Epilog

150 10 0
                                    

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh

Eid Mubarak... Minal aidzin wal Faidzin mohon maaf lahir batin semuaa🙏

Bab terakhir dari perjalanan Khansa... Semoga suka💕

Happy reading🤗🤗🤗

❇ ❇ ❇

5 tahun kemudian...

Sorot sabit datang menyambut pagi dengan cerah. Memulai hariku di tahun kelima setelah kepergianku dari Jakarta hari itu. Hari ini cuaca di Pangalengan cukup bagus. Namun seperti biasa, aku merasakan ada sesuatu yang tak lengkap di sini.

Sejak aku meninggalkan kota itu, ada sebuah ruang hampa yang senantiasa melekat dalam benakku. Ada suatu kerinduan yang semakin lama terasa menusukku dengan dalam. Ada cemas yang setiap waktu mengerubungiku seperti koloni lalat.

Layaknya orang tersesat. Seperti itulah aku sekarang. Tersesat di tempat yang kentaranya sangat familiar bagiku. Dan aku terjebak sendirian tanpa teman di sana.

Aku menutup mata seraya menjernihkan pikiranku kembali. Setelahnya aku kembali membuka mata seraya menatap layar komputer yang sejak tadi menyala. Menampakkan deretan kata yang sedang aku tulis. Tulisan yang masih rampung dan belum menemukan titik penyelesaian.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar. Mengalihkan pandangan dari monitor. Seraya bersandar ke punggung kursi yang sejak tadi aku duduki. Aku menggerakkan kursor ke atas. Lantas membaca lagi deretan kata yang harus aku selesaikan secepat mungkin. Hingga sececah titik terang terbit dalam pikiranku. Lalu sebelum aku melupakannya, aku segera menuangkannya pada tulisanku.

Kiranya saat ini aku mulai menatap tulisanku yang akhirnya terselesaikan. Aku membacanya sekali lagi. Mencari kata yang mungkin belum pas di sana.

Setetes Rindu

Seketika waktu mengunci sela yang kian lama bertambah jauh

Ada senoktah resah gugur dalam batinku

Membentuk setetes rindu yang jeluk akan dia yang aku tinggal dalam kondisi tak baik-baik saja

Kelesah yang mendekapku di tiap gelita
Senantiasa mendesak afeksi dalam batinku meronta dalam detiknya

Namun apalah aku yang tak larat membiarkan harapan tentangmu menduduki relungku lebih lama

Kini sekadar doa yang aku tuturkan di sepertiga malam

Menggantungkan semua pada kehendak Allah dan takdir

Karena dia dan setetes rinduku hanyalah menjadi milik Allah

Sebilah senyum terbit dari bibirku. Senang rasanya bisa menyelesaikan tulisan yang sejak tiga hari terakhir sulit sekali aku tuntaskan. Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku segera mempublikasikannya di akun sosial mediaku.

Sejenak aku meregangkan otot-ototku yang terasa kaku. Barulah aku beranjak dari kursi itu. Berjalan keluar kamar untuk menghampiri Umah ke dapur.

"Ada yang perlu Khansa bantu Umah?"

Tampak dua perempuan berjilbab menatapku dengan sedikit kaget. Aku tersenyum malu saat itu juga. Tidak seharusnya aku mengagetkan Umah dan Bibi.

Bicara soal Bibi, sudah tiga hari beliau berada di rumah bersama Hanna. Mereka datang karena panggilan dari Abah. Untuk membantu Umah di rumah. Pasalnya akan ada tamu penting yang datang ke rumah kami sore nanti.

Abah bilang keluarga atasan Abah sewaktu bekerja di Jakarta akan berkunjung. Entah sekedar bersilaturahmi atau mungkin memiliki niat yang lain. Tapi dari yang aku dengar, Abah sempat bicara soal putra atasannya yang beberapa bulan lagi akan menyelesaikan pendidikan kedokterannya. Abah juga mengatakan bahwa mereka sedang mencarikan calon pendamping untuk putranya itu.

Khansa's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang