21. Terkuak

27 6 1
                                    

Matahari berpendar dengan terik siang hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari berpendar dengan terik siang hari ini. Menemani makan siang para siswa Gemilang yang tengah beristirahat dari pelajaran mereka. Aku menyimpan makanan pesananku ke atas meja. Lalu duduk di kursi bersama Haura. Selama beberapa saat tak ada yang membuka suara di antara kami. Aku dan Haura sama-sama sibuk memakan makan siang kami.

Saking sibuknya bahkan aku hampir melupakan tujuanku sebenarnya datang ke kantin. Aku lupa kalau aku ingin mencari Hanna. Namun untungnya aku segera mengingat hal itu. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kantin. Tak ada tanda-tanda keberadaan Nabila, Hanna dan Silva. Apakah mereka tidak akan ke kantin?

"Nggak ada kan Hanna nya? Udah aku bilang, dia nggak akan sekolah Sa," cetus Haura tiba-tiba.

"Mungkin dia belum datang Ra, lihat saja. Bahkan Nabila sama Silva nggak kelihatan."

"Stop ngikutin gue! Lo nggak pantas jadi teman gue!" pekik seseorang dari luar kantin.

Mendengar kegaduhan itu, sontak saja membuat seisi kantin heboh. Semua orang berhamburan ke luar kantin untuk menghampiri sumber keributan itu.

Aku dan Haura saling berpandangan dengan tatapan bingung. "Itu suara Nabila kan?" tanyaku.

Haura mengangguk dengan pelan. "Ya, itu kayanya suara Nabila. Sekarang siapa sasaran dia?"

Aku mengerutkan keningku bingung. "Sasaran apa Ra?"

"Ya sasaran buat dia rundung. Sasaran apa lagi selain itu?"

Aku mengangguk beberapa kali. Merasa paham dengan apa yang di katakan Haura. Aku juga jadi penasaran saat ini. Siapa orang yang sedang di rundung Nabila? Karena setahuku hanya aku lah targetnya akhir-akhir ini.

"Kita lihat yuk Sa!" ajak Haura seraya bergegas bangkit dari posisinya.

Aku mengangguk, kemudian dengan cepat kami pergi mengikuti anak-anak lain keluar kantin.

Di sana benar-benar sangat ramai. Orang-orang berkumpul mengerubungi objek yang ingin kami lihat. Geruhnya lagi, kami ada sangat belakang. Hingga Nabila tak terlihat dari sini.
"Kita masuk lagi yuk Ra!" ajakku.

"Bentar!"

"Mau ngapain lagi?" tanyaku. Namun nampaknya Haura tak mendengarku. Dia hanya fokus celingak-celinguk di tempatnya.

"Hey! Hey!" tegur Haura pada salah satu siswa di sana.

"Nabila lagi bully orang ya?" tanya Haura.

"Iya tuh, korbannya teman dia sendiri," jawab orang itu.

Aku mengerutkan keningku. Seketika saja perasaanku jadi tak nyaman. "Siapa?" tanyaku spontan. Jujur aku sangat ingin mengetahui ini.

"Hanna."

Deg

Dalam sesaat aku terdiam. Merasa tak percaya dengan apa yang aku dengar. Perlahan aku memalingkan pandanganku pada Haura. Wajah gadis itu sama terkejutnya denganku saat ini.

Khansa's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang