12. Keras kepala

55 51 0
                                    

Follow dulu🗡️

Klik bintangnya jangan lupa

***

"Saya minta maaf atas kelakuan putri saya. Dan saya juga berterima kasih karna Pak Kiai sudah menghubungi saya dengan segera"

"Iya tidak apa-apa, saya cuma khawatir kalau Nisa kenapa-napa di luar sana, apalagi itu terjadi pas tengah malam" ujar pak Kiai

"Nisa, minta maaf!" tegas Padlan dengan penuh penekanan

"Iya, Nisa minta maaf"

Pak Kiai tersenyum dengan ramah "Tidak apa-apa, kalau kamu mau keluar sekedar ingin mencari angin izin saja tidak apa-apa. Karna saya juga bisa memaklumi bahwa kamu masih belum terbiasa dengan pesantren ini"

Baik sekali pak Kiainya.

"Woah boleh pak?" tanya Nisa antusias

Beuuhh maunya siluman curut kalo gitu.

"Iya, asal izin ya? Jangan kabur lagi" seru bu Ustadzah

Nisa menampilkan cengiran kudanya "Hehe.. Iya bu siap. Kan kalo gitu Nisa gak usah manjat pager lagi"

Rima menggelengkan kepalanya, apa yang salah dengan putrinya itu? Atau dulu ia salah ngidam? Tapi gak mungkin. Karna selama hamil Nisa, dirinya tidak pernah meminta yang aneh-aneh.

"Mau minum apa, pak? bu?" bu Ustadzah beralih melihat abang yang ada di samping Nisa, Padlan seakan mengerti "Fariz, panggil aja Fariz"

"Ouh iya, Fariz mau minum apa?"

"Terimakasih bu tidak apa-apa" jawab Fariz dengan ramah

"Iya bu kita tidak akan lama, karna masih banyak kerjaan yang menunggu" ujar Padlan

"Sibuk sekali ternyata" ujar bu Ustadzah dengan sangat ramah yang di barengi dengan kekehan kecil.

"Iya pekerjaan saya tertunda dan Mungkin sekarang saya pamit. Karna takut jalannya keburu macet"

"Ouh gitu ya? Jadi tidak minum dulu?"

"Iya bu tidak apa-apa" ramah Rima membenarkan

"Kalau gitu saya permisi, sekali lagi saya minta maaf. Dan saya titip putri saya yang nakal ini ya pak? bu?"

"Iya pak, insya Allah saya akan menjaga amanah itu"

mereka semua berpamitan dan Nisa pun menyalami tangan kedua orang tua serta abangnya terlebih dahulu sebelum mereka benar-benar meninggalkan Nisa di sini.

"Jangan nakal lagi. Jangan buat pak Kiai dan bu Ustadzah khawatir lagi karna kelakuan kamu" pesan Padlan lalu mengusap lembut rambut Nisa

"Umi pergi ya? Kamu jaga diri baik-baik" Rima pun mengusap rambutnya dengan lembut, kini giliran abangnya...

"Enak lo di tinggal?"

Salam perpisahan seperti apa itu?

Ingin sekali rasanya Nisa mengumpat dan berkoar, tapi ia tahan karna ia masih punya rasa malu meskipun hanya sedikit.

"Dasar abang laknat, awas aja lo bang!" Ternyata Nisa tetap mengumpat

Di sana Fariz tersenyum mengejek.

Sendal mana sendal? Mau gue timpuk kali tuh mukanya.

"Ayok Nisa, pasti temen-temen kamu juga khawatir" ujar bu Ustadzah

Nisa mengangguk dan berjalan bersampingan menuju kamarnya

Banyak sekali para santri yang membersihkan pesantren ini atau mencari kesibukan dengan membaca Al-Quran.

Istri NakalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang