21. Hukuman

122 45 0
                                    

Follow dulu🗡️

Ada yang dari luar bumi ga?

Bintangnya klik ya

***

Padlan tengah terduduk menunggu istrinya dan Nisa, ia akan membalikan lagi sesosok gadis ke habitatnya.

Sungguh ia kesal melihat putrinya itu bolak balik seperti ingus apalagi dengan cara ilegal yaitu kabur dengan tidak terhormat.

Harus di kemanakan lagi mukanya saat ia bertatap muka dengan pak Kiai nanti? Ia geram semalaman ia sudah menasehati Nisa sampai mulutnya berbusa.

Tapi ntah, gadis itu mendengarkannya atau tidak!.

"Hai dad, semalam ngomong apa ya? Aku gak denger, daddy sih ngomong kok pelan amat" dengan sigap netranya menatap sinis pada seonggok gumpalan darah yang kini sudah menjadi wujud manusia.

"Pelan? Ngomong udah koar-koar sampe ngebusa ni mulut, makanya kalo orang tua ngomong tuh dengerin jangan tidur kayak kebo sekarat"

Nisa menyengir kuda yang membuat ia tambah kesal.

"Nisa. Sebenarnya kamu tuh mau apa sih? Abi bener-bener udah pusing dengan tingkah kamu yang gak baik ini, abi pesantrenin kamu itu biar kamu berubah jadi anak yang lebih baik tapi kenapa malah makin gak baik gini?" benar, yang di ucapkannya itu langsung dari benaknya.

Sekarang ia menatap putrinya itu dengan lekat bahwa ia benar-benar dalam mode serius.

"Mau Nisa? Hmm........ Karna Nisa anak yang berbakti dan baik hati jadi Nisa gak mau apa-apa"

"Kalau berbakti itu turutin apa aja yang di perintahkan orang tua selagi untuk kebaikan diri kamu sendiri"

"Kurang baik apalagi dad? Contohnya sekarang aja aku mau kok balik lagi ke pesantren" elak Nisa

"Tutup aurat kamu, jangan sampe orang lain juga menikmati perhiasan yang kamu punya. Kemarin lagi apa-apaan ke prom night tapi gak pake kerudung? Mau jadi apa kamu? Jadi anak abi itu sebelum menolong orang lain, harus bisa menolong dirinya sendiri dari api neraka. Paham?"

Padlan masih menatap lekat indra penglihatan Nisa, ia berbicara dengan nada serius. Senakal-nakal putrinya ia tidak berani jika membentaknya, karna ia tau bahwasanya hati seorang perempuan tidak akan bisa bertahan dengan perilaku kasar dari seorang laki-laki ntah itu dengan fisik maupun perkataannya. Jadi sebaik mungkin ia memberi nasehat pada putrinya dengan batas standar dan tidak melukai relung hatinya.

"Paham" Nisa menjawab dengan mantap.

"Apa yang di katakan sama abi itu benar" Padlan dan Nisa lantas melihat Rima yang baru saja menghampiri keduanya dengan tas kecil yang beliau pegang.

"Sekarang coba kamu biasakan diri dengan lingkungn pesantren, pasti kamu nyaman dan gak akan kabur-kaburan lagi. kamu itu perempuan gak baik kalo gitu terus, abi sama umi ngelakuin ini juga demi kebaikan kamu, jadi jangan buat kita semua khawatir lagi ya sayang" nasehat umi dengan lembut.

"Iya mommy. Insya Allah"

"Jangan iya-iya nya mulu. Abi udah hafal betul gimana liciknya otak kamu, bilang iya cuma di mulut doang kalo di hatinya beda lagi. Lagian abi bingung, yang sumbangin kecebong kek pangeran berkuda, yang lahirinnya juga kek bidadari surga napa yang keluarnya bisa kek jelmaan jin qori gini? atau jangan-jangan kamu anak pungut?" tuduh Padlan seraya mukanya yang di buat syok. berbeda dengan Rima dan Nisa yang syok beneran.

"Abi!" tegur sang Istri dengan tegas

"Sembarang kalo ngomong. Jika aku anak pungut, apakah engkau bapak pungut wahai ayahanda?" drama Nisa dengan muka yang sama di buat syok.

Istri NakalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang