5. Halu!

71 63 7
                                    

Follow dulu🗡️

Klik bintangnya takut lupa

***

"Harta dunia, meskipun besar di mata manusia, tapi tidak bernilai di mata Allah. Maka dari itu, jangan terus mengejar dunia, karna semakin kita mengejar dunia maka kita akan semakin jauh dari akhirat. Tapi kejarlah akhirat, karna jika kita mengejar akhirat maka kebahagiaan yang akan kita dapatkan, dan jadilah manusia yang tidak di kenal dunia namun di rindukan oleh syurga"

***

Padlan pun turun ke meja makan menghampiri seorang Ibu dari anak-anaknya itu yang sedang mempersiapkan sarapan pagi.

Lalu memeluknya dari arah belakang seraya kepalanya ia sematkan di bahu kanan sang istri, dan memertanyakan keberadaan putra dan putrinya.

"Sayang, Fariz sama Nisa mana? Kok belum turun? Kan sekarang mereka mau sekolah"

Rima terkejut dengan kehadiran sang suami yang datang tiba-tiba.
"Ih, kamu ngagetin aja sih"

"Hehe... Mon maaf yang, aku kan gak tau kalau kamu kaget" Padlan terkikik geli melihat keterkejutan sang istri

"Emm...yaudah aku mau ke atas dulu"

"Eh, mau kemana?" cegah Padlan.

"Bangunin Fariz sama Nisa"

"Udahlah jangan di bangunin, kasian. Kan semalam mereka gadang sampe larut" Padlan kini semakin merapatkan pelukannya seraya menghirup aroma khas sang istri yang sudah menjadi candu baginya.

"Ekhem. Aku mencium bau-bau modus nih"

"Yang. Kayaknya kita harus buat satu atau dua anggota keluarga lagi deh" rima langsung berbalik menghadap suaminya dan terpaksa melepaskan pelukannya.

Kata kata yang sangat ambigu untuk ia dengar.

"Maksudnya?" ia bertanya seraya matanya yang memicing.

"Ya...buat Padlan junior" mata Rima membulat seketika

"What? Enggak, inget umur. Kita udah cukup punya Fariz sama Nisa. Lagian kamu juga sering berantem sama Nisa"

"Ya, itu alasan kedua. Kalau ntar yang lahirnya cewek dia bisa langsung masuk ke anggota aku"

"Kamu mau bertiga lawan satu?"

"Pasti dong. Selama anggota aku cowok semua, kita susah buat taklukin cewek. Apalagi itu Nisa, yang notabenya perempuan keras kepala dan sedikit... Bar-bar mungkin"

"Astagfirullah. Kamu ini ngatain anak sendiri lagi. Emang kamu gak nyadar, kalau Nisa itu sifatnya turun semua dari kamu?"

Padlan menggeleng "Enggak, aku pikir dia punya jurus sendiri buat selalu ngalahin aku"

"Jurus apaan coba? Kalau pun ada jurusnya itu kamu yang ngajarin"

Padlan menautkan keningnya "kok aku?"

"Iya lah. Seharusnya, kita sebagai orang tua harus lebih sabar dalam mendidik anak-anak kita. Kamu juga harusnya ngalah sama Nisa"

"Wah, wah, wah, gak bisa gitu dong Juminten!"

"Hah?!"

"Maksud aku, gak bisa gitu dong sayang. Harusnya bocah yang ngalah sama yang gede"

Rima menghembuskan nafasnya berat "Pokoknya mau yang bocah kek, mau yang gede kek, harus sama-sama ngalah!"

Istri NakalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang