaanku sangat tidak enak saat ini. Apalagi melihat tatapan orang-orang di sekitarku yang terlihat  mencemoohku. Langkahku tiba-tiba saja melambat saat itu. Aku menundukkan kepalaku. Lalu melanjutkan lagi perjalananku.

"Itu kan cewek sok polos yang ternyata sifat aslinya nggak sepolos penampilannya?" ucap seorang siswi berhasil lolos ke telingaku. Aku menggigit bibir dalamku. Merasakan situasi benar-benar tidak baik.

"Dia berani goda sepupu dia sendiri loh," ungkap yang lain.

"Oya? Nggak nyangka banget ya? Padahal dari luar kaya cewek yang polos."

Aku memejamkan mataku sekejap. Seraya menggigit bibir dalamku kuat. Sudah bisa ku tebak sejak awal. Semua orang akan menilaiku seperti sekarang ini jika kejadian malam itu terkuak.

Aku memegang tali ranselku kuat, lalu melanjutkan langkahku semakin cepat. Aku tak mau lagi mendengar kata-kata yang keluar dari orang-orang di sekitarku. Apalagi semua ucapan mereka adalah caci maki untukku.

Tak

"Mau pergi kemana! Dasar cewek nggak tahu malu!" teriak seorang siswi seraya melemparku dengan botol minuman kosong. Sontak  saja membuatku menghentikan langkahku detik itu juga.

Khansa's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang